Newsletter

Ada Kabar Buruk di Amerika, Awan Cerah Bagi Indonesia!

Maesaroh, CNBC Indonesia
09 December 2022 06:00
Markets Wall Street. (AP/Courtney Crow)
Foto: Markets Wall Street. (AP/Courtney Crow)

Beralih ke bursa Amerika Serikat (AS), ketiga bursa utama mereka akhirnya mengakhiri perdagangan di zona hijau setelah ambruk dalam beberapa hari terakhir. 

Indeks Dow Jones ditutup menguat 183,56 poin atau 0,55% di posisi 33.781,48. Sementara itu, indeks Nasdaq melonjak 123,45 poin atau 1,13% ke 11.082 sementara indeks S&P 500 menguat 29,59 poin atau 0,75% ke 3.963,51.  Penguatan mengakhiri tren negatif indeks S&P yang melemah pada lima hari perdagangan sebelumnya.

Saham-saham yang mengalami kenaikan cukup besar adalah dari emiten berbasis semikonduktor dan teknologi. Saham Nvidia melonjak 6,5% sementara Amazon sempat naik 2,1%.

Quincy Krosby, analis LPL Financial, mengatakan aksi bargain buying sedikit membantu pergerakan bursa Wall Street. Penopang utama dari kenaikan adalah kabar buruk dari sektor tenaga kerja.

AS baru saja mengumumkan data initial job claims atau klaim tunjangan pengangguran pada pekan yang berakhir pada 3 Desember 2022 mencapai 230.000. Jumlah ini sesuai dengan ekspektasi pasar. Jumlah tersebut juga naik dibandingkan pada pekan sebelumnya yakni 226.000.

Meningkatnya angka klaim tunjangan pengangguran menunjukkan jika pasar tenaga kerja AS mulai 'mendingin' dan ada sinyal perlambatan ekonomi.

Pada situasi saat ini, berita buruk pada data ekonomi AS akan menjadi berita baik. Pasalnya, ini meningkatkan harapan jika The Fed akan melakukan moderasi kenaikan suku bunga.

"Aksi selloff dalam jumlah besar sudah terjadi pada beberapa hari terakhir dan (ada pembalikan tetapi) itu tak cukup menopang rally yang kuat pada hari ini. Sekali lagi, kita kembali mengandalkan bad news is good news untuk membuat bursa menguat," tutur Krosby, dikutip dari CNBC International.

Investor kini menunggu data inflasi AS yang akan keluar pada Selasa pekan depan (13/12/2022). Jika inflasi melandai maka harapan The Fed melonggarkan kebijakan moneternya akan semakin kuat.

Inflasi AS mecapai 7,7% (year on year/yoy) pada Oktober 2022, melandai dari 8,5% (yoy) pada September. Kendati melandai, inflasi masih jauh dari target The Fed yakni di kisaran 2%.

Chief Economist Goldman, Sachs Jan Hatzius, memperkirakan penjualan ritel melandai 0,2% pada November dibandingkan bulan sebelumnya. Data Adobe juga menunjukkan jika ada penurunan penjualan sebesar 4% (yoy) selama pesta diskon Black Friday November lalu.

The Fed akan menggelar Federal Open Market Committee (FOMC) pada 13-14 Desember mendatang. Polling Reuters menunjukkan 93% responden memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps.

The Fed sudah menaikkan suku bunga acuan secara agresif sebesar 375 bps sepanjang tahun ini menjadi 3,75-4,0%.

(mae/mae)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular