
Ada 'Hantu' Resesi Saat Pasar Menanti Rapat BI, IHSG Sepi?

Jakarta, CNBC Indonesia -Suasana cerah di pasar keuangan Indonesia hanya berlangsung sehari. Setelah sempat menguat pada Selasa, pasar saham keuangan Indonesia kembali rontok kemarin karena investor masih was-was dan menunggu kebijakan Bank Indonesia (BI).
Pasar saham dan mata uang ambruk pada perdagangan Rabu (22/6/2022) tetapi pasar obligasi mengalami sedikit perbaikan. Investor dan trader kembali mengkhawatirkan adanya resesi di Amerika Serikat(AS) dan memburuknya perekonomian global sehingga memilih hati-hati.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,85% ke 6.984,31, pada Rabu (22/6/2022). Pelemahan tersebut membuat IHSG keluar dari level psikologis 7.000.
Penjualan bersih (net sell) juga masih dilakukan investor asing dengan nilai mencapai Rp 225,6 miliar. Net sell tersebut lebih rendah dibandingkan sehari sebelumnya (Rp 354,64 miliar).
Saham yang paling banyak dilepas asing adalah saham ANTM dan BBRI dengan net sell masing-masing Rp 73 miliar dan Rp 57 miliar. Sementara itu, saham yang paling banyak diburu asing adalah saham KLBF dan ASII dengan nilai net buy masing-masing Rp 46 miliar dan Rp 34 miliar.
Nilai transaksi indeks kemarin mencapai sekitar Rp 24,8 triliun dengan melibatkan 25,5 miliaran saham. Sebanyak 174 saham menguat, 346 saham melemah, sementara 168 saham stagnan. Artinya, setengah saham pada perdagangan kemarin rontok.
Berbanding terbalik dengan Selasa, saham-saham energi tumbang pada perdagangan Rabu.
Saham PT Timah Tbk. (TINS) turun paling dalam yakni 6,92% ke posisi Rp 1.615 per saham sejalan dengan pelemahan harga timah di pasar internasional serta rencana pemerintah menaikkan tarif royalti komoditas tersebut.
Saham sektor energi lain yang amblas adalah PT Energi Mega Persada Tbk. (ENRG) yang melemah 6,38%, saham PT Antam Tbk. (ANTM) merosot 6,05%, dan saham PT Harum Energy Tbk (HRUM) yang melemah 4,06%.
Pergerakan IHSG mengekor mayoritas bursa saham Asia yang bergerak di zona merah hari ini meskipun sempat dibuka di zona hijau.
Indeks Nikkei Jepang ditutup melemah 0,37% ke posisi 26.149,55, Hang Seng Hong Kong ambruk 2,56% ke 21.008,34, Shanghai Composite China ambles 1,2% ke 3.267,2, dan ASX 200 Australia terkoreksi 0,23% ke 6.508,5.
Kondisi suram juga terjadi di indeks Straits Times Singapura yang terpangkas 0,78% ke 3.093,31 dan KOSPI Korea Selatan yang amblas 2,74% ke 2.342,81.
Senada dengan IHSG, rupiah hari ini juga amblas. Pada Selasa (21/6/2022), mata uang Garuda sebenarnya bergerak menguat dan mampu menghentikan kemerosotan 6 hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS). Namun, rupiah kembali tidak berdaya kemarin dan ditutup merosot 0,37% pada posisi Rp 14.865/US$.
Pada awal perdagangan rupiah bergerak liar. Rupiah langsung menguat 0,07% ke Rp 14.800/US$ di pasar spot, melansir data Refinitiv. Hitungan detik saja, rupiah berbalik melemah dengan persentase yang sama. Kemudian berbalik lagi menguat 0,14% sebelum akhirnya terus melemah hingga 0,42% ke Rp 14.872/US$, yang merupakan level terlemah sejak Oktober 2020.
Di pasar obligasi, harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup menguat pada perdagangan Rabu (22/6/2022) sehingga yield melandai. Dari delapan seri SBN, yield dari lima seri tersebut menurun, dua stagnan, dan satu meningkat.
Kondisi ini mencerminkan kembalinya optimisme investor di pasar obligasi. Penurunan yield SBN salah satunya disebabkan oleh semakin melandainya yield surat utang pemerintah AS dan harga SBN yang sudah lebih murah.
Mayoritas investor ramai memburu SBN pada hari ini, ditandai dengan turunnya imbal hasil (yield). Hanya SBN tenor 15 tahun yang cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan naiknya yield.
Melansir data dari Refinitiv,yield SBN tenor 15 tahun naik 0,3 basis poin (bp) ke 7,523% pada perdagangan hari ini. Sedangkan untuk yield SBN berjangka panjang yakni tenor 25 tahun dan 30 tahun stagnan di posisi masing-masing 7,594% dan 7,401%.
Sementara untuk yield SBN bertenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara berbalik melemah 2 bp ke 7,494% pada perdagangan hari ini.
Bursa Wall Steet kembali kebakaran setelah sempat menghijau pada hari sebelumnya. Pernyataan Chairman bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell mengenai kemungkinan resesi, anjloknya harga minyak mentah, hingga pemutusan hubungan kerja yang dilakukan Tesla dan JPMorgan Chase membuat investor menjual saham mereka.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melemah 47,12 poin atau 0,15% ke posisi 30.483,13. Sementara itu, S&P 500 ditutup melemah 4,9 poin atau 0,13% ke posisi 3.759,89 dan Nasdaq Composite merosot 16,22 poin atau 0,15% ke posisi 11.053,08.
Kekhawatiran resesi semakin menguat setelah Powell dalam pidato di depan senat AS mengatakan bahwa kemungkinan resesi itu ada. Powell juga memastikan The Fed akan membawa inflasi ke level 2%. Pernyataan Powell tersebut menjadi sinyal jika The Fed akan menjadi lebih agresif ke depan meskipun hal tersebut bisa berbalik pada pelemahan ekonomi Paman Sam.
Powell menambahkan menurunkan inflasi tanpa risiko resesi kini menjadi lebih menantang. "Kami memahami persoalan besar yang disebabkan inflasi. Kami sangat berkomitmen untuk menurunkan inflasi. Kami tidak bermaksud untuk memprovokasi resesi. Namun, Sangat penting untuk menstabilkan harga," tutur Powell di depan senat AS, seperti di kutip CNBC International.
Sebagai catatan, inflasi AS terbang 8,6% pada Mei tahun ini, yang menandai rekor tertinggi sejak Desember 1981.
Bank sentral AS sudah menaikkan suku bunga acuan mereka sebanyak tiga kali pada 2022, termasuk kenaikan sebesar 75 bps pada pekan lalu. Namun, Powell mengakui jika inflasi masih terlalu tinggi dan perlu segera dijinakkan.
"Inflasi masih menjadi ancaman besar bagi aset keuangan dan pernyataan Powell kini sangat jelas bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga sampai inflasi menjinak. Jika target tersebut belum tercapai maka rally akan sangat sulit terjadi," tutur Robert Schein, dari Blanke Schein Wealth Management.
Schein menambahkan pengetatan moneter akan menjadi headwind untuk pasar keuangan sampai Fed memberi lampu hijau jika inflasi sudah aman.
Resesi kini menjadi kekhawatiran di AS setelah sejumlah data mulai dari indeks kepercayaan konsumen hingga penjualan ritel ambruk. Survei yang dilakukan Citigroup menunjukkan kemungkinan terjadi resesi kini menjadi 50%.
Suramnya Wall Street juga dipengaruhi anjloknya harga minyak mentah. Harga minyak mentah Brent amblas 4,06% ke US$ 109,99 per barel sementara minyak Light NYMEX anjlok 5% ke US$ 104,3 per barel.
Harga minyak amblas karena ada kekhawatiran ekonomi global akan melambat sehingga permintaan akan minyak turun.
Menyusul anjloknya harga minyak, saham Marathon Oil amblas 5% dan ConocoPhillips jeblok 4% sementara saham Occidental Petroleum dan Exxon Mobil melemah 2%.
Di luar sektor energi, saham sejumlah perusahaan amblas termasuk Tesla dan Apple. Saham Tesla turun 0,4% setelah sang pemilik Elon Musk mengatakan akan memangkas jumlah pekerja mereka.
Sementara itu, saham Apple melemah 0,4% dan Microsoft melandai 0,24%. Saham NIKE juga amblas 3,5% setelah Seaport Research Partners memberikan rekomendasi "netral" dari "buy".
King Lip dari Baker Avenue Asset Management mengingatkan volatilitas masih terjadi pada hari-hari ke depan.
"Kekhawatiran masih sangat kuat, yang terburuk bahkan mungkin masih terjadi," tutur King Lip, seperti dikutip Reuters.
Kabar buruk juga datang dari JPMorgan Chase yang akan mem-PHK ratusan pegawainya yang menangani penjualan rumah.
Langkah ini diambil karena permintaan rumah di AS kemungkinan akan terus menurun di tengah lonjakan tingkat suku bunga mortgage atau Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan pelemahan ekonomi AS. Pembangunan rumah baru di AS turun 14,4% pada Mei tahun ini, yang merupakan penurunan terbesar sejak April 2020.
"Keputusan kami merupakan repsons dari perubahan siklus yang terjadi di pasar mortgage," tulis JPMorgan, seperti dilansir dari CNN.
Kabar buruk dari Wall Street bisa menular kepada pergerakan IHSG hari ini. Melemahnya IHSG kemarin juga menunjukan masih adanya kekhawatiran pelaku pasar mengenai memburuknya ekonomi. Pernyataan Powell mengenai kemungkinan resesi akan dicermati pelaku pasar dalam negeri.
Namun, perhatian pelaku pasar hari ini akan tertuju kepada Rapat Dewan Gubernur (RDG). Setelah The Fed dan bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) menaikkan suku bunga pekan lalu, pasar kini menebak-nebak kemana arah kebijakan BI.
BI akan menggelar konferensi pers pada pukul 14:00 WIB hari ini. Meski belum mengumumkan kebijakan, sinyal kuat untuk mempertahankan suku bunga sudah dikeluarkan Gubernur BI Perry Warjiyo.
Perry menegaskan sikap kebijakan moneter akan diarahkan ke pro-stability. Sementara itu, kebijakan makro-prudensial BI akan diarahkan kepada pro-growth.
"Kebijakan moneter akan terus pro-stability. Dengan inflasi yang rendah, kita tidak perl terburu-buru untuk menaikkan suku bunga," tutur Perry, dalam acara Bank Dunia bertajuk Indonesia Economic Prospects: Financial Deepening for Stronger Growth and Sustainable Recovery, Rabu (22/6/20222).
Perry juga menegaskan bahwa BI tidak perlu terburu-buru menaikkan suku bunga karena inflasi masih terkendali yakni 4,2% pada tahun ini.
"Inflasi kemungkinan di 4,2%. Inflasi menjadi tantangan besar tetapi kami percaya dengan kerja sama yang erat dengan pemerintah, kami bisa menjaga stabilitas harga," imbuhnya.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia juga menunjukkan kubu MH Thamrin akan menahan suku bunga pada bulan ini. Keyakinan akan menahan suku bunga didasari pada fakta inflasi Indonesia masih terkendali. Suku bunga acuan BI sebesar 3,50% sudah bertahan sejak Februari 2021.
Menurut sejumlah lembaga yang mengikuti konsensus, keputusan pemerintah untuk tidak menaikkan harga BBM dan tarif dasar listrik untuk kelompok tidak mampu menjadi buffer penting bagi laju inflasi Indonesia tahun ini.
