
Ambruk Pekan Lalu, Mampukah IHSG Bangkit pada Pekan Ini?

Beralih ke AS, bursa saham Wall Street pada perdagangan hari terakhir pekan lalu sedikit membaik setelah menjalani pekan yang brutal.
Pada perdagangan Jumat pekan lalu, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melemah 0,13% ke level 29.888,78. Namun, S&P 500 menguat 0,22% ke level 3.674,84 dan Nasdaq menguat 1,43% ke 10.798,35.
Saham-saham yang melambung pada Jumat lalu di antaranya Apple, Nvidia, Tesla, Netflix, Chevron, Walmart and Goldman Sachs, hingga American Express.
Namun, secara keseluruhan, S&P anjlok 5,8% dalam sepekan. Pelemahan tersebut adalah yang terbesar sejak Maret 2020 atau saat periode awal pandemi Covid-19.
Dow Jones dalam sepekan melemah 4,8%, yang merupakan penurunan terbesar sejak Oktober 2020. Pada Kamis pekan lalu, untuk pertama kalinya sejak Januari 2021, Down Jones juga ditutup di bawah 30.000.
"Pekan ini bisa dibilang brutal... Saya bilang kita sedang mengalami resesi... ini resesi ringan, bukan resesi resmi menurut definisi NBER, pastinya belum, tapi semester pertama ini pertumbuhan ekonomi sudah negatif," tutur profesor Wharton Business School Jeremy Siegel kepada CNBC International.
Bursa AS menjalani pekan yang sangat berat pada pekan lalu dipicu kenaikan suku bunga acuan The Fed, tingginya inflasi, dan ancaman resesi. Lonjakan inflasi membuat pasar khawatir The Fed akan mengambil kebijakan yang lebih agresif. Kebijakan tersebut dikhawatirkan bisa memukul perekonomian AS dan membawa Paman Sam ke lembah resesi.
Kekhawatiran resesi semakin kuat setelah indikator ekonomi AS yang dikeluarkan pada pekan lalu memburuk, termasuk penjualan ritel dan pembangunan rumah baru.
Penjualan ritel dan layanan konsumsi makanan terkontraksi 0,3% (month to month /mtm) pada Mei tahun ini. Data ini di bawah ekspektasi pasar yang memproyeksikan penjualan bakal tumbuh 0,1%.
Data tersebut juga berbanding terbalik dibandingkan yang tercatat di April di mana penjualan ritel dan layanan konsumi makanan masih tumbuh 0,7%.
Sementara itu, pembangunan rumah baru di AS melemah 14,4% pada Mei menjadi 1, 55 juta. Pembangunan rumah baru tersebut menjadi yang terendah sejak April 2020.
Bursa AS akan tutup pada hari ini, Senin (20/6/2022), karena ada perayaan Juneteenth untuk memperingati berakhirnya perbudakan di negara tersebut.
"Banyak investor yang meyakini resesi akan terjadi dalam waktu dekat. Pertanyaan yang muncul sekarang adalah seberapa lama resesi dan seberapa besar dampaknya kepada penerimaan perusahaan," tutur Chris Harvey, Wells Fargo Securities, kepada CNBC International.
Sebaliknya, dollar AS dan yield surat utang pemerintah AS terbang. Dollar index pada pekan lalu ditutup di angka 104,7 atau naik dibandingkan hari sebelumnya yang tercatat 103,6.
Pada Selasa pekan lalu, dollar index menembus 105, 52 yang merupakan titik tertingginya dalam dua dekade lebih.
Yield surat utang pemerintah AS tenor 10 tahun ditutup melemah 3,24%. Yield sempat menembus 3,48% pada Selasa pekan lalu yang menjadi rekor tertingginya sejak Februari 2011.
