Perdagangan Perdana di 2024, Bursa Asia Dibuka Beragam

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
02 January 2024 08:45
Men look at stock quotation boards outside a brokerage in Tokyo, Japan, December 5, 2018.  REUTERS/Issei Kato     TPX IMAGES OF THE DAY
Foto: Pria melihat papan kutipan saham di luar broker di Tokyo, Jepang, 5 Desember 2018. REUTERS / Issei Kato

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik mengawali perdagangan perdana di 2024, Selasa (2/1/2024) dengan dibuka bervariasi, di mana investor langsung memantau rilis beberapa data ekonomi cukup penting pada hari ini.

Per pukul 08:30 WIB, indeks Hang Seng Hong Kong menguat 0,33%, Straits Times Singapura bertambah 0,32%, dan ASX 200 Australia terapresiasi 0,37%.

Sedangkan untuk indeks Shanghai Composite China melemah 0,19% dan KOSPI Korea Selatan turun tipis 0,06%.

Sementara untuk pasar saham Jepang pada hari ini masih libur dalam rangka Tahun Baru 2024.

Beberapa data ekonomi terbaru di Asia-Pasifik akan dirilis pada hari ini, terutama data aktivitas manufaktur China versi swasta.

Data aktivitas manufaktur China yang tergambarkan pada Purchasing Manager's Index (PMI) periode Desember 2023 versi Caixin akan dirilis pada hari ini.

Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan PMI manufaktur Caixin pada Desember 2023 cenderung turun sedikit menjadi 50,4, dari sebelumnya pada November 2023 di angka 50,7.

Meski ada kecenderungan menurun sedikit, tetapi PMI manufaktur China versi Caixin masih berada di zona ekspansif.

Sebelumnya pada 31 Desember 2023, PMI manufaktur periode Desember 2023 versi resmi yakni NBS telah dirilis. Hasilnya mengalami penurunan dan juga berada di zona kontraksi. PMI manufaktur China NBS Desember 2023 berada di angka 49, turun dari posisi November 2023 yang berada di angka 49,4.

PMI menggunakan angka50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi.

Dalam beberapa bulan terakhir, data PMI manufaktur China memang ada perbedaan, di mana versi Caixin masih lebih baik ketimbang versi NBS. Hal ini menandakan bahwa perekonomian China masih belum pulih sepenuhnya.

Sebagaimana diketahui, China telah lama menjadi mesin pertumbuhan global. Namun dalam beberapa waktu terakhir, ekonomi salah satu negara adidaya ini melambat, membuat khawatir banyak pihak.

Industri manufaktur dan jasa secara global sempat mencatatkan kinerja yang melambat di tengah suramnya prospek ekonomi global. Ada banyak negara yang mengalami kontraksi. Data PMI kerap digunakan untuk memahami ke mana arah ekonomi dan pasar serta mengungkap peluang ke depan.

Data tersebut juga merupakan gambaran ekonomi manufaktur yang luas, memberikan kejutan positif namun memberikan gambaran yang beragam mengenai sektor ini, sehari setelah survei resmi menunjukkan aktivitas manufaktur mengalami kontraksi selama lima bulan berturut-turut.

PMI manufaktur Caixin mensurvei sekitar 650 perusahaan manufaktur swasta dan milik negara dan lebih berfokus pada perusahaan berorientasi ekspor di wilayah pesisir, sedangkan PMI resmi mensurvei 3.200 perusahaan di seluruh Tiongkok.

Para analis mengatakan masih terlalu dini untuk mengatakan apakah negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia ini telah pulih secara signifikan karena memburuknya penurunan properti dan lemahnya konsumsi rumah tangga mendorong ekspektasi akan lebih banyak stimulus.

Survei Caixin menunjukkan bahwa produsen melaporkan peningkatan output dan total penerimaan pesanan berkat permintaan pasar yang lebih kuat.

Di lain sisi, pelaku pasar global berharap soft landing ekonomi Amerika Serikat (AS) akan diuji lebih awal pada Jumat pekan ini, dengan dirilisnya laporan ketenagakerjaan bulanan AS.

Ryan Detrick, kepala strategi pasar di Carson Group, mencatat bahwa saham telah mengalami kenaikan yang kuat setelah rebound dari penurunan tajam.

Detrick mencatat data tersebut sebagai bagian dari komentar baru-baru ini tentang mengapa tahun 2024 "seharusnya menjadi tahun yang baik bagi para pembeli."

Investor juga menunggurisalah pertemuan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akhir 2023 pada akhir Januari 2024 untuk mengetahui apakah para pengambil kebijakan akan mengambil sikapdovishyang mereka isyaratkan pada akhir Desember 2023, dengan memperkirakan penurunan suku bunga sebesar 75 basis poin (bp) pada tahun 2024.

Memang benar, tanda-tanda perekonomian mulai goyah setelah kenaikan suku bunga The Fed sebesar 525 bp sejak tahun 2022 dapat menghambat momentum pergerakan saham.

Dengan cara yang sama, percepatan inflasi pada tahun 2024 dapat menunda perkiraan penurunan suku bunga, sehingga membuat harapan pasar untuk mencapai tingkat penurunan suku bunga yang lebih rendah (soft-landing) tertahan.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wall Street Masih Galau, Bursa Asia Dibuka Berjatuhan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular