
FYI, Wall Street "Kebakaran", Indeks Ketakutan Meroket 24%!

Bursa saham Amerika Serikat (Wall Street) ambrol lagi pada perdagangan Selasa waktu setempat setelah sempat rebound di awal pekan. Kekhwatiran akan pelambatan ekonomi Paman Sam serta kemungkinan earning emiten yang mengecewakan terus memicu aksi jual.
Indeks Nasdaq memimpin kemerosotan sebesar 3,95% ke 12.490,74 dan menyentuh level terendah dalam 52 pekan terakhir. Indeks S&P 500 merosot 2,8% ke 4.175,2 dan Dow Jones minus 2,4% ke 33.240,18.
Sepanjang April Nasdaq jeblok 12,2%, S&P 5000 7,8% dan Dow Jones 4,2%.
Saham-saham teknologi memimpin kemerosotan meski para raksasanya baru akan melaporkan earning setelah perdagangan ditutup. Namun, investor berkaca dari Netfilx yang mengecewakan pada pekan lalu.
Untuk pertama kalinya sepanjang sejarah Netflix melaporkan penurunan jumlah subscriber di kuartal I-2022. Alhasil saham Netflix ambrol hingga 35% dalam sehari dan terus berlanjut hingga kemarin turun lagi 5,5%.
Saham Aphabet dan Microsoft juga turun lebih dari 3%.
Kekhawatiran investor memang terbukti, setelah penutupan perdagangan Aphabet yang merupakan induk Google melaporkan pendapatan dan laba di bawah ekspektasi pasar. Laba dilaporkan sebesar US$ 68,01 miliar sedikit di bawah ekspektasi US$ 68,11 miliar, sementara laba sebesar US$ 24,62/lembar saham lebih rendah dari prediksi US$ 25,91/lembar saham.
Selain laporan earning, aksi jual juga terus melanda akibat kecemasan akan risiko pelambatan ekonomi AS akibat inflasi yang sangat tinggi dan langkah bank sentral AS (The Fed) menaikkan suku bunga agresif untuk meredamnya.
Kepala Penelitian Fundstrat Global Advisor Tom Lee telah memprediksikan bahwa kuartal I-2022 akan 'berbahaya', tapi ternyata pasar lebih buruk dari yang dia prediksikan, di mana inflasi yang memburuk sejalan dengan ekspektasi pasar. Meski demikian, dia tetap optimis.
"Ketika pasar obligasi berteriak agar bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) sedikit lebih ketat, sulit bagi pasar saham untuk bertahan dan saya pikir itulah yang sedang kita alami sekarang, tapi saya tidak berpikir untuk menjual ekuitas. Saya tidak berpikir bahwa inflasi akan terus menjadi masalah bahkan di kuartal II-2022" tambahnya.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini