Newsletter

AS Beri Kabar Gembira Lagi: IHSG Sudah Pesta, Kapan Rupiah Perkasa?

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
15 May 2025 06:10
Pasar bullish vs bearish
Foto: Pixabay
  • Pasar keuangan Indonesia ditutup beragam, IHSG terbang sementara rupiah melemah
  • Wall Street ditutup beragam karena investor menunggu data-data ekonomi
  • Meredanya perang dagang, menurunnya proyeksi resesi dan data neraca dagang akan menjadi penggerak pasar hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan pasar keuangan pada perdagangan kemarin justru tak sejalan, di kala Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat mendekati level 7.000, sementara pergerakan rupiah justru loyo terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Meredanya tensi perang dagang antara AS dengan China justru menjadi pendorong penguatan indeks dolar.

Namun, pergerakan IHSG dan rupiah diharapkan menguat pada hari ini. Terdapat beberapa sentimen yang dapat menjadi dorongan bagi pasar keuangan baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Selengkapnya mengenai sentimen dan proyeksi pasar hari ini dapat dibaca pada halaman 3 pada artikel ini. Dan para investor juga dapat mengintip agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini baik dalam negeri dan luar negeri pada halaman 4.

IHSG pada perdagangan kemarin, Rabu (14/5/2025), naik 2,15% atau 147 poin ke level 6.979,88. Penguatan ini merupakan tertinggi sejak 6 Februari 2025. Hanya butuh beberapa poin lagi untuk IHSG menembus level psikologis 7.000.

Sebanyak 418 saham naik, 218 turun, dan 166 tidak bergerak. Nilai transaksi pun terbilang ramai, atau mencapai Rp 17,71 triliun yang melibatkan 29,90 miliar saham dalam 1,49 juta kali transaksi.

Mengutip Refinitiv, nyaris seluruh sektor berada di zona hijau, kecuali kesehatan yang terkoreksi tipis. Finansial memimpin penguatan dengan kenaikan lebih dari 3,5%. Lalu diikuti utilitas yang naik 2,92%, bahan baku 2,39%, properti 2,27% dan energi 1,61%.

Sentimen positif untuk pasar keuangan terakumulasi selama libur panjang perayaan Waisak. Perang dagang berkepanjangan antara Amerika Serikat (AS) dan China akhirnya sedikit mereda setelah kedua negara sepakat memangkas tarif impor secara signifikan. Kesepakatan ini mengejutkan banyak pihak karena hasilnya lebih baik dari perkiraan.

Dalam kesepakatan yang dibuat pada Senin (12/5/2025), tarif AS terhadap produk China dipangkas dari 145% menjadi 30%, dan tarif China terhadap produk AS turun dari 125% menjadi 10% selama 90 hari ke depan.

Beralih ke rupiah, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Rabu (14/5/2025) ditutup pada posisi Rp16.545/US$ atau melemah 0,21%. Rupiah belum menunjukkan tajinya meski banyak sentimen positif. Dalam lima perdagangan terakhir, nilai tukar rupiah melemah empat kali dan hanya sekali menguat. 

Pelemahan rupiah terjadi usai Presiden AS Donald Trump mengulangi seruannya untuk pemangkasan suku bunga menyusul data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan pada hari Selasa. Trump kembali menuduh Ketua Federal Reserve Jerome Powell "terlambat" menurunkan suku bunga pada platform Truth Social miliknya.

Inflasi AS mereda menjadi 2,3% (year on year/yoy) per tahun pada  April dibandingkan dengan 2,4% yang diharapkan oleh para ekonom dalam survei WSJ. Sekilas, penurunan dolar setelah data tersebut tampak logis mengingat prospek pemangkasan suku bunga yang lebih cepat, kata Thu Lan Nguyen dari Commerzbank dalam sebuah catatan.

Selain itu, pelaku pasar juga merespon soal perang dagang berkepanjangan antara AS dan China yang akhirnya sedikit mereda setelah kedua negara sepakat memangkas tarif impor secara signifikan. Kesepakatan ini mengejutkan banyak pihak karena hasilnya lebih baik dari perkiraan.

Dalam kesepakatan yang dibuat pada Senin (12/5/2025), tarif AS terhadap produk China dipangkas dari 145% menjadi 30%, dan tarif China terhadap produk AS turun dari 125% menjadi 10% selama 90 hari ke depan.

Adapun dari pasar obligasi Indonesia, pada perdagangan Rabu (14/5/2025) imbal hasil obligasi tenor 10 tahun terpantau melemah 0,03% di level 6,787%.

Imbal hasil obligasi yang melemah menandakan bahwa para pelaku pasar sedang kembali mengumpulkan surat berharga negara (SBN). Begitu pun sebaliknya, imbal hasil obligasi yang menguat menandakan bahwa para pelaku pasar sedang membuang surat berharga negara (SBN).

Dari pasar saham AS, bursa Wall Street kembali ditutup beragam. Pergerakan ini mencerminkan sesi perdagangan yang beragam di mana investor menunggu data ekonomi yang akan datang serta pidato Ketua bank sentral AS The Federal Reserve (The fed) Jerome Powell.

Powell akan berbicara di Konferensi Riset Thomas Laubach, Washington, D.C dengan tema Framework Review (Tinjauan Kerangka Kebijakan) pada hari ini, Kamis pagi waktu Washington DC. 

Indeks S&P 500 ditutup naik tipis sebesar 0,1% menjadi 5.892,58, sementara Nasdaq Composite menguat 0,7% ke 19.146,81. Sebaliknya, Dow Jones Industrial Average turun 0,2% ke 42.051,06.

Indeks S&P 500 ditutup sedikit menguat setelah bergerak naik-turun selama sesi perdagangan Rabu yang lesu, sementara para investor menunggu rilis data ekonomi berikutnya.

