
Wall Street Full Senyum, IHSG Bakal Ketularan?

IHSG sempat melemah tapi akhirnya ditutup di zona hijau di penutupan pada perdagangan kemarin. Namun, IHSG masih berada di bayang-bayang resisten kuat 7.285. Jika mampu melewati resisten tersebut, selanjutnya akan ke 7.355. Sementara jika terkoreksi, 7.200 akan menjadi support IHSG.
Sentimen luar negeri tampak masih akan memperngaruhi gerak IHSG hari ini. Tiga indeks Wall Street yang menguat diperkirakan mampu mendorong indeks saham Indonesia menguat secara terbatas.
Selain itu, inflasi Amerika Serikat menjadi yang ditunggu oleh para pelaku pasar hari ini. Data Indeks Harga Konsumen AS, yang akan dirilis pada hari Selasa, diharapkan akan melandai pada Agustus dengan inflasi sebesar 8,1% year-on-year/yoy, dibandingkan dengan 8,5% yoy pada Juli.
Investor pasar ekuitas berharap ketika inflasi melandai membuat agresivitas bank sentral AS, The Fed, dalam menaikkan suku bunga acuannya akan berkurang.
Saat ini, para pelaku pasar memperkirakan suku bunga akan naik 75 basis poin (bp) pada pertemuan The Fed pada 21 September nanti. Berdasarkan perangkat CME FedWatch, peluang kenaikan suku bunga acuan AS sebesar 75 bp adalah 92,0%.
![]() Ekspektasi Kenaikan Suku Bunga The Fed |
Dari dalam negeri par apelaku pasar tampak menyambut positif pernyataan Kementerian Keuangan bahwa inflasi akan melandai pada Oktober.
Kenaiakn harga bahan bakar minyak (BBM) diperkirakan Kemenkeu akan mengungkit inflasi sebesar 1,38% month-to-month (mtm) pada September. Kemudian akan melambat pada Oktober dan November, masing-masing melaju 0,45% dan 0,27%.
Sehingga inflasi tahunan diperkirakan sebesar 6,3% - 6,7% pada tahun ini. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diramal Kemenkeu berada di atas 5%, tepatnya 5,1% - 5,4%.
Namun pelaku pasar dibebani olehi data neraca perdagangan termasuk ekspor dan impor yang akan dirilis Kamis (15/9/2022) yang diperkirakan melambat pertumbuhannya.
Berdasarkan jajak pendapat Reuters, neraca dagang Indonesia pada Agustus 2022 mencapai US$4,15 miliar. Nilainya turun dari bulan Juli sebesar US$4,22 miliar. Penurunan ini akibat pertumbuhan ekspor dan impor Indonesia untuk Agustus akan melambat dibanding bulan sebelumnya.
Ekspor diperkirakan akan bertumbuh 18,65% year-on-year/yoy, dibandingkan dengan bulan lalu sebesar 32,03% yoy. Sedangkan impor diperkirakan akan tumbuh 27,54% yoy dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tumbuh 39,86%.
(ras/luc)