
Ditutup Melemah 0,85%, IHSG Keluar Dari Psikologis 7.000

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,85% ke 6.984,31 pada perdagangan Rabu (26/6/2022). IHSG kembali keluar dari level psikologis 7.000. Di pasar reguler investor asing mencatatkan net sell senilai hampir Rp 258 miliar.
Saham yang paling banyak dilepas asing adalah saham ANTM dan BBRI dengan net sell masing-masing Rp 73 miliar dan Rp 57 miliar. Sedangkan saham yang paling banyak diburu asing adalah saham KLBF dan ASII dengan nilai net buy masing-masing Rp 46 miliar dan Rp 34 miliar.
Pergerakan IHSG mengekor mayoritas bursa saham Asia yang bergerak di zona merah hari ini. Indeks Hang Seng memimpin pelemahan dengan koreksi 2,32%.
Padahal semalam Wall Street ditutup bergairah. Ketiga indeks saham acuan AS yaitu Dow Jones, S&P 500 dan Nasdaq Composite mengalami kenaikan signifikan lebih dari 2%.
Pasar saat ini masih fokus mencermati arah kebijakan suku bunga acuan oleh bank sentral Tanah Air. Bank Indonesia (BI) akan mengadakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 24-25 Juni 2022.
Mayoritas ekonom masih meyakini bahwa BI 7 Day Reverse Repo Rate akan tetap di tahan di 3,5% pada RDG kali ini.
Hal tersebut juga dikuatkan oleh pernyataan Gubernur BI Perry Warjiyo yang mengatakan bahwa BI tidak perlu terpaksa untuk menaikkan suku bunga acuan.
Memang The Fed sebagai kiblat bank sentral global sudah menaikkan 3x suku bunga acuannya tahun ini sebesar 150 basis poin (bps).
Namun BI punya independensi dalam pengambilan kebijakan dan juga harus mempertimbangkan kondisi serta fundamental ekonomi domestik. Setidaknya dua hal inilah yang menjadi acuan mayoritas ekonom masih memperkirakan suku bunga di tahan di level terendahnya.
Sentimen lain yang juga patut dicermati adalah tren kenaikan harga batu bara global yang berlanjut. Harga kontral batu bara acuan ICE Newcastle menguat lagi dekati level US$ 400/ton.
Jika di awal pekan harga naik 6%, kemarin harga batu bara menguat 3,27% dan ditutup di US$ 394,75/ton.
Pemicu kenaikan harga batu bara adalah rencana Eropa untuk kembali beralih ke bahan bakar fosil tersebut karena sedang dilanda krisis energi.
Indonesia sebagai salah satu produsen terbesar dunia berpeluang mengambil pasar Eropa di tengah kondisi seperti sekarang ini.
Jelas situasi ini menguntungkan untuk Indonesia terutama emiten-emiten tambang batu hitam. Secara historis, harga batu bara global berkorelasi positif dengan pergerakan harga sahamnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/dhf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000