Polling CNBC Indonesia

Inflasi Juni Diramal Tertinggi dalam 5 Tahun

Maesaroh, CNBC Indonesia
30 June 2022 11:44
Pedagang memotong cabai merah keritinh yang dijual di kawasan Pasar Pondok Gede, Jakarta, Rabu (29/6/2022). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Pedagang memotong cabai merah keritinh yang dijual di kawasan Pasar Pondok Gede, Jakarta, Rabu (29/6/2022). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Inflasi Indonesia diperkirakan mencapai 0,44% (month to month/mtm) pada Juni tahun ini, meningkat dibandingkan 0,4% pada Mei lalu. Inflasi secara tahunan (year on year/yoy) juga diperkirakan melonjak.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 14 institusi memperkirakan inflasi secara tahunan diperkirakan menembus 4,15%. Level tersebut akan menjadi yang tertinggi sejak Juni 2017 atau dalam lima tahun terakhir di mana pada saat itu inflasi tercatat 4,37%.

Sepanjang periode Juni 2017-Mei 2022, Indonesia juga tidak pernah mencatatkan inflasi tahunan di atas 4%. Pada Mei 2022, inflasi tahunan hanya tercatat 3,55%. 

Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data inflasi Juni pada Jumat (1/7/2022).

Proyeksi inflasi dari konsensus pasar jauh di bawah proyeksi Bank Indonesia (BI). Berdasarkan Survei Pemantauan Harga hingga minggu IV Juni 2022, inflasi bulan ini diperkirakan mencapai 0,5% (mtm).

Menurut BI, komoditas penyumbang inflasi masih didominasi bahan makanan dan bumbu-bumbuan seperti cabai merah, cabai rawit, bawang merah, telur ayam ras, tomat, kangkung, dan bayam.

Komoditas penyumbang lainnya adalah sabun detergen bubuk/cair dan rokok kretek filter. Sementara itu, komoditas yang menyumbang deflasi adalah minyak goreng, daging ayam ras, angkutan antar kota daging sapi, bawang putih, udang basah, dan emas perhiasan.

Harga cabai terus menjadi sorotan selama dua bulan terakhir karena harganya yang melonjak tajam. Persoalan cuaca membuat pasokan cabai berkurang sehingga harganya menjulang.



Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN), harga cabai rawit melonjak 53% dari Rp 62.450/kg per 31 Mei menjadi Rp 95.400/kg pada Rabu (29/6/2022).

Di sebagian besar wilayah Indonesia bagian timur, harga cabai rawit bahkan menembus Rp 130.000 per kg. Harga cabai rawit termahal tercatat di Provinsi Kalimantan Timur yakni Rp 138.000 per kg.

Harga cabai merah juga tidak kalah pedas. Harga cabai merah melonjak 34% dari Rp 54.350 pada 31 Mei menjadi Rp 74.800 per kg pada Rabu (29/6/2022).

Hingga akhir Juni, harga cabai di sebagian besar wilayah Sumatera bahkan masih di atas Rp 100.000 per kg. Harga termahal ada di Provinsi Riau yakni Rp 110.500 per kg.

Harga telur ayam meningkat menjadi Rp 29.150 per kg pada akhir Juni dari Rp 28.650 per kg akhir Mei. Harga bawang merah naik 39% dari Rp 42.900 per kg pada akhir Mei menjadi Rp 59.600 per kg pada akhir Juni.

Sebaliknya, harga minyak goreng curah juga mulai menurun seiring dengan meningkatnya persediaan minyak goreng di dalam negeri. Harga minyak goreng curah pada akhir Juni tercatat Rp 17.450 per kg, lebih murah dibandingkan akhir Mei yang tercatat Rp 18.300 per kg.


Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan inflasi di bulan Juni merangkak naik karena meningkatnya inflasi komponen inti dan kelompok barang bergejolak.

"Kenaikan inflasi inti disebabkan oleh peningkatan konsumsi domestik, diikuti dengan kenaikan harga emas global. Di sisi lain, beberapa harga pangan masih mencatatkan kenaikan sepanjang bulan Juni," tutur Josua, kepada CNBC Indonesia.

Dia menambahkan penurunan secara gradual harga minyak goreng turut berkontribusi deflasi pada bulan ini. Sebagai catatan, minyak goreng menjadi pemicu inflasi di hampir sepanjang November hingga April karena lonjakan harga minyak sawit mentah (CPO).

Menyusul lonjakan harga minyak goreng, pemerintah akhirnya memutuskan untuk melarang minyak sawit mentah (CPO) dan produk turunannya pada 28 April-23 Mei lalu. Kebijakan tersebut dimaksudkan untuk memastikan pasokan dalam negeri sekaligus menekan harga.



"Sejalan dengan kenaikan harga avtur di pasar internasional, turut mendorong kenaikan tarif transportasi udara yang mendorong inflasi harga diatur pemerintah," imbuh Josua.

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan melonjaknya inflasi bahan makanan lebih disebabkan oleh persoalan pasokan. "Kenaikan harga bahan pangan dipicu oleh persoalan pasokan yang disebabkan cuaca serta distribusi. Kenaikan juga karena permintaan yang kuat," tutur Faisal, dalam Macro Preview.

Dia memperkirakan inflasi akan meningkat baik secara di semester kedua tahun ini, terutama karena membaiknya permintaan dalam negeri. "Demand pull inflation membuat tren inflasi inti cenderung meningkat ke depan," ujarnya.

Senada, ekonom Bank Danamon Irman Faiz mengatakan faktor pendorong inflasi Juni masih pada komponen volatile foods. Namun, dia mengingatkan jika inflasi inti akan terus meningkat ke depan karena membaiknya aktivitas ekonomi dalam negeri.

"Core inflation juga meningkat menunjukkan permintaan yang juga turut membaik," tuturnya.

Konsensus yang dihimpun CNBC memperkirakan inflasi inti akan mencapai 2,69% (yoy) pada Juni tahun ini. Jika proyeksi tersebut menjadi kenyataan maka inflasi inti akan menjadi rekor tertinggi sejak April 2020 yang tercatat 2,91%.

Kenaikan inflasi inti akan menjadi pertimbangan Bank Indonesia dalam menentukan kebijakan moneternya.  Jika inflasi inti terus merangkak naik bukan tidak mungkin BI akan menaikkan suku bunga acuan mereka dalam waktu dekat.

Pada Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia bulan ini, Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengatakan kenaikan suku bunga acuan bisa menjadi pilihan jika ekspektasi inflasi inti terus melonjak.



TIM RISET CNBC INDONESIA

 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular