Tekanan Makin Bertubi-tubi, Sanggupkah IHSG Rebound?

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja pasar keuangan Indonesia belum juga membaik. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah terus melemah sementara Surat Berharga Negara (SBN) masih dijauhi investor.
Pada penutupan perdagangan kemarin, Selasa (6/12/2022), IHSG ditutup melemah 94,76 poin atau 1,36% ke posisi 6.892,57. Ini adalah kali pertama IHSG ditutup di bawah level 6.900 sejak 19 Oktober 2022.
Pelemahan kemarin juga memperpanjang tren negatif IHSG. Bursa Tanah Air tersebut sudah melemah dalam empat hari perdagangan terakhir dengan total pelemahan mencapai 2,66%.
Sebanyak 122 saham menguat, 461 saham melemah sementara 123 bergerak stagnan. Nilai perdagangan yang tercatat kemarin mencapai Rp 15,4 triliun dan melibatkan 32,2 miliar saham. Investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp 1,34 triliun di semua pasar.
Ambruknya saham teknologi masih menjadi faktor utama dari keterpurukan IHSG. Saham sektor teknologi ambles 1,54% sehari dan 9,74% sepekan.
Saham-saham yang ikut menyeret IHSg ke bawah di antaranya adalah PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO). Saham TLKM nyaris menyentuh batasauto rejectbawah (ARB). Sedangkan saham GOTO sudah menyentuh ARB sejak pembukaan perdagangan.
Saham TLKM memberatkan IHSG hingga mencapai 29.688 indeks poin. Sedangkan saham GOTO juga memberatkan indeks hingga 15.750 indeks poin. Dengan sumbangan indeks yang besar maka penurunan kedua saham sangat berpengaruh kepada pergerakan IHSG.
Saham TLKM ambles 6,25% sementara GOTO anjlok 6,50%. Dari sektor finansial, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) ikut menyeret ke bawah dengan pelemahan 1,14%.
Selain karena koreksi besar saham-saham berkapitalisasi pasar, IHSG juga terkoreksi karena dampak global. Investor kembali khawatir jika bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) bakal kembali agresif setelah data PMI sektor jasa masih kencang.
Survei Supply Management (ISM) menunjukkan bahwa PMI sektor jasa melompat ke 56,5 pada November 2022. Nilai tersebut jauh di atas ekspektasi pasar yang hanya memperkirakan 53,3 ataupun 54,4 yang tercatat pada Oktober 2022.
Pergerakan IHSG sejalan dengan mayoritas bursa Asia-Pasifik yang ditutup di zona merah.
Indeks Hang Seng Hong Kong ditutup melemah 0,4% ke posisi 19.441,18, Straits Times Singapura terkoreksi 0,46% ke 3.252,37, ASX 200 Australia terpangkas 0,47% ke 7.291,3, KOSPI Korea Selatan merosot 1,08% ke 2.393,16, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir ambles 1,36% menjadi 6.892,57.
Sementara itu, nilai tukar rupiah masih terpuruk di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Pada perdagangan kemarin, rupiah mengakhiri perdagangan di Rp 15.615/US$, melemah 0,96% di pasar spot.
Pelemahan tersebut memperpanjang tren negatif rupiah yang sudah melemah dalam dua hari terakhir. Mata uang Garuda sebenarnya tampil impresif dari awal hingga pertengahan tahun. Namun, rupiah ambruk sejak akhir September dengan menyentuh level psikologis Rp 15.000 per US$1.
Guna memperkuat nilai tukar, Presiden Joko Widodo atau Jokowi meminta Bank Indonesia (BI) segera membuat kebijakan yang dapat menahan dolar hasil ekspor di dalam negeri. Setiap devisa hasil ekspor (DHE) dalam bentuk dolar harus ditahan di dalam negeri untuk beberapa waktu sehingga pasokan dolar meningkat.
Pasar SBN juga belum membaik. Investor masih menjual SBN sehingga harganya melandai dan yield meningkat. Melansir data dari Refinitiv, SBN tenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan (benchmark) menjadi yang paling besar kenaikan yield-nya hari ini, yakni melesat 8,7 bp ke posisi 6,989%.
(mae/mae)