
Inflasi AS Hingga Suku Bunga BI Siap Guncang Pasar Pekan Ini

Rupiah sepanjang pekan kemarin tak kuat melawan dolar Amerika Serikat (AS). Menurut data Refinitiv, rupiah melemah 1,6% dalam sepekan. Padahal, pekan lalu rupiah menguat 0,6% sepekan.
Pada penutupan perdagangan Jumat (10/2/2023), rupiah anjlok 0,27% ke posisi Rp15.130/US$.
Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback dengan enam mata uang utama dunia dan sebagai acuan, menguat 0,7% sepanjang pekan.
Para pelaku pasar masih belum 100% percaya bank sentral AS, The Federal Reserve/The Fed, akan benar-benar berhenti menaikkan suku bunga acuan.
Pasalnya perekonomian Paman Sam mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 517.000 orang sepanjang Januari, jauh lebih tinggi di atas survei Reuters sebanyak 185.000 orang.
Kemudian, tingkat pengangguran yang diprediksi naik menjadi 3,6% malah turun menjadi 3,4%. Rata-rata upah per jam masih tumbuh 4,4% year-on-year, lebih tinggi dari prediksi 4,3%.
Saat masyarakat mendapatkan pekerjaan, daya beli akan meningkat dan akan menciptakan konsumsi yang kuat. Hal ini akan membuat inflasi berpotensi kembali naik.
Menyusul juga komentar-komentar hawkish dari beberapa pejabat The Fed. Salah satunya datang dari Christoper Waller yang mengungkapkan akan terus memerangi inflasi hingga mencapai targetnya yakni 2%.
Alhasil The Fed bisa saja sewaktu-waktu kembali hawkish dalam urusan kenaikan suku bunga acuan. Targetnya sudah jelas, inflasi di level 2%.
Jika "mimpi buruk" para pelaku pasar jadi kenyataan, isu resesi akan kembali mencuat dan akan menyebabkan kekhawatiran baru.
Sebagai informasi, suku bunga yang saat ini di kisaran 4,5%- 4,75%. Pertemuan untuk membahas kenaikan suku bunga berikutnya pada 22 Maret 2023. Para pelaku pasar memprediksi The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 4,75%-5,00%.
Selain itu, turunnya harga komoditas utama ekspor Indonesia yakni minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) dan batu bara juga menjadi faktor pemberat laju mata uang Garuda.
Penurunan harga batu bara dan CPO ini bisa berdampak kepada melemahnya ekspor Indonesia. Artinya, pasokan dollar AS ke Indonesia melalui jalur ekspor akan berkurang. Rupiah pun bisa ikut terimbas.
(trp/trp)