Newsletter

Ramalan Ngeri, Ini Saran "Raja Obligasi" Buat Para Investor

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
31 March 2023 06:00
Bendera Amerika Serikat
Foto: Bendera Amerika Serikat (AP Photo/Charlie Riedel)

Wall Street yang kembali menguat tentunya memberikan sentimen positif ke pasar saham Asia, termasuk IHSG. Rupiah juga berpeluang kembali menguat saat sentimen pelaku pasar sedang bagus.

Meski demikian, Jeffrey Gundlach, investor veteran yang dikenal sebagai "Raja Obligasi" justru memberikan saran sell on rally atau menjual saat terjadi kenaikan.

Dalam sebuah wawancara dengan CNBC International awal pekan ini. Dalam kesempatan tersebut, Gundlach yang pendapatnya kerap dijadikan referensi pelaku pasar menyarankan hal tersebut saat indeks S&P 500 menyentuh kisaran 4.200 - 4.300.

"Pasar sangat fluktuatif, sehingga sulit melakukan sell on weakness," kata Gundlach dalam wawancaranya dengan CNBC International, Senin (27/3/2023).

Ia melihat dalam beberapa bulan ke depan Amerika Serikat akan mengalami resesi

"Tekanan bagi perekonomian semakin besar, kita sudah membicarakan hal tersebut beberapa waktu terakhir, dan saya pikir resesi akan datang dalam beberapa bulan ke depan," ujarnya.

Gundlach pun menyebut The Fed akan bertindak dramatis dengan memangkas suku bunga beberapa kali tahun ini.

Jika melihat prediksi sang "Raja Obligasi", dampak ke pasar finansial Indonesia seharusnya tidak akan parah. Sebab, meski resesi terjadi, The Fed diprediksi akan memangkas suku bunga, yang tentunya memberikan sentimen positif ke pasar saham.

Investor veteran Ed Yardeni juga melihat Wall Street justru akan menguat ke depannya sebab The Fed menghentikan kenaikan suku bunga. Yardeni memprediksi indeks S&P 500 akan menyentuh 4.600 pada akhir tahun nanti, atau naik sekitar 14% dari level saat ini.

Menurutnya krisis perbankan yang terjadi beberapa pekan terakhir sudah berakhir diredam. Pasca terjadinya krisis, The Fed diprediksi tidak akan lagi menaikkan suku bunga, meski tidak juga melakukan pemangkasan.

"Saya tidak melihat The Fed akan menurunkan suku bunganya. Tetapi saya pikir saat ini mereka sudah berada di posisi restriktif di mana mereka tidak perlu lagi menaikkan suku bunga," kata Yerdani sebagaimana dilansir Business Insider, Kamis (30/3/2023).

Rilis data inflasi AS versi personal consumption expenditure (PCE) malam ini akan menjadi perhatian utama pelaku pasar dan bisa berdampak ke pasar finansial Indonesia pekan depan. Data ini merupakan acuan The Fed dalam menetapkan kebijakan moneternya.

Hasil polling Reuters menunjukkan inflasi inti PCE tumbuh 4,7% year-on-year (yoy) pada Februari, sama dengan bulan sebelumnya. Tetapi tentunya tidak menutup kemungkinan ada kejutan entah itu lebih rendah atau justru kembali menanjak.

Selain itu, perhatian pagi ini tertuju ke China yang akan melaporkan data aktivitas manufaktur, dilihat dari purchasing managers' index (PMI). Hasil polling Reuters menunjukkan PMI manufaktur China bulan ini sebesar 51,5 lebih rendah dari bulan sebelumnya 52,6.

Meski menurun, angka tersebut masih di atas 50 yang berarti ekspansi. Hal ini bisa memberikan sentimen positif ke pasar saham hingga rupiah, sebab China saat ini menjadi penopang pertumbuhan ekonomi global. Sektor manufakturnya yang tetap berekspansi memberikan gambaran permintaan impor komoditas masih cukup bagus.


HALAMAN SELANJUTNYA >>> Simak Rilis Data dan Agenda Hari Ini

(pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular