Newsletter

Ramalan Ngeri, Ini Saran "Raja Obligasi" Buat Para Investor

Research - Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
31 March 2023 06:00
Jeffrey Gundlach. Dok: CNBC Internasional Foto: Jeffrey Gundlach. Dok: CNBC Internasional
  • Wall Street kembali menguat yang bisa memberikan sentimen positif ke pasar Asia hari ini. Meski demikian, Jeffrey Gundlach yang dikenal sebagai "Raja Obligasi" dan pernyataannya selalu jadi referensi investor menyarankan strategi sell on rally khususnya ketika indeks S&P 500 mencapai 4.200 - 4.300, sebab Amerika Serikat akan mengalami resesi beberapa bulan ke depan
  • Investor veteran Ed Yerdani justru memandang sebaliknya, S&P 500 diprediksi bisa menyentuh 4.600 di akhir tahun ini, atau naik sekitar 14% dari level saat ini. Pergerakan Wall Street bisa menjadi cerminan perekonomian AS, yang tentunya berdampak ke dalam negeri.

Jakarta, CNBC Indonesia - Laju penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terhenti Kamis kemarin. Aksi profit taking menerpa setelah IHSG sebelumnya mencapai level tertinggi sejak awal Maret, membuatnya turun 0,45% ke 6.808,95.

Sebanyak 268 saham turun, 265 saham naik sementara 186 saham lainnya tidak bergerak. Nilai transaksi sekitar Rp10 triliun dengan melibatkan 18 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,35 juta kali.

Di saat yang sama rupiah sukses mencetak hat-trick alias penguatan 3 hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS).

Kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB) yang merembet ke dua bank di AS lainnya, bahkan membuat perbankan Eropa ikut gonjang-ganjing memberikan keuntungan bagi rupiah.

The Fed di bawah pimpinan Jerome Powell sebenarnya diprediksi akan kembali agresif menaikkan suku bunga acuannya pada pekan lalu. Nyatanya, akibat gonjang-ganjing sektor perbankan The Fed hanya menaikkan 25 basis poin menjadi 4,75% - 5%, dan membuka peluang untuk tidak lagi menaikkan suku bunga.

Sejak pengumuman pada Kamis (23/3/2023) dini hari waktu Indonesia itu, rupiah cenderung mengalami penguatan.

Aliran modal pun kembali masuk ke pasar obligasi Indonesia. Sebelum SVB kolaps pada 10 Maret lalu, sebenarnya terjadi capital outflow sepanjang hingga Rp 8 triliun sejak akhir Februari, berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR).

Pada Februari, capital outflow juga tercatat sekitar Rp 7,6 triliun. Namun, arah angin berbalik sejak SVB kolaps, hingga 27 Maret terjadi inflow nyaris Rp 9 triliun. Dengan demikian, sepanjang bulan ini hingga Senin lalu, aliran modal berbalik masuk sekitar Rp 780 miliar.

Capital inflow yang cukup besar pasca kolapsnya SVB tersebut menjadi salah satu faktor yang menjaga kinerja rupiah.

Dari pasar obligasi, Surat Berharga Negara (SBN) menguat di hampir semua tenor, terlihat dari imbal hasil (yield) yang turun.

Pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga obligasi, ketika yield turun artinya harga sedang naik.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Sektor Perbankan Nanjak Lagi, Wall Street Melesat Lagi

Sektor Perbankan Nanjak Lagi, Wall Street Melesat Lagi
BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :
1 2 3 4
Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading