Newsletter

Piala Dunia Dimulai, Bisa Kasih Angin Segar bagi IHSG?

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
Senin, 21/11/2022 06:00 WIB
Foto: Karyawan melintas di samping layar elektronik yang menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (11/10/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan lalu mencatatkan kinerja yang kurang memuaskan, rupiah masih terperosok melawan dolar Amerika Serikat (AS), serta imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) juga ikut melemah.

Pergerakan IHSG bulan November ini sedang kurang memberikan cuan optimal. Awal bulan saja, IHSG sudah ambles 2 hari beruntun karena dikepung berbagai sentimen negatif yang ternyata belum sepenuhnya beranjak dari Tanah Air.

Indeks bursa saham acuan Tanah Air sepanjang pekan ini berada di dalam tren mendatar atau sideways. Melihat data perdagangan pekan terakhir, awal pekan saja indeks sudah jatuh nyaris 1% tepatnya melemah 0,98%.

Sepanjang pekan indeks tercatat 2 kali melemah dan 3 kali ditutup menguat. Pada sesi perdagangan terakhir minggu lalu, Jumat (18/11/20220) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)ditutup menguat 0,53% di 7.082,18.

Dengan ini, sepanjang pekan lalu kinerja IHSG tercatat melemah tipis 0,1%, namun masih menguat 0,92% sebulan terakhir, dan naik 7,61% secara year-on-year/yoy.

Nilai transaksi IHSG relatif kurang ramai atau hanya mencapai Rp 51,7 triliun. Pekan lalu, investor asing juga tercatat melakukan aksi jual bersih (net sell) senilai Rp 3,02 triliun di pasar reguler.

Pasar keuangan AS, baik saham dan obligasi, menutup pekan lalu yang bergejolak dengan kenaikan terbesar dalam beberapa bulan, didorong oleh harapan bahwa inflasi di AS telah mendingin.

Namun, sinyal positif ini nyatanya belum mampu mendorong IHSG untuk konsisten berada di zona hijau.Meskipun inflasi di AS telah melandai, akan tetapi masih jauh di atas target perlambatan yang diinginkan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Menguatnya IHSG pada perdagangan hari terakhir pekan lalu di picu oleh sentimen dalam negeri.

Bank Indonesia (BI) yang telah melakukan Rapat Dewan Gubernur (RDG) sejak Rabu (16/11) akhirnya memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) sesuai dengan konsensus.

Sementara itu rilis data transaksi berjalan Indonesia yang mencatatkan surplus. Transaksi berjalan pada triwulan III 2022 terus menunjukkan kinerja yang solid ditandai dengan peningkatan surplus sehingga dapat menahan tekanan terhadap NPI akibat tekanan pada transaksi modal dan finansial sejalan dengan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.

Dengan perkembangan tersebut, NPI pada triwulan III 2022 mencatat defisit 1,3 miliar dolar AS, dan posisi cadangan devisa pada akhir September 2022 tercatat sebesar 130,8 miliar dolar AS atau setara dengan pembiayaan 5,7 bulan impor dan utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional.


(aum/luc)
Pages