Investor Kembali Optimis, Mayoritas Yield SBN Naik Lagi

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
21 June 2022 20:03
US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)
Foto: US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup melemah pada perdagangan Selasa (21/6/2022), menandakan bahwa investor cenderung optimis pada hari ini.

Mayoritas investor kembali melepas SBN pada hari ini, ditandai dengan naiknya imbal hasil (yield). Hanya SBN tenor 1, 3, dan 25 tahun yang ramai diburu oleh investor, ditandai dengan turunnya yield dan menguatnya harga.

Melansir data dari Refinitiv, yield SBN tenor 1 tahun melemah 3,4 basis poin (bp) ke 4,251%, sedangkan yield SBN berjatuh tempo 3 tahun turun 1,1 bp ke 4,533%, dan yield SBN bertenor 15 tahun turun tipis 0,5 bp ke 7,52%.

 

Sementara untuk yield SBN bertenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara kembali menguat 1,5 bp ke 7,514% pada perdagangan hari ini.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Pada hari ini, investor cenderung optimis ditandai dengan cerahnya bursa saham global, utamanya di kawasan Asia-Pasifik dan Eropa.

Di lain sisi, perdagangan pasar obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) kembali dibuka pada hari ini, setelah libur memperingati hari Juneteenth kemarin.

Hari ini, yang merupakan perdagangan pertama di pekan ini, yield obligasi pemerintah AS (US Treasury) cenderung menguat, karena investor juga cenderung optimis.

Dilansir dari CNBC International, yield Treasury tenor 10 tahun naik 4,2 bp ke level 3,281%, dari sebelumnya pada perdagangan Jumat pekan lalu di 3,239%.

Sesi perdagangan Selasa datang setelah pada pekan lalu sempat bergejolak di mana bank sentral mengisyaratkan upaya yang lebih agresif dalam menaikkan suku bunga acuannya untuk mengurangi inflasi yang masih melonjak.

Pekan lalu, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menaikkan suku bunga acuannya sebanyak 75 bp dan menjadi kenaikan terbesar sejak 1994, dengan inflasi tahunan AS yang mencapai level tertinggi 40 tahun terakhir yakni sebesar 8,6% pada periode Mei 2022.

"The Fed akan terus menaikkan suku bunga sampai inflasi turun kecuali satu dari tiga hal terjadi," kata Joe Kalish, kepala strategi makro global di Ned Davis Research, dikutip dari CNBC International.

"Adapun tiga hal tersebut yakni pertama adalah kondisi likuiditas, kedua adalah kondisi keuangan yang menandakan resesi, dan yang terakhir yakni meningkatnya pengangguran," tambah Kalish.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular