Newsletter

Saham Perbankan Terbang, Tanda Krisis Sudah Berakhir?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
28 March 2023 06:00
Deutsche Bank
Foto: Deutsche Bank (REUTERS/Simon Dawson)

Penguatan saham-saham perbankan di Amerika Serikat tentunya bisa memberikan sentimen positif ke IHSG pada perdagangan hari ini.

Penguatan bursa saham bisa menjadi indikasi sentimen pelaku pasar yang membaik, rupiah dan SBN juga akan diuntungkan.

Tidak hanya di Amerika Serikat seperti disebutkan halaman sebelumnya, saham perbankan di Eropa juga melesat. Saham Deutsche Bank yang belakangan menjadi sorotan setelah merosot tajam berbalik menguat 4,7%

Meski demikian, banyak pelaku pasar dikatakan masih enggan masuk ke aset berisiko dan perbankan pada khususnya. Sebab, tekanan besar masih bisa datang.

"Banyak investor masih enggan masuk ke sektor perbankan akibat khawatir tekanan besar masih akan datang. Mereka menaruh perhatian pada kemungkinan peningkatan beban yang akan ditanggung perbankan akibat pengetatan regulasi, dan perbankan yang lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit bisa memberikan dampak negatif ke pertumbuhan ekonomi," kata Russ Mould, direktur investasi di AJ Bell dalam sebuah catatan yang dikutip CNBC International.

Kemungkinan terjadi resesi di Amerika Serikat juga dikatakan semakin dekat pasca gonjang-ganjing sektor perbankan. Hal ini bahkan diungkapkan oleh Presiden The Fed Minneapolis, Neel Kashkari dalam wawancaranya dengan CBS.

"Ini jelas membawa kita semakin dekat (dengan resesi) saat ini, apa yang belum jelas bagi kami saat ini adalah seberapa banyak tekanan perbankan yang bisa membuat krisis kredit meluas. Kemudian, krisis kredit akan memperlambat perekonomian," kata Kashkari sebegaimana dilansir CNBC International.

Alarm resesi Amerika Serikat kembali berbunyi nyaring. Yield obligasi kembali mengalami inversi semakin dalam, yang menjadi alarm tersebut.

Dalam kondisi normal, yield obligasi jangka pendek akan lebih rendah dari jangka panjang. Sementara saat inversi kebalikannya, yield obligasi jangka pendek lebih tinggi ketimbang jangka panjang.

Di Amerika Serikat, inversi terjadi antara yield Treasury tenor 2 tahun dengan tenor 10 tahun

Inversi bisa dilihat dari spread (selisih) yield tenor 10 tahun dengan 2 tahun. Ketika spread-nya negatif artinya mengalami inversi. Pada Selasa (7/3/2023) selisihnya sempat menembus -103,5 basis poin, menjadi yang terbesar dalam lebih dari empat dekade terakhir, berdasarkan data Refinitiv.

Kali terakhir selisih sebesar 100 basis poin atau 1% terjadi pada 1981, Amerika Serikat dalam kondisi yang sama mengalami inflasi tinggi. Saat itu, resesi akhirnya terjadi dan tingkat pengangguran meroket.

Inversi yield Treasury AS tidak hanya terjadi di tahun ini, tetapi sudah berkali-kali. Karena bukan"barang baru", setiap kali terjadi inversi maka pelaku pasar akan was-was.

Inversi hampir selalu diikuti dengan resesi. Riset dari The Fed San Francisco yang dirilis 2018 lalu menunjukkan sejak tahun 1955 ketika inversi yield terjadi maka akan diikuti dengan resesi dalam tempo 6 sampai 24 bulan setelahnya. Sepanjang periode tersebut, inversi yield Treasury hanya sekali saja tidak memicu resesi (false signal).

Dan sejak tahun 2018 hingga saat ini inversi terjadi 2 kali. Sehingga total sejak 1955 hingga saat ini sudah terjadi 12 kali inversi.

Inversi terakhir kali terjadi pada tahun 2019, sebelum terjadinya pandemi Covid-19, kemudian pada April tahun lalu inversi terjadi selama dua hari. Kemudian sejak Juli 2022 berlanjut hingga saat ini, artinya sudah terjadi selama 9 bulan.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Simak Rilis Data dan Agenda Hari Ini

(pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular