Newsletter

Sakitnya Amerika Bisa Menular ke Indonesia! Semoga Tidak Lama

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
29 August 2022 06:10
bursa saham
Foto: ist

Sementara itu, Bahana Sekuritas dalam catatannya kepada investor mengungkapkan bahwa banyak investor saham dan obligasi yang memperkirakan koreksi pasar dari kenaikan harga BBM akan bersifat sementara.

"Walaupun kebijakan tersebut dapat meningkatkan inflasi, menaikkan suku bunga, dan merugikan konsumsi rumah tangga dalam jangka pendek, kebijakan tersebut akan menghilangkan kebijakan menggantung yang membuat orang asing enggan membeli aset dalam rupiah," papar Kepala Ekonom Bahana Sekuritas Putera Satria Sambijantoro dan tim dalam tulisannya, Jumat (26/8/2022).

Sejauh ini, investor asing memandang bahwa rendahnya inflasi di Indonesia sebagai hal yang artificial karena pemerintah mengelontorkan subsidi jumbo untuk mengamankan harga energi.

Pandangan ini melekat karena Indonesia telah menjadi negara pengimpor minyak bersih yang secara konsisten mencatat defisit fiskal dan menghabiskan lebih dari 15% pendapatan negaranya hanya untuk mensubsidi bahan bakar.

Satria dan tim mengarisbawahi perihal konsensus pasar yang meyakini jika inflasi Indonesia melampaui antara 6% atau bahkan 7% akibat kenaikan harga bahan bakar, setiap aksi jual aset rupiah dapat diredam.

Lebih lanjut, Satria juga melihat kenaikan harga BBM akan menekan imbal hasil obligasi, sementara pasar saham diperkirakan menguat setelah pengumuman.

"Kami melihat kenaikan harga bahan bakar sangat penting untuk menarik kembali investor ke pasar obligasi rupiah, yang telah mencatat arus keluar asing bersih selama tiga tahun berturut-turut," tegasnya.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Rilis Data Ekonomi & Agenda Emiten Hari Ini

(pap/luc)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular