Newsletter
Ada Hikmah Dibalik Kolapsnya SVB & Krisis Perbankan AS-Eropa

- IHSG, rupiah hingga SBN kompak mencatat penguatan tajam pada perdagangan Selasa, setelah meredanya gonjang-ganjing sektor perbankan di Amerika Serikat dan Eropa.
- Wall Street melemah pada perdagangan Selasa waktu setempat, pasar saat ini kembali berfokus ke suku bunga tinggi dan risiko resesi.
- Ekonom ternama Jeremy Siegel ada hikmah dari gonjang-ganjing sektor perbankan yang terjadi saat ini, sebab jika terjadi belakangan maka suku bunga akan semakin tinggi lagi.
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), rupiah hingga Surat Berharga Negara (SBN) kompak menguat Selasa kemarin. Pasar yang mulai kalem terkait krisis perbankan di Barat kembali memburu aset-aset berisiko.
IHSG tercatat menguat 0,77% ke 6.760,328, nyaris membalikkan pelemahan sehari sebelumnya. Rupiah juga menguat cukup tajam, 0,46% ke Rp 15.085/US$, sebelumnya bahkan sempat menyentuh Rp 15.060/US$ yang merupakan level terkuat sejak 6 Februari.
Dari pasar obligasi, nyaris semua tenor SBN harganya mengalami kenaikan, tercermin dari imbal hasil (yield) yang menurun.
Pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga obligasi, ketika yield turun artinya harga sedang naik.
Tekanan bagi perbankan di Amerika Serikat dan Eropa yang mulai mereda memberikan sentimen positif ke pasar finansial. Saham bank seperti First Republic dan PacWest yang sebelumnya tertekan mampu menguat pada perdagangan Senin. Saham First Citizen Bancshares Inc. bahkan meroket lebih dari 53%. Dari Eropa, saham Deutsche Bank yang pada pekan lalu menjadi sorotan juga berhasil menguat.
Para analis mengapresiasi langkah otoritas di AS dan Eropa yang bertindak cepat guna meredam gejolak yang terjadi.
Sebelumnya bank kecil di Amerika Serikat juga menjadi korban pasca kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB). Terjadi perpindahan simpanan nasabah dari bank kecil ke bank besar dengan nilai yang signifikan. Dampaknya, bank kecil bisa kekurangan modal.
Berdasarkan data dari Federal Reserve, dalam sepekan 15 Maret, deposit di bank-bank kecil merosot hingga US$ 119 miliar menjadi US$ 5,46 triliun.
Sebaliknya, deposit di bank besar mengalami kenaikan US$ 67 miliar menjadi US$ 10,74 triliun.
Hal ini menjadi indikasi para nasabah masih cemas krisis perbankan bisa meluas
"Otoritas sekali lagi bekerja keras guna menyelesaikan masalah yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir. Hal yang terpenting adalah otoritas di AS dan Eropa menunjukkan kemampuan yang cepat dan tegas dalam menangani dampak dari turbulensi baru-baru ini serta membendungnya sebelum memburuk. Kepercayaan pelaku pasar juga perlahan-lahan mulai pulih," kata Craig Erlam, analis pasar senior di Oanda, sebagaimana dikutip CNBC International.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Balik Lagi ke Suku Bunga Tinggi, Wall Street Melemah