Newsletter

Ada Kabar Buruk di Amerika, Awan Cerah Bagi Indonesia!

Maesaroh, CNBC Indonesia
09 December 2022 06:00
Infografis, Pergerakan Rupiah Sepekan
Foto: Infografis/ Rupiah Sepekan/ Edward Ricardo Sianturi

Sementara itu, bursa Asia ditutup bervariasi pada perdagangan Kamis (8/12/2022). Indeks Hang Seng Hong Kong ditutup melesat 3,38%, Straits Times Singapura menguat 0,33%, dan KOSPI Korea Selatan naik 0,49%.

Sedangkan untuk indeks Nikkei 225 Jepang melemah 0,40% dan Shanghai Composite China terkoreksi 0,07%.

Berbeda dengan bursa saham, nilai tukar rupiah sukses menguat melawan dolar AS pada perdagangan kemarin, Kamis (8/12/2022). Meski tipis saja, tetapi rupiah mampu menghentikan penurunan 3 hari beruntun.

Melansir data Refinitiv, rupiah menguat 0,1% ke Rp 15.620/US$ di pasar spot. Sebelumnya di awal sesi rupiah sempat menguat hingga ke bawah Rp 15.600/US$. Tetapi tekanan berat membuat penguatannya terpangkas.

Faktor penopang penguatan rupiah adalah ekspektasi jika bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) akan mulai melakukan moderasi kenaikan suku bunga acuan pekan depan. Pasar kini bertaruh jika The Fed hanya akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps pekan depan.


Rencana Bank Indonesia (BI) segera membuat kebijakan yang dapat menahan dolar hasil ekspor di dalam negeri. Setiap devisa hasil ekspor (DHE) dalam bentuk dolar harus ditahan di dalam negeri untuk beberapa waktu sehingga pasokan dolar meningkat.

Dari pasar SBN, obligasi pemerintah mulai dilirik dilepas investor sehingga harganya merangkak naik. Kenaikan harga SBN membuat yield melandai. Hanya seri SBN tenor lima tahun yang masih mengalami kenaikan yield.

Melansir data dari Refinitiv, SBN tenor 10 tahun yang menjadi benchmark menjadi seri dengan penurunan yield terbesar, yakni melandai 5,2 bp ke posisi 6,948%.






(mae/mae)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular