Saham Teknologi AS "To The Moon", di RI Bakal Gimana Mas Bro?
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar modal kompak menguat diikuti penguatan rupiah di tengah optimisme investor bahwa Indonesia masih menjadi tempat menjanjikan untuk investasi portofolio. Hari ini, sentimen positif berpeluang berlanjut ditopang saham teknologi, komoditas, dan perbankan.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup positif pada perdagangan Senin (4/4/2022) awal pekan ini, setelah sempat terkoreksi pada sesi I. Indeks saham acuan Tanah Air tersebut ditutup menguat 0,53% ke level 7.116,218 menjadi level tertinggi baru (all time high).
Nilai transaksi mencapai sekitar Rp 11,5 triliun di mana investor asing mencatat pembelian bersih Rp 553,77 miliar di seluruh pasar, dengan rincian sebesar Rp 394,69 miliar di pasar reguler dan sebesar Rp 159,07 miliar di pasar tunai dan negosiasi.
Aksi buru investor asing tersebut terjadi di tengah optimisme bahwa pasar saham di kawasan Asia Tenggara masih menawarkan keuntungan dan keamanan yang relatif lebih besar bagi investor global di tengah krisis geopolitik terkait konflik Ukraina.
Optimisme tersebut dibagikan dua bank investasi Amerika Serikat (AS), yakni Goldman Sachs dan JPMorgan tentang bagaimana pasar saham Asia Tenggara merespons dampak dari krisis geopolitik yang masih terjadi hingga kini.
"Meski dinilai relatif lebih aman, sejatinya pasar saham Asia Tenggara masih seperti 'dianaktirikan' oleh investor global dalam satu dekade terakhir," kata Timothy Moe, kepala strategi ekuitas Asia Pasifik Goldman Sachs, dikutip CNBC International.
Di pasar surat utang, obligasi pemerintah juga menguat sebagaimana terlihat dari pelemahan imbal hasil (yield). Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang menguat, demikian juga sebaliknya.
Mayoritas investor memburu Surat Berharga Negara (SBN) kemarin, ditandai dengan menurunnya imbal hasil mayoritas obligasi acuan. Hanya SBN bertenor 1, 15, dan 20 tahun yang cenderung dilepas investor, ditandai dengan naiknya yield.
Yield SBN tenor 1 tahun naik 15,4 basis poin (bp) ke 4,199%, sedangkan yield SBN berjatuh tempo 15 tahun naik tipis 0,1 bp ke 6,636%, dan yield SBN berjangka waktu 20 tahun menguat 1,1 bp ke level 7,229%. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Sementara itu, yield SBN bertenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara melemah 0,4 Bp ke level 6,751%. Penguatan harga mayoritas SBN itu terjadi sekalipun terjadi kurva inversi di imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) yang diyakini sebagai indikator resesi.
Dengan penguatan di dua aset pasar modal tersebut, rupiah pun sukses mencatat penguatan 2 hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (4/4/2022). Meski demikian penguatannya masih tipis, terbantu sentimen pelaku pasar yang cukup bagus.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,1% ke Rp 14.350/US$. Nyaris sepanjang perdagangan rupiah bertahan di zona hijau, dan bahkan laju penguatannya sempat terpangkas dan menjadi stagnan di Rp 14.365/US$.
Namun di penutupan perdagangan, rupiah berada di Rp 14.350/US$ atau kembali ke reli pertama pada pembukaan.
(ags/ags)