Bursa Asia Kompak Ambruk, KOSPI-Hang Seng Paling Parah...

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
22 June 2022 17:05
Two women stand in front of an electronic board showing Hong Kong share index outside a bank in Hong Kong, Thursday, Feb. 14, 2019. Asian stocks were mostly lower on Thursday as China and the U.S. kicked off two days of trade negotiations in Beijing. (AP Photo/Kin Cheung)
Foto: Bursa Hong Kong (AP Photo/Kin Cheung)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik ditutup di zona merah pada perdagangan Rabu (22/6/2022), setelah sempat dibuka di zona hijau pada awal perdagangan hari ini, karena investor masih cenderung khawatir bahwa kondisi ekonomi global masih berpotensi memburuk.

Indeks Nikkei Jepang ditutup melemah 0,37% ke posisi 26.149,55, Hang Seng Hong Kong ambruk 2,56% ke 21.008,34, Shanghai Composite China ambles 1,2% ke 3.267,2, dan ASX 200 Australia terkoreksi 0,23% ke 6.508,5.

Berikutnya indeks Straits Times Singapura terpangkas 0,78% ke 3.093,31, KOSPI Korea Selatan anjlok 2,74% ke 2.342,81, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir merosot 0,85% ke posisi 6.984,31.

Dari Jepang, bank sentral (Bank of Japan/BoJ) telah mengumumkan hasil rapat kebijakan moneternya pada hari ini. Sebelumnya pada Jumat pekan lalu, BoJ kembali mempertahankan suku bunga acuannya di level rendah yakni di -0,1%.

Para ahli sebelumnya mengatakan bahwa fokus utama bank sentral Negeri Sakura bukanlah untuk mengendalikan nilai tukar, tetapi untuk mengendalikan inflasi.

"Banyak anggota menyatakan pandangannya bahwa inflasi yang mendasari, diukur dengan IHK tidak termasuk faktor-faktor seperti energi, tetap relatif rendah," ungkap dari hasil risalah BoJ tersebut.

Sebagian besar anggota dewan kebijakan BOJ mengharapkan suku bunga jangka pendek dan jangka panjang untuk tetap pada level saat ini atau lebih rendah.

Investor di Benua Kuning dan Benua Hijau kembali melakukan aksi jual di pasar saham, karena mereka masih cenderung khawatir bahwa kondisi ekonomi global masih berpotensi memburuk.

Di lain sisi, Bursa Asia-Pasifik yang kembali terkoreksi terjadi di tengah anjloknya harga minyak mentah dunia pada hari ini.

Per pukul 16:28 WIB, harga minyak jenis Brent ambles 4,05% ke harga US$ 110,01 per barel, sedangkan harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) ambrol 4,62% ke US$ 104,46 per barel.

Reuters melaporkan bahwa Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden berencana untuk menangguhkan sementara pajak federal sebesar 18,4 sen per galon untuk bensin dalam upaya untuk menurunkan biaya energi yang melonjak.

Minyak mentah dunia telah melonjak dalam beberapa bulan terakhir ke level tertinggi di tengah kekhawatiran gangguan pasokan akibat konflik di Eropa Timur.

Tapi kemudian konflik tersebut menciptakan kenaikan inflasi yang membuat para bank sentral, utamanya di Negara Barat untuk bertindak dengan menaikkan suku bunga secara agresif.

Sebelumnya pada pekan lalu, bank sentral AS (The Federal Reserve/Fed) menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bp). Hal ini dilakukan oleh bank sentral Negeri Paman Sam untuk mendinginkan inflasi yang kembali melonjak pada bulan lalu.

Sikap agresif The Fed kemudian dianggap jadi sentimen negatif karena dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menyebabkan resesi di AS.

Kini, perhatian pasar tertuju kepada pidato bos The Fed, Jerome Powell, di mana mereka menanti komentar Powell terkait langkah bank sentral negara adidaya AS.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perdagangan Perdana di 2024, Bursa Asia Dibuka Beragam

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular