Sectoral Insight

Krisis Bank di AS-Eropa Jadi Berkah Bagi Dunia, Kok Bisa?

Research - Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
28 March 2023 15:15
SVB Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia -  Kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB) di Amerika Serikat berbuntut panjang. Sektor perbankan di AS hingga Eropa akhirnya mengalami gonjang-ganjing.

Kolapsnya SVB disusul oleh Silvergate Capital Corp. dan Signature Bank. Bank kecil di Amerika Serikat juga menjadi korban. Terjadi perpindahan simpanan nasabah dari bank kecil ke bank besar dengan nilai yang signifikan. Dampaknya, bank kecil bisa kekurangan modal.

Berdasarkan data dari Federal Reserve, dalam sepekan 15 Maret, deposit di bank-bank kecil merosot hingga US$ 119 miliar menjadi US$ 5,46 triliun.

Sebaliknya, deposit di bank besar mengalami kenaikan US$ 67 miliar menjadi US$ 10,74 triliun.

Hal ini menjadi indikasi para nasabah masih cemas krisis perbankan bisa meluas hingga merembet ke Eropa. Credit Suisse menyusul kolaps, bahkan Deutsche Bank yang dianggap sehat, sahamnya juga dilanda aksi jual masif pada pekan lalu.

Krisis kepercayaan yang melanda perbankan di Eropa membuat saham perbankan di berbagai negara termasuk Indonesia tertekan.

Tetapi dibalik gonjang-ganjing tersebut ada kabar baik yang terselip. Bank sentral AS (The Fed) sudah memberikan tandanya.

Pada Kamis (23/3/2023) dini hari waktu Indonesia, The Fed di bawah pimpinan Jerome Powell kembali menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 4,75% - 5%.

Dengan demikian dalam satu tahun terakhir The Fed total menaikkan suku bunga sebanyak 9 kali sebesar 475 basis poin. Ke depannya, bank sentral paling powerful di dunia ini melihat rilis data-data ekonomi terbaru akan menentukan akan suku bunga perlu dinaikkan lagi atau tidak.

"Komite pembuat kebijakan akan melihat informasi terbaru dan menilai implikasinya untuk menentukan kebijakan moneter," tulis pernyataan The Fed setelah mengumumkan kenaikan suku bunga.

Powell menyoroti kolapsnya Silicon SVB membuat likuiditas perbankan menjadi lebih ketat, sehingga The Fed yang sebelumnya terlihat akan kembali agresif menaikkan suku bunga mengendurkan langkah tersebut.

Selain itu, perbankan akan lebih hati-hati dalam menyalurkan kredit, sehingga inflasi bisa lebih cepat turun.

Pasar kini melihat The Fed tidak akan menaikkan suku bunga lagi. Bahkan banyak yang memprediksi suku bunga akan dipangkas pada Juli nanti. Hal tersebut tercermin dari perangkat FedWatch milik CME Group, pasar melihat ada probabilitas sebesar 54% The Fed akan memangkas suku bunganya 25 basis poin menjadi 4,5% - 4,75%.

Pasar pun menyambut dengan optimisme yang besar, ada harapan Amerika Serikat tidak akan mengalami resesi alias soft landing.

Ekonom terkemuka, Jeremy Siegel juga mensyukuri gonjang-ganjing perbankan terjadi saat ini, jika terjadi belakangan maka suku bunga akan semakin tinggi lagi.

"Jika kisruh perbankan terjadi belakangan, kita akan melihat suku bunga lebih tinggi lagi. Jadi, suku bunga yang lebih rendah menjadi hikmah dari krisis perbankan saat ini," kata Siegel, profesor finansial di Wharton School of Business, sebagaimana dilansir Yahoo Finance, Sabtu (25/3/2023).

Siegel menambahkan dengan kejadian saat ini, dia menjadi lebih optimistis dengan outlook perekonomian pada 2024.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(pap/pap)

[Gambas:Video CNBC]