Sstt..!! Bos BI Mulai Tebar 'Kode' Kenaikan Suku Bunga Acuan

Maesaroh, CNBC Indonesia
23 June 2022 17:55
Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Juni 2022
Foto: Perry Warjiyo (Tangkapan Layar Youtube BI)

Jakarta, CNBC Indonesia - Seperti perkiraan banyak lembaga dan pelaku pasar, Bank Indonesia (BI) mempertahankan mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,5% bulan ini. Namun, BI mulai menebarkan sinyal kenaikan suku bunga acuan.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 22-23 Juni 2022 juga mempertahankan suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%.

BI sudah mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 3,5% sejak Februari 2021 atau sudah bertahan selama 16 bulan terakhir. Level 3,5% adalah suku bunga acuan terendah dalam sejarah Indonesia.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan keputusan BI menahan suku bunga acuan sejalan dengan perlunya pengendalian inflasi tanpa perlu meninggalkan momentum pertumbuhan ekonomi.

Berbeda dengan pengumuman hasil RDG pada bulan-bulan sebelumnya, Perry pada hari ini menyampaikan mengenai kemungkinan adanya normalisasi kebijakan moneter lanjutan yang akan disesuaikan dengan risiko tekanan inflasi.

"BI terus mencermati risiko tekanan inflasi ke depan, termasuk ekspektasi inflasi dan dampaknya terhadap inflasi inti, dan akan menempuh langkah-langkah normalisasi kebijakan moneter lanjutan sesuai dengan data dan kondisi yang berkembang," tutur Perry dalam konferensi pengumuman hasil RDG Bulanan Juni, Kamis (23/6/2022).

Perry memang tidak menyebut akan menaikkan suku bunga. Dia hanya jika BI sudah menempuh normalisasi kebijakan berupa kenaikan giro wajib minimum (GWM) sejak Juni ini.

Namun, selama RDG tahun ini, Perry tidak pernah menyebut akan mencermati risiko tekanan inflasi ke depan dan menghubungkannya kepada kebijakan moneter.

"BI terus mewaspadai tekanan inflasi ke depan dan dampaknya pada ekspektasi inflasi serta menempuh kebijakan penyesuaian suku bunga apabila terdapat tanda-tanda kenaikan inflasi inti," imbuhnya.

Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengatakan laju inflasi inti masih cukup rendah pada Mei tahun ini tapi kemungkinan meningkat pada Juni. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflaasi inti mencapai 3,55% (year on year/yoy) pada Mei, melandai dibandingkan April yang tercatat 2,60%.

"Tentunya inflasi pangan dan administered prices berpengaruh ekspektasi inflasi inti terbuka dan kita harus tetap lakukan langkah-langkah menjaga confidence masyarakat untuk berada pada anchor," ujar Dody.

Sejumlah analis memperkirakan BI akan mulai menaikkan suku bunga acuan pada Juli mendatang.

Ekonom Bank Danamon Wisnu Wardana memperkirakan BI paling cepat akan menaikkan suku bunga acuan pada bulan depan. Menurutnya, pelemahan nilai ekspor komoditas dan naiknya permintaan dalam negeri akan menekan surplus neraca perdagangan ke depan.

Menurunnya surplus neraca perdagangan akan menipiskan surplus transaksi berjalan. Kondisi tersebut bisa menggoyang nilai tukar serta membuat Indonesia rentan teradap tekanan eksternal. BI memperkirakan transaksi berjalan kuartal II-2022 diprakirakan mengalami surplus, melanjutkan capaian surplus pada kuartal I -2022 yang tercatat US$ 0,2 miliar atau 0,1% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

"Tekanan akibat kenaikan harga akan meningkat ke depan. Kami memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga menjadi 4,50% pada tahun ini, lebih tinggi dibandingkan perkiraan awal (4,0%) karena naiknya inflasi dan kebijakan The Fed yang agresif," tutur Wisnu, kepada CNBC Indonesia.

Ekonom UOB Enrico Tanuwidjaja juga memperkirakan BI paling cepat akan menaikkan suku bunga acuan pada Juli.

Sebaliknya, ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan BI tidak akan terburu-buru menaikkan suku bunga pada tahun ini. Bank sentral RI tersebut kemungkinan akan menaikan suku bunga pda semester II tahun ini.

"Kenaikan suku bunga akan sangat dipengaruhi oleh laju inflasi ke depan. Kenaikan suku bunga acuan BI maksimal akan mencapai 75 bps," tutur Faisal.

Senada, ekonom Bank Permata Josua Perdede juga memperkirakan BI baru akan menaikkan suku bunga acuan pada semester depan. Menurutnya, Indonesia memiliki fundamental ekonomi yang kuat yang bisa dijadikan landasan BI untuk menahan suku bunga.

Dia mengingatkan nilai tukar rupiah memang melemah dalam sepekan terakhir. Namun, pelemahan rupiah bukan karena faktor fundamental tetapi kepada sentimen.

"Ke depannya, BI berpotensi mulai menaikkan suku bunga acuannya pada semester II-2022 dalam menjangkar potensi peningkatan inflasi fundamental serta menjaga stabilitas nilai tukar rupiah," ujar Josua kepada CNBC Indonesia.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular