Newsletter

IHSG Sudah Jeblok 7%, Indonesia Tak Lagi "Surga" Investasi?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
05 July 2022 06:10
Pabrik Sepatu
Foto: Pembuatan Sepatu. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Wall Street yang libur berakibat pada tidak adanya sentimen dari Negeri Paman Sam. Wall Street merupakan kiblat bursa saham dunia, pergerakannya bisa mempengaruhi bursa saham lainnya.

Investor masih akan terpengaruh sentimen dari dalam negeri di mana tanda-tanda pelambatan ekonomi masih menjadi perhatian.  Seperti disebutkan pada halaman 1, ekspansi sektor manufaktur menunjukkan pelambatan yang signifikan, berada di level terendah dalam 10 bulan terakhir.

Kemudian inflasi juga terus meninggi. Pada bulan Juni inflasi tercatat tumbuh 4,35% year-on-year (yoy), tertinggi dalam 5 tahun terakhir. Tetapi kenaikan inflasi inti tidak setinggi inflasi headline, sebesar 2,63% (yoy).

Hal ini bisa menjadi indikasi daya beli masyarakat yang lemah, dan data indeks keyakinan konsumen (IKK) yang akan dirilis pekan ini.

Pada bulan lalu Bank Indonesia (BI) merilis hasil Survei Konsumen. Hasilnya, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Mei 2022, yang bertepatan dengan jatuhnya Hari Raya Idul Fitri, berada di 128,9. Naik tajam dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 113,1 dan menjadi rekor tertinggi.

IKK menggunakan angka 100 sebagai ambang batas. Jika di bawah 100, maka artinya konsumen pesimistis memandang prospek perekonomian saat ini hingga enam bulan mendatang.

Dengan inflasi yang meninggi bulan lalu, tentunya akan berdampak pada keyakinan konsumen. Jika menunjukkan penurunan maka akan menjadi kabar yang kurang bagus.
Sebab, semakin tinggi IKK, konsumen cenderung akan semakin banyak belanja yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Begitu juga sebaliknya.

Belanja rumah tangga merupakan kontributor terbesar produk domestik bruto (PDB) berdasarkan pengeluaran, dengan porsi mencapai 53,65% di kuartal I-2022.
Ketika konsumen mengurangi belanjanya, maka akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Hal ini bisa semakin membuat investor asing getol menarik modalnya dari pasar saham.

Apalagi, harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) kini terus merosot. Seperti disebutkan di halaman 1, perang membuat duit di Eropa cabut dan salah satunya menuju Indonesia. Alasannya, Indonesia diuntungkan dengan tingginya harga komoditas.

Neraca perdagangan mampu mencetak surplus selama 25 bulan beruntun dan membuat transaksi berjalan juga surplus. Fundamental dalam negeri menjadi lebih kuat, sehingga menarik investor asing. Indonesia pun menjadi "surga" investasi.

Sayangnya harga CPO kini berada di level terendah tahun ini. Harga CPO saat ini berada di kisaran 4.500 ringgit/ton, merosot lebih dari 37% dibandingkan akhir April lalu saat harganya berada di atas 7.200 ringgit/ton.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)

(pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular