Newsletter
"Berkah" SVB Kolaps, Duit Rp 10 Triliun Masuk ke RI

- IHSG dan rupiah mencatat penguatan tajam kemarin, dan berpotensi berlanjut pada perdagangan Kamis melihat Wall Street yang melesat pada Rabu waktu setempat.
- Sektor teknologi memimpin penguatan Wall Street, menjadi sinyal pasar melihat ada peluang The Fed akan memangkas suku bunga tahun ini.
- Krisis perbankan di Barat membuat arah angin berbalik di pasar obligasi RI yang sebelumnya mengalami capital outflow. Sejak SVB kolaps, terjadi capital inflow sekitar Rp 9 triliun. Hal yang sama juga terjadi di pasar saham yang tercatat net buy sekitar Rp 1,8 triliun.
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat lebih dari 1% ke 6.839,43 Rabu kemarin. Level Tersebut merupakan yang tertinggi dalam hampir empat pekan terakhir. Semua sektor kecuali properti dan real estate, mengalami penguatan.
Hal tersebut mengindikasikan sentimen pelaku pasar sedang bagus.
Rupiah juga tercatat kembali menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) dan semakin mendekati level psikologis Rp 15.000/US$.
Data Refinitiv menunjukkan rupiah menguat 0,17% ke Rp 15.060/US$, level terkuat sejak 6 Februari lalu.
Nasib berbeda dialami Surat Berharga Negara (SBN) yang hampir semuanya mengalami pelemahan, terlihat dari imbal hasil (yield) yang naik.
Pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga obligasi, ketika yield turun artinya harga sedang naik.
Perhatian pelaku pasar saat ini kembali berfokus ke tingginya suku bunga di Amerika Serikat dan risiko resesi.
Tetapi ke depannya jika resesi terjadi, bank sentral AS (The Fed) diprediksi akan memangkas suku bunganya, yang tentunya bisa menguntungkan bagi rupiah.
"Raja Obligasi" Jeffrey Gundlach, mengatakan Amerika Serikat akan mengalami resesi dalam beberapa bulan ke depan, dan The Fed akan memangkas suku bunganya beberapa kali.
"Tekanan bagi perekonomian semakin besar, kita sudah membicarakan hal tersebut beberapa waktu terakhir, dan saya pikir resesi akan datang dalam beberapa bulan ke depan. The Fed akan bertindak dramatis," kata Gundlach dalam wawancaranya dengan CNBC International, Senin (27/3/2023).
Kemungkinan terjadi resesi di Amerika Serikat juga dikatakan semakin dekat pasca gonjang-ganjing sektor perbankan. Hal ini bahkan diungkapkan oleh Presiden The Fed Minneapolis, Neel Kashkari dalam wawancaranya dengan CBS.
"Ini jelas membawa kita semakin dekat (dengan resesi) saat ini, apa yang belum jelas bagi kami saat ini adalah seberapa banyak tekanan perbankan yang bisa membuat krisis kredit meluas. Kemudian, krisis kredit akan memperlambat perekonomian," kata Kashkari sebagaimana dilansir CNBC International.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Perbankan & Sektor Teknologi Bikin Wall Street Melesat