Newsletter

FYI, Wall Street "Kebakaran", Indeks Ketakutan Meroket 24%!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Rabu, 27/04/2022 06:20 WIB
Foto: Dok Pertamina

Jakarta, CNBC Indonesia - Titik terang mengenai larangan ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan minyak goreng membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sukses menguat Selasa kemarin. Rupiah juga tidak mau kalah, sementara Surat Berharga Negara (SBN) masih bervariasi.

Penguatan tersebut berpeluang berlanjut lagi pada perdagangan Rabu (27/4/2022) terutama jika aturan resmi pelarangan ekspor sudah terbit. Faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan pasar finansial Indonesia hari ini dibahas pada halaman 3 dan 4.

Di awal perdagangan kemarin IHSG berfluktuasi dan sempat jeblok hingga 0,75%. Namun, pada sesi II IHSG mantap di zona hijau hingga mengakhiri perdagangan di 7.232,153, menguat 0,22%.

Investor asing masih belum absen memborong saham di dalam negeri. Data pasar menunjukkan asing net buy sebesar Rp 1,08 triliun di pasar reguler, dan jika ditambah pasar tunai dan nego nilainya menjadi Rp 1,27 triliun.

Rupiah juga mampu mencatat penguatan tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS). Sempat kembali ke bawah Rp 14.400/US$, rupiah akhirnya menutup perdagangan di Rp 14.410/US$, menguat 0,31% pasar spot, melansir data Refinitiv.

Penguatan rupiah bahkan terjadi saat indeks dolar AS terus menanjak. Kemarin, indeks dolar AS naik lagi 0,2% ke 101,943 yang merupakan level tertinggi sejak Maret 2020 lalu.

Ekspektasi The Fed akan menaikkan suku bunga yang sangat agresif terus membuat indeks dolar AS menanjak.

Pasar melihat The Fed bulan depan akan menaikkan suku bunga 50 basis poin, bahkan di bulan Juni diperkirakan lebih tinggi lagi. Hal tersebut terlihat di perangkat FedWatch milik CME Group, di mana ada probabilitas sebesar 75% The Fed akan menaikkan suku bunga 75 basis poin menjadi 1,5% - 1,75% di bulan Juni.

Di sisi lain, agresifnya The Fed menaikkan suku bunga memunculkan risiko pelambatan ekonomi di Amerika Serikat.

Adanya risiko pelambatan ekonomi tersebut membuat investor kembali masuk ke pasar obligasi, yang membuat laju kenaikan yield Treasury tertahan. Alhasil, tekanan di SBN pun berkurang, dan beberapa tenor mampu menguat kemarin, terlihat dari yield yang mengalami penurunan.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Wall Street Lagi-Lagi "Kebakaran"


(pap/sef)
Pages