"Untuk BI rate kami masih melihat dipertahankan di 3,5% mengingat inflasi inti masih di bawah 3% serta harga pertalite yang tidak jadi dinaikkan," tutur ekonom Bank Danamon Irman Faiz, kepada CNBC Indonesia.
Selain kebijakan suku bunga, pasar kini juga menunggu kebijakan moneter atau makro-prudensial lain yang mungkin dikeluarkan BI.
Pasalnya, Perry berkali-kali menyebutkan bahwa suku bunga bukanlah satu-satunya kebijakan moneter. BI bisa menempuh cara lain untuk menjaga stabilitas ataupun mengurangi likuiditas di pasar seperti kenaikan giro wajib minimum (GWM).
Sentimen dari RDG akan berpengaruh terhadap pergerakan saham hari ini. Perlu dicermati pergerakan saham perbankan dan properti mengingat emiten sektor tersebut bisa dipengaruhi oleh keputusan BI.
Jika BI menaikkan suku bunga, permintaan kredit akan terpengaruh termasuk di sektor properti.
Menarik disimak juga saham sektor energi. Amblasnya harga minyak mentah dunia bisa mempengaruhi gerak emiten energi.
William Surya Wijaya, CEO dari PT Yugen Bertumbuh Sekuritas, memperkirakan IHSG akan tertekan pada hari ini. IHSG masih dibayangi oleh beberapa faktor diantaranya sentimen penetapan suku bunga acuan dalam rapat dewan gubernur, volatilitas market global dan regional serta volatilitas harga komoditas.
"Di sisi lain, penopang pergerakan IHSG masih berasal dari kondisi kestabilan perekonomian dalam negeri dan mulai berputarnya roda perekonomian dalam negeri. Hari ini IHSG berpotensi tertekan," tutur William, dalam analisanya.
Laju IHSG juga masih ditopang oleh pembagian dividen sejumlah perusahaan.
PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. (RALS) akan membayar dividen senilai Rp 11,24 miliar atau Rp 30 per lembar saham.
Tanggal batas terakhir terdaftar sebagai penerima dividen alias cum date pada tanggal 31 Mei Juni 2022 untuk pasar reguler dan negoisasi sementara untuk pasar tunai pada 6 Juni 2022.
Berikut beberapa agenda ekonomi dan perusahaan hari ini:
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo akan mengumumkan hasil rapat Dewan Gubernur bulan Juni (14: 00 WIB)
Rilis initial job claims Amerika Serikat (19:30 WIB)
General council meeting bank sentral Eropa (ECB) (14:00 WIB)
Chairman The Fed Jerome Powell akan memberikan pidato di depan Komite Layanan Jasa Keuangan senat AS (21:00 WIB)
S&P akan mengeluarkan rilis mengenai PMI Manufactirng Flash untuk Jepang, Inggris, Prancis, Australia, AS, Jerman, dan zona Eropa.
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Radana Bhaskara Finance (09:00 WIB)
RUPS PT KMI Wire and Cable (10: 00 WIB)
RUPS PT Jaya Real Property (10:00 WIB)
RUPS PT Jasa Armada Indonesia (10:00 WIB)
RUPS PT Erajaya Swasembada (10:00 WIB)
RUPS PT Graha Andrasentra Propertindo (10:00 WIB)
RUPS PT Bank Aladin Syariah (10:00 WIB)
RUPS PT Asuransi Ramayana (10:00 WIB)
RUPS PT PT Blue Bird (14:00 WIB)
RUPS PT Ever Shine Textile Industry (14:00 WIB)
RUPS PT Metropolitan Kentjana (14:00 WIB)
Pembayaran dividen tunai PT Ramayana Lestari Sentosa
Tanggal cum dividen tunai PT Unilever Indonesia Tbk
Tanggal cum dividen tunai PT Kino Indonesia
Tanggal cum dividen tunai PT Kobexindo Tractors
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae) Next Article Kekuatan Oktober sebagai "Bear Killer" Pudar, IHSG Aman?