Newsletter

Piala Dunia Dimulai, Bisa Kasih Angin Segar bagi IHSG?

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
21 November 2022 06:00
Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Para pelaku pasar saham siap memasuki musim window dressing jelang akhir tahun 2022. Window dressing merupakan istilah yang digunakan oleh investor, dimana ada dugaan emiten ataupun manajer investasi memoles kinerja pada akhir tahun.

Untuk pekan ini, ada sejumlah sentimen penting patut disimak oleh investor dan pelaku pasar. Pertama, Wall Street yang ditutup sumringah pada perdagangan Jumat pekan lalu tentunya membuka peluang penguatan IHSG pada hari ini.

Kedua, suku bunga masih menjadi perhatian utama pelaku pasar. Menjelang keputusan kebijakan The Fed pada 14 Desember mendatang pelaku pasar tentunya menunggu, mengamati, hingga mencerna berbagai pernyataan pejabat The Fed berkaitan dengan sinyal kenaikan suku bunga.

Beberapa waktu lalu, pejabat The Fed mengisyaratkan kenaikan siklus terbaru untuk memperlambat inflasi masih tidak terkontrol. Sejak Kamis pekan lalu, Presiden Federal Reserve St Louis James Bullard mengatakan dalam pidatonya Kamis bahwa "tingkat kebijakan belum berada di zona yang dapat dianggap cukup membatasi (tingginya inflasi)."

Sementara The Conference Board yang berbasis di New York mengatakan Indeks Ekonomi Utama AS turun selama delapan bulan berturut-turut pada Oktober, "menunjukkan ekonomi mungkin dalam resesi."

Pemimpin The Fed Boston Susan Collins juga mengatakan bahwa dengan sedikit bukti tekanan harga berkurang, The Fed mungkin perlu memberikan kenaikan suku bunga 75 basis poin lagi ketika berupaya mengendalikan inflasi.

Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, probabilitas suku bunga naik 50 basis poin (bps) menjadi 4,25% - 4,5% pada Desember kini sebesar 75,8%, sementara naik 25 bps menjadi 4,5 - 4,75% sebesar 24,2%.

Saat pelaku pasar percaya bahwa The Fed akan tetap agresif, perdagangan saham-saham yang rentan terhadap resesi dan tingkat suku bunga yang lebih tinggi patut dicermati.

Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau yang dikenal dengan Federal Reserve (The Fed) juga mengakui sulit untuk menghindarkan perekonomian dari resesi atau soft landing.

Powell menambahkan untuk bisa menghindarkan perekonomian AS dari resesi di 2023 adalah pekerjaan yang sangat berat, sebab suku bunga masih perlu dinaikkan tinggi guna meredam inflasi.

Ketiga, pelaku pasar juga patut mencermati pergerakan rupiah. Kebijakan kenaikan Bank Indonesia 7 Days Repo Rate (BI-7DRR) pada bulan ini yang menyentuh level 5,25%, namun masih belum mampu membawa rupiah menguat pekan lalu.

Pelemahan rupiah bisa berdampak besar ke sektor riil, pasar finansial, hingga ke anggaran belanja pemerintah.

Dari sektor finansial sudah jelas, stabilitas rupiah menjadi penting untuk menjaga daya tarik ke investor asing. Rupiah yang stabil membuat investor asing lebih nyaman mengalirkan modalnya ke dalam negeri, karena risiko kurs yang rendah.

Beberapa emiten di lantai bursa juga terpapar risiko negatif, utamanya yang memiliki utang dalam bentuk dolar AS tinggi, serta yang mengandalkan bahan baku impor, atau barang impor.

Keempat, investor patut mencermati perhelatan akbar 4 tahunan sepak bola Piala Dunia 2022 akan dimulai kemarin, Minggu (20/11/2022). Untuk diketahui, Keriuhan dan hype yang biasa bergema sebelum Piala Dunia seperti lenyap tahun ini.

Ada sejumlah alasan mengapa Piala Dunia 2022 Qatar tidak seramai pada tahun-tahun sebelumnya.Waktu penyelenggaraan yang tak biasa, isu hak asasi manusia (HAM), banyaknya kontroversi terkait tuan rumah, hingga banyaknya platform yang menyediakan siaran Piala Dunia menjadi alasan mengapa Piala Dunia tahun ini seperti lebih sepi.

Di luar itu semua, perhelatan Piala Dunia juga berdampak pada pasar saham. Financial Review yang mengutip hasil riset dari Monash University menyebutkan pasar saham akan mengalami penurunan likuiditas dan peningkatan volatilitas.

Hasil riset tersebut menunjukkan volume transaksi akan naik sebesar 22% sebelum kick-off, kemudian menurun 29% selama pertandingan. Hal itu disebabkan investor yang cenderung menempatkan order sebelum kick-off agar bisa lebih fokus menonton pertandingan.

Perilaku investor tersebut, berdasarkan hasil riset membuat volatilitas meningkat 18% sebelum pertandingan, dan langsung turun 23% selama pertandingan.

Indonesia tidak lolos dalam perhelatan Piala Dunia 2022. Tetapi ada Amerika Serikat (AS), Inggris, Jerman dan beberapa negara Eropa lainnya, yang memiliki kapitalisasi pasar besar.

Jika melihat hasil studi tersebut, tentunya pergerakan bursa sahamnya akan terpengaruh. Amerika Serikat akan bertanding melawan Wales pada 22 November mendatang, Wall Street bisa jadi akan merespon hasil duel kedua negara.

Sebagai kiblat bursa saham dunia, Wall Street tentunya bisa memberikan dampak ke pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Selanjutnya, ada kabar baik dari dalam Negeri yang menjadi sentimen kelima untuk hari ini, tang Luar Negeri (ULN) Indonesia turun hingga sekitar 2,22 persen secara tahunan pada kuartal III - 2022. Semakin rendahnya utang, artinya semakin kecil kemungkinan Indonesia terjerat krisis seperti Sri Lanka atau Argentina.

Berdasarkan catatan Bank Indonesia (BI) pada bulan itu, ULN sebesar US$394,6 miliar, turun dari kuartal II - 2022 sebesar US$403,6 miliar. Penyebabnya, pemerintah mulai melunasi beberapa utang yang telah jatuh tempo.

Dari total ULN pada periode itu, untuk porsi ULN Pemerintah secara tahunan turun tajam hingga 11,3% secara tahunan atau year on year (yoy) dari kuartal sebelumnya US$ 187,3 miliar menjadi US$ 182,3 miliar. Penurunannya pun lebih dalam dari saat penurunan kuartal II - 2022 sebesar 8,6%.

Penurunan posisi ULN Pemerintah tersebut disebabkan oleh perpindahan investasi pada Surat Berharga Negara (SBN) domestik ke instrumen lain, sehingga mengurangi porsi kepemilikan investor nonresiden pada SBN domestik.

Ini katanya seiring dengan meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global. Selain itu, menyusutnya porsi ULN Pemerintah itu kata dia juga terjadi akibat adanya pelunasa beberapa pinjaman program dan proyek yang telah jatuh tempo.

(aum/luc)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular