
Waspada! Kabar Buruk dari Amerika, China dan Rusia Serbu RI

Investor perlu mencermati sejumlah sentimen yang diperkirakan menggerakkan pasar keuangan Indonesia, baik dari dalam negeri ataupun luar negeri.
Beberapa sentimen yang harus diwaspadai adalah kembali loyonya bursa Wall Street, harga batu bara yang semakin terpuruk, kebijakan devisa hasil ekspor, kembali meningkatnya kasus Covid-19 di China, serta makin memanasnya perang Rusia-Ukraina.
Sejumlah agenda dan data penting juga akan diumumkan pada hari ini yang bisa menggerakkan arah pasar.
Sentimen utama yang harus dipertimbangkan adalah kembali tidak bertenaganya bursa Wall Street. Indeks Dow Jones memang masih menguat tetapi indeks S&P 500 dan Nasdaq sudah melemah dua hari beruntun.
Kedua indeks melemah karena suramnya laporan keuangan dan forecast kinerja perusahaan ke depan. Termasuk di dalamnya adalah Microsoft dan Boeing.
Keterpurukan dua bursa tersebut tentu saja akan berimbas kepada pergerakan pasar global mengingat besarnya pengaruh bursa dan perusahaan multinasional yang tercatat di indeks S&P dan Nasdaq.
Harga batu bara juga terus melandai. Harga pasir hitam kini berkutat di kisaran US$ 250 per ton. Harganya melandai ke level terendah selama sembilan bulan terakhir.
Jika dihitung dari harga tertingginya pada 5 September 2022 (US$ 463,75), harta batu bara sudah ambruk 45%.
Ambruknya harga batu bara tentu saja akan berdampak kepada pergerakan emiten batu bara yang juga menjadi emiten jumbo di IHSG. Di antaranya adalah Adaro, Indo Tambangraya, hingga Bayan.
Kembali memanasnya situasi di Ukraina juga bisa membuat pasar lesu hari ini. Jika situasi terus memanas maka perlambatan ekonomi bisa berjalan lebih cepat dan ancaman resesi semakin nyata.
Seperti diketahui, perang Rusia-Ukraina memasuki babak baru setelah Jerman mengizinkan pengiriman tank Leopard 2 ke Ukraina untuk membantu negeri itu menghalau serangan Rusia.
Amerika Serikat dikabarkan akan mengikuti langkah Jerman tersebut. Negara Paman Sama diberitakan akan mengirim 31 tank perang M1 Abraham untuk menghalau serangan Rusia.
Presiden Rusia Vladimir Putin tentu saja mengkritik keras langkah kedua negara dan menyebutnya sebagai "provokasi terang-terangan".
"Tank-tank ini akan terbakar seperti lainnya. Yang membedakan mereka adalah harganya yang sangat mahal," tutur Putin, dikutip dari BBC.
(mae/mae)