Dow Futures Naik 1% Lebih, Sinyal Wall Street Bakal Pulih?

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
21 June 2022 19:08
Traders work on the floor at the New York Stock Exchange (NYSE) at the end of the day's trading in Manhattan, New York, U.S., August 27, 2018. REUTERS/Andrew Kelly
Foto: REUTERS/Andrew Kelly

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) menguat pada perdagangan Selasa (21/6/2022), di mana investor masih mengevaluasi keagresifan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dan peluang resesi.

Kontrak futures indeks Dow Jones naik 500 poin atau 1,7%. Hal serupa terjadi pada indeks S&P 500 dan Nasdaq melesat masing-masing sebesar 1,8% dan 1,9%.

Mayoritas indeks saham utama mengalami penurunan selama sepuluh pekan karena kekhawatiran bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga secara agresif untuk menjinakkan inflasi dengan risiko menyebabkan penurunan ekonomi.

Indeks S&P 500 anjlok 5,8% pekan lalu dan menjadi penurunan terbesar sejak Maret 2020 hingga memasuki bear market (zona penurunan). Indeks acuan tersebut kini berada 23% dari rekor tertingginya sejak awal Januari 2022.

Sedangkan, indeks Dow Jones ambles 4,8% pekan lalu hingga berada di bawah level 30.000 untuk pertama kalinya sejak Januari 2021. Indeks berbasis teknologi, Nasdaq juga melemah 4,89% dan berada 33% dari rekor tertingginya.

"Penurunan baru-baru ini di pasar ekuitas dan perubahan dalam sikap investor membuat proyeksi lebih susah dibuat. Investor bertindak secara emosional membuat fundamental mulai mengikuti kelemahan teknis," tutur Ketua Riset Investasi Nationwide Mark Hackett dikutip dari CNBC International.

Sementara itu, Ketua The Fed Jerome 'Jay' Powell akan memberikan pernyataannya pada 22-23 Juni waktu setempat.

Investor masih akan mengamati rilis data dari penjualan rumah yang dijadwalkan akan dirilis hari ini untuk mengukur kesehatan ekonomi.

Meski beberapa waktu lalu rilis data ekonomi AS menunjukkan penurunan pada keyakinan konsumen, penjualan ritel yang menurun, dan pasar perumahan yang melemah telah memicu kekhawatiran akan resesi karena Fed memerangi inflasi tertinggi sejak 41 tahun.

Selain itu, pasar kripto masih meneruskan kinerjanya yang bergejolak. Pekan lalu, Bitcoin jatuh ke rekor terendahnya tahun ini di US$ 17.601,58 sebelum akhirnya bergerak naik hingga di atas level US$ 20.000 hari ini.

Bitcoin merupakan mata uang kripto dengan kapitalisasi pasar yang paling besar dan kini berada 70% di bawah rekor tertinggi sepanjang masa di November 2021.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dow Futures Melemah Pasca Putusan The Fed

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular