Newsletter

Wall Street Full Senyum, IHSG Bakal Ketularan?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
Selasa, 13/09/2022 06:20 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar finansial Indonesia ditutup bervariasi pada perdagangan Senin (12/9/2022) kemarin. Pasar saham yang sempat anjlok mampu ditutup menguat.

Sebaliknya, rupiah yang sembat mengangkasa pada penutupan sesi perdagangan menukik. Sementara itu, Surat Berharga Negara (SBN) ditutup menguat.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup di zona hijau pada perdagangan Senin (12/9/2022), setelah sempat terkoreksi pada perdagangan sesi I hari ini.

Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks bursa saham acuan Tanah Airtersebut ditutup menguat 0,16%ke posisi 7.254,46. IHSG mampu bertahan di zona psikologisnya di 7.200.

Pada awal perdagangan sesi I, IHSG dibuka menguat 0,21% di posisi 7.257,86. Namun sekitar pukul 10:00 WIB, IHSG langsung berbalik ke zona merah hingga awal perdagangan sesi II hari ini.

Pada perdagangan sesi II, IHSG mulai bangkit kembali dari zona merah dan berhasil menyentuh kembali zona hijau pada pukul 14:00 WIB hingga akhir perdagangan hari ini.

Nilai transaksi indeks pada hari ini mencapai sekitaran Rp 13 triliun dengan melibatkan 32 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,5 juta kali. Sebanyak 304 saham menguat, 241 saham melemah, dan 159 saham lainnya stagnan.

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 0,08% ke Rp14.840/US$ pada perdagangan kemarin. "Kekeringan" valuta asing yang melanda di dalam negeri menjadi salah satu penyebab rupiah sulit menguat.

Likuiditas valas di dalam negeri tengah tertekan. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan kredit valasnya lebih tinggi dibandingkan dana pihak ketiga valas. Mengutip data terakhir Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kredit valas tumbuh 16,82% dan DPK valasnya 5,8%.

Sementara harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup menguat pada perdagangan Senin (12/9/2022).

Mayoritas investor kembali memburu SBN pada hari ini, ditandai dengan penurunan yield. Namun untuk SBN tenor 3 tahun cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan naiknya yield.

Melansir data dari Refinitiv,yield SBN tenor 3 tahun menanjak 5,5 basis poin (bp) ke posisi 6,192%. Sedangkan yield SBN tenor 20 tahun cenderung stagnan di posisi 7,176%.

Yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan (benchmark) negara kembali turun 0,7 bp ke posisi 7,17%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.


(ras/luc)
Pages