Newsletter

Krisis Finansial Menjalar ke Eropa, Pasar Menunggu Respons BI

Research - maesaroh, CNBC Indonesia
16 March 2023 06:00
Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (9/5/2022). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto) Foto: Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (9/5/2022). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
  • IHSG masih melemah pada perdagangan kemarin sementara rupiah sudah balik menguat
  • Wall Street kembali ambruk karena krisis Credit Suisse
  • Sentimen pasar dari luar negeri membuat pasar keuangan Indonesia bisa tertekan tetapi sentimen dalam negeri diharapkan memberi suntikan positif

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia mengakhiri perdagangan kemarin dengan kinerja yang beragam.

Menghijaunya bursa Wall Street, meredanya inflasi Amerika Serikat (AS), serta surplus neraca perdagangan Februari 2023 tidak cukup mampu membawa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) IHSG ke zona hijau.

Sebaliknya, dua faktor tersebut membuat rupiah menguat tajam dan Surat Berharga Negara (SBN) laris diburu investor.

IHSG diperkirakan masih akan menjalani periode berat pada perdagangan hari ini. Selengkapnya mengenai sentimen pasar hari ini bisa dibaca di halaman 3 dan 4 artikel ini.

IHSG mengakhiri perdagangan kemarin di posisi 6.628,14, melemah 13,68 poin atau 0,21%. Posisi penutupan kemarin adalah yang terendah sejak 11 Januari 2023 atau dua bulan terakhir.

Pelemahan kemarin lebih kecil dibandingkan pada Selasa (14/3/2023) di mana IHSG jeblok 2,14%.

Sebanyak 320 saham turun, 232 saham menguat, dan 195 lainnya stagnan alias tidak berubah. Nilai transaksi tercatat Rp 12,67 triliun dengan melibatkan 17,35 miliar saham.

Di antara saham yang melemah tajam adalah PT Semen Indonesia (SMGR) yang longsor 6,08%, Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) turun tajam 6,82% dan Indofood CBP Sukses Makmur merosot 3,37%.

IHSG sebenarnya dibuka di zona hijau dan mengakhiri perdagangan sesi I dengan menguat tipis 0,01%. Namun, IHSG berbalik arah dan ditutup di zona merah.

Pergerakan IHSG masih dibayang-bayangi krisis perbankan di AS. Kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank membuat pasar panik pada Selasa lalu dan menyeret IHSG ke penurunan yang sangat tajam.

Kepanikan tersebut sedikit mereda sehingga gerak IHSG kemarin lebih kalem dan tidak volatile seperti Selasa lalu.

Kendati demikian, kekhawatiran belum sepenuhnya menghilang terutama karena masalah yang menimpa pada Credit Suisse (baca halaman 2).

Sentimen negatif dari luar negeri sedikit teredam oleh kabar positif dari neraca perdagangan Indonesia dan inflasi AS yang melandai ke 6% (yoy) pada Februari 2023.

Neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2023 di luar dugaan mencatatkan surplus US$ 5,48 miliar. Surplus tersebut tercatat lebih tinggi dari Januari yang hanya US$ 3,87 miliar.

Surplus Februari ini sekaligus memantapkan rekor surplus 34 bulan beruntun sejak Mei 2021.

Berbanding terbalik dengan IHSG, mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup menguat pada perdagangan Rabu (15/3/2023).

Indeks Nikkei 225 Jepang naik tipis 0,02%, Hang Seng Hong Kong melonjak 1,52%, Shanghai Composite China menguat 0,55%, Straits Times Singapura melesat 1,38% ASX 200 Australia terapresiasi 0,78% dan KOSPI Korea Selatan melompat 1,46%.

Dari pasar mata uang, rupiah sukses menguat terhadap dolar AS. Mata uang Garuda mengakhiri perdagangan di posisi Rp 15.360/US$ atau menguat 0,13%. Penguatan ini berbanding terbalik dengan pelemahan sebesar 0,13% pada Selasa lalu.

Inflasi AS yang melandai dan krisis SVB membuat bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) diperkirakan tidak akan agresif lagi menaikkan suku bunga. Selain itu, neraca perdagangan Indonesia yang kembali mencatat surplus memberikan sentimen positif.

Sementara itu, yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun turun 35 poin menjadi 6,76%. Posisi tersebut adalah yang terkuat sejak 21 Februari 2023.

Yield yang turun menandai obligasi tengah banyak dibeli sehingga harganya naik.

Wall Street Kembali Tumbang Karena Krisis Credit Suisse
BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :
1 2 3 4 5
Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading