
Ada Kabar Buruk di Amerika, Awan Cerah Bagi Indonesia!

Namun, di tengah sentimen positif yang menaungi IHSG hari ini. Pelaku pasar mesti mencermati jika ancaman resesi masih menaungi pasar keuangan global, termasuk Indonesia. China sebagai negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia juga terus melaporkan data negatif.
Setelah melaporkan penurunan ekspor dan impor November pada Rabu (7/12/2022), China melaporkan jika penjualan kendaraan untuk penumpang anjlok 9,5% (year on tear/yoy) menjadi 1,67 juta pada November 2022. Penurunan ini adalah yang pertama kalinya sejak Mei 2022 atau dalam enam bulan terakhir.
Perlambatan ekspor dan penjualan kendaraan untuk penumpang China merupakan sinyal ada perlambatan permintaan di tingkat global.
Pada hari ini, China akan mengumumkan data inflasi November. Inflasi Negara Tirai Bambu melandai ke 2,1% (yoy) pada Oktober 2022, dari 2,8% pada September. Jika inflasi melandai maka sinyal perlambatan ekonomi China akan semakin nyata.
Dari dalam negeri, hari ini, Bank Indonesia akan mengumumkan data penjualan eceran untuk Oktober 2022.
Pertumbuhan penjualan ritel yang dicerminkan oleh Indeks Penjualan Riil (IPR) anjlok pada September 2022 melandai ke 4,56% pada September. Survei BI juga menunjukkan IPR masih akan tumbuh lebih landai 4,5% pada Oktober 2022.
Jika proyeksi menjadi kenyataan dan IPR makin melandai maka ini bisa menjadi alarm bagi pertumbuhan ekonomi domestik.
Indonesia menggantungkan 53% Porduk Domestik Bruto (PDB) nya kepada konsumsi rumah tangga. Penjualan eceran yang melambat mencerminkan mulai lemahnya konsumsi masyarakat.
Malam nanti, Amerika Serikat akan mengumumkan dua data penting yakni Indeks Harga Produsen untuk November dan survei sentimen konsumen Universitas Michigan untuk Desember.
Kedua data tersebut akan menjadi pertimbangan The Fed dalam menentukan kebijakan moneter pekan depan. Jika kedua data tersebut memburuk maka ekspektasi pasar untuk melihat pelonggaran The Fed akan semakin kencang.
CEO PT Yugen Bertumbuh Sekuritas William Surya Wijaya memperkirakan tekanan IHSG mulai menurun, Bahkan, ada peluang rebound. IHSG diproyeksi akan bergerak di kisaran 6721 -7027.
"PergerakanIHSG masih terlihat cenderung terkonsolidasi dengan potensi tekanan yang mulai menurun, peluang teknikal rebound mulai terlihat walaupun kenaikan yang mungkin terjadi masih berada dalam rentang terbatas," tutur William dalam analisisnya.
(mae/mae)