
"Berkah" SVB Kolaps, Duit Rp 10 Triliun Masuk ke RI

Melesatnya Wall Street sebagai kiblat bursa saham dunia tentunya bisa memberikan sentimen positif ke pasar saham Asia, termasuk IHSG. Dengan sentimen pelaku pasar yang membaik, rupiah tentunya bisa kembali menguat lagi, tidak menutup kemungkinan menembus ke bawah Rp 15.000/US$.
Seperti disebutkan pada halaman 1, risiko resesi di Amerika Serikat dan kemungkinan The Fed memangkas suku bunganya membuat IHSG dan rupiah mampu menguat tajam. Tidak bisa dipungkiri, penyebab utamanya adalah kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB) yang merembet ke dua bank di AS lainnya, bahkan membuat perbankan Eropa ikut gonjang-ganjing.
The Fed di bawah pimpinan Jerome Powell sebenarnya diprediksi akan kembali agresif menaikkan suku bunga acuannya pada pekan lalu. Nyatanya, The Fed hanya menaikkan 25 basis poin menjadi 4,75% - 5%, dan membuka peluang untuk tidak lagi menaikkan suku bunga.
Sejak pengumuman pada Kamis (23/3/2023) dini hari waktu Indonesia, IHSG dan rupiah cenderung mengalami penguatan.
Aliran modal pun kembali masuk ke pasar obligasi Indonesia. Sebelum SVB kolaps pada 10 Maret lalu, sebenarnya terjadi capital outflow sepanjang hingga Rp 8 triliun sejak akhir Februari, berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR).
Pada Februari, capital outflow juga tercatat sekitar Rp 7,6 triliun. Namun, arah angin berbalik sejak SVB kolaps, hingga 27 Maret terjadi inflow nyaris Rp 9 triliun. Dengan demikian, sepanjang bulan ini hingga Senin lalu, aliran modal berbalik masuk sekitar Rp 780 miliar.
Capital inflow yang cukup besar pasca kolapsnya SVB tersebut menjadi salah satu faktor yang menjaga kinerja rupiah.
Di pasar saham juga sama, sejak 10 Maret hingga Rabu kemarin, investor asing tercatat melakukan aksi beli bersih (net buy) Rp 2,6 triliun di pasar reguler. Jika digabungkan pasar nego dan tunai nilainya sebesar Rp 1,8 triliun.
Sebelum SVB kolaps, sepanjang Maret investor asing tercatat melakukan jual bersih sekitar Rp 200 miliar di pasar reguler.
Total aliran modal masuk ke pasar obligasi dan saham sejak SVB kolaps lebih dari Rp 10 triliun.
Dengan The Fed yang diprediksi tidak akan menaikkan suku bunga, bahkan banyak yang memprediksi akan dipangkas tahun ini, peluang aliran modal terus masuk ke dalam negeri tentunya semakin besar. Apalagi jika melihat kondisi perekonomian dalam negeri yang masih cukup bagus, plus jika inflasi selama bulan Ramadhan bisa dikendalikan. Kepercayaan investor asing terhadap fundamental Indonesia tentunya akan meningkat.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Simak Rilis Data dan Agenda Hari Ini
