Newsletter

Ada Kabar Buruk di Amerika, Awan Cerah Bagi Indonesia!

Maesaroh, CNBC Indonesia
09 December 2022 06:00
Ilustrasi Saham
Foto: Pexels/Kampus Production

Pada perdagangan terakhir pekan ini, investor perlu mencermati sejumlah sentimen yang menggerakkan pasar hari ini.

Penguatan bursa Wall Street diharapkan mampu menyuntikkan tenaga pada IHSG hari ini. Semakin tingginya ekspektasi pasar mengenai kenaikan suku bunga The Fed yang lebih moderat juga diharapkan menjadi penopang bagi pergerakan IHSG, rupiah, hingga SBN.

Kendati demikian, ada bayangan resesi yang bisa membuat pasar keuangan dalam negeri loyo hari ini.

Sentimen positif dari Wall Street diharapkan segera menular ke IHSG hari ini. Bangkitnya saham-saham emiten teknologi Amerika Serikat juga diharapkan mampu mendorong pergerakan saham sektor teknologi dalam negeri.

Seperti diketahui, saham sektor teknologi tumbang sepekan terakhir dan membebani gerak IHSG. Kondisi tersebut diharapkan berbalik arah pada hari ini mengikuti kebangkitan saham emiten teknologi di bursa Wall Street.

Pada penutupan perdagangan semalam, saham-saham emiten teknologi di AS menunjukkan kinerja yang impresif setelah loyo beberapa hari sebelumnya.
Saham Apple menguat 1,21%, saham Meta naik 1,23%, saham Nvidia melonjak 6,51%, saham Amazon menguat 2,14% dan saham Microsoft merangkak naik 1,24%.




Sementara itu, ekspektasi pasar mengenai kenaikan suku bunga The Fed yang lebih moderat diharapkan mampu menjaga appetite investor terhadap rupiah dan SBN.
Ekspektasi tersebut juga diharapkan mampu mengurangi arus deras capital outflow di bursa saham dalam negeri.

Dalam tiga hari terakhir, net sell investor asing selalu tembus di atas Rp 1 triliun yakni Rp 1,34 triliun pada Selasa, sebesar Rp 1,68 triliun pada Rabu dan mencapai Rp 2,02 triliun pada Kamis kemarin.

Ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed yang lebih moderat meningkat setelah sebagian data ekonomi AS memburuk.

Klaim pengangguran meningkat dan permintaan kredit rumah melandai. Awal bulan lalu, AS juga mengumumkan tingkat pengangguran mereka ada di angka 3,7% pada November, stagnan dibandingkan Oktober.

Chief Economist Goldman, Sachs Jan Hatzius, memperkirakan penjualan ritel melandai 0,2% pada November dibandingkan bulan sebelumnya. Data Adobe juga menunjukkan jika ada penurunan penjualan sebesar 4% (yoy) selama pesta diskon Black Friday November lalu.

Data-data di atas menjadi sinyal jika ada perlambatan ekonomi AS meskipun beberapa data mendukung sebaliknya. Termasuk masih kencangnya PMI sektor jasa AS.

(mae/mae)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular