Sstt..!! Bos BI Mulai Tebar 'Kode' Kenaikan Suku Bunga Acuan

Jakarta, CNBC Indonesia - Seperti perkiraan banyak lembaga dan pelaku pasar, Bank Indonesia (BI) mempertahankan mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,5% bulan ini. Namun, BI mulai menebarkan sinyal kenaikan suku bunga acuan.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 22-23 Juni 2022 juga mempertahankan suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%.
BI sudah mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 3,5% sejak Februari 2021 atau sudah bertahan selama 16 bulan terakhir. Level 3,5% adalah suku bunga acuan terendah dalam sejarah Indonesia.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan keputusan BI menahan suku bunga acuan sejalan dengan perlunya pengendalian inflasi tanpa perlu meninggalkan momentum pertumbuhan ekonomi.
Berbeda dengan pengumuman hasil RDG pada bulan-bulan sebelumnya, Perry pada hari ini menyampaikan mengenai kemungkinan adanya normalisasi kebijakan moneter lanjutan yang akan disesuaikan dengan risiko tekanan inflasi.
"BI terus mencermati risiko tekanan inflasi ke depan, termasuk ekspektasi inflasi dan dampaknya terhadap inflasi inti, dan akan menempuh langkah-langkah normalisasi kebijakan moneter lanjutan sesuai dengan data dan kondisi yang berkembang," tutur Perry dalam konferensi pengumuman hasil RDG Bulanan Juni, Kamis (23/6/2022).
Perry memang tidak menyebut akan menaikkan suku bunga. Dia hanya jika BI sudah menempuh normalisasi kebijakan berupa kenaikan giro wajib minimum (GWM) sejak Juni ini.
Namun, selama RDG tahun ini, Perry tidak pernah menyebut akan mencermati risiko tekanan inflasi ke depan dan menghubungkannya kepada kebijakan moneter.
"BI terus mewaspadai tekanan inflasi ke depan dan dampaknya pada ekspektasi inflasi serta menempuh kebijakan penyesuaian suku bunga apabila terdapat tanda-tanda kenaikan inflasi inti," imbuhnya.
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengatakan laju inflasi inti masih cukup rendah pada Mei tahun ini tapi kemungkinan meningkat pada Juni. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflaasi inti mencapai 3,55% (year on year/yoy) pada Mei, melandai dibandingkan April yang tercatat 2,60%.
"Tentunya inflasi pangan dan administered prices berpengaruh ekspektasi inflasi inti terbuka dan kita harus tetap lakukan langkah-langkah menjaga confidence masyarakat untuk berada pada anchor," ujar Dody.