Saham-saham megacap dan berbasis pertumbuhan menguat, dengan Nvidia menguat lebih dari 4%. Saham Advanced Micro Devices (AMD) naik 4,7% setelah menyetujui program pembelian kembali saham senilai $6 miliar.

Saham Boeing naik 0,6% setelah maskapai nasional Qatar Airways menandatangani kesepakatan pembelian pesawat dari produsen pesawat AS tersebut saat kunjungan Trump ke Doha.

Untuk saham individu, saham American Eagle Outfitters anjlok 6,4% setelah perusahaan pakaian tersebut menarik proyeksi tahunan mereka, dengan alasan ketidakpastian ekonomi akibat tarif.

Di Nasdaq, 1.612 saham naik dan 2.807 saham turun, dengan rasio penurunan terhadap kenaikan sebesar 1,74 banding 1. S&P 500 mencatatkan 3 rekor tertinggi baru dalam 52 minggu dan 9 terendah baru, sementara Nasdaq Composite mencatatkan 59 tertinggi baru dan 104 terendah baru.

Volume perdagangan di bursa AS mencapai 19,73 miliar saham, dibandingkan rata-rata 16,77 miliar saham selama 20 sesi terakhir.

Perdagangan di awal pekan ini sangat kencang ditopang data inflasi yang melunak dan jeda tarif antara AS dan Tiongkok.

Para investor juga memantau perkembangan perdagangan global, sementara Presiden AS Donald Trump melakukan tur ke negara-negara Teluk dan mengamankan komitmen investasi senilai $600 miliar dari Arab Saudi.

Beberapa saham perusahaan teknologi AS menguat setelah pemerintahan AS mengumumkan kerja sama terkait kecerdasan buatan (AI) di Timur Tengah pada hari Selasa.

"Ada ketidakpastian yang masih menggantung mengenai apa yang akan disampaikan para pemimpin dunia, termasuk Presiden Trump, terkait perdagangan," kata Tim Ghriskey, ahli strategi portofolio senior di Ingalls & Snyder, New York, kepada Reuters.

Dia mencatat bahwa meskipun kebijakan tarif sebelumnya ditangguhkan, belum ada kesepakatan final yang dicapai.

"Pengumuman terakhir memang positif dan menyebabkan reli besar, tetapi ketidakpastian masih ada," tambahnya.

Wakil Ketua Federal Reserve AS, Philip Jefferson, mengatakan pada Rabu bahwa meskipun data inflasi terbaru menunjukkan kemajuan menuju target inflasi 2% The Fed, prospeknya kini menjadi tidak pasti. Presiden The Fed Chicago, Austan Goolsbee, menyatakan bahwa data tersebut belum mencerminkan dampak dari kenaikan tarif.

Ketua The Fed, Jerome Powell, dijadwalkan akan berbicara pada hari ini Kamis, dan komentarnya akan diawasi ketat untuk mengetahui arah kebijakan moneter selanjutnya.

Pasar keuangan Tanah Air baik Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) maupun rupiah diperkirakan akan cenderung bergerak di zona penguatan. Pertumbuhan penjualan ritel hingga membaiknya ramalan pertumbuhan ekonomi AS dapat mendorong laju pasar keuangan Tanah Air, mengingat AS menjadi salah satu mitra dagang penting bagi Indonesia.

Investor juga menunggu data neraca perdagangan April 2025 serta pidato Ketua The Fed Jerome Powell.

Penjualan Ritel RI Tumbuh

Bank Indonesia (BI) telah merilis data penjualan eceran atau ritel Indonesia periode Maret 2025, terpantau dari Indeks Penjualan Riil/IPR tumbuh 5,5% secara tahunan (yoy). Angka tersebut lebih tinggi dari proyeksi BI sebelumnya yang sebesar 0,5%, tetapi lebih rendah dari Maret 2024 yang mencapai 9,3%.

Pada Maret 2025, IPR tercatat sebesar 248,3, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada Februari 2025 sebesar 2% secara tahunan atau (yoy). Peningkatan IPR pun didorong oleh Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau, Barang Budaya dan Rekreasi, serta Subkelompok Sandang.

Ketiga kelompok tersebut masing-masing tumbuh 6,8%, 9,2%, dan tertinggi pada kelompok Subkelompok Sandang sebesar 12,4% (yoy).

Penjualan eceran periode Maret 2025 yang tercatat tumbuh sebesar 13,6% secara bulanan (mtm) dari 3,3% pada bulan sebelumnya.

Peningkatan ini terjadi karena meningkatnya permintaan di bulan Ramadan dan menuju hari raya Idul Fitri 1446 Hijriah. Peningkatan tersebut berasal dari kelompok makanan, minuman dan tembakau, barang budaya dan rekreasi, serta subkelompok sandang.

Dimana Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau (15,1% mtm), Barang Budaya dan Rekreasi (8,3%), serta Subkelompok Sandang (35,7%).

Namun, terdapat kelompok yang mengalami kontraksi di tengah peningkatan penjualan eceran secara umum berasal dari kelompok Bahan Bakar Kendaraan Bermotor dengan indeks yang menurun dari 106,3 pada Februari menjadi 103,3 pada Maret.

Adapun dari sisi harga, tekanan inflasi tiga dan enam bulan yang akan datang, yaitu pada Juni 2025 dan September 2025 diprakirakan menurun. Hal ini tecermin dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) Juni dan September 2025 yang masing-masing tercatat sebesar 146,4 dan 153,1, lebih rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya yang masing-masing tercatat sebesar 148,3 dan 155,5.

Rilis Neraca Dagang Indonesia

Neraca perdagangan diproyeksi masih berada di zona surplus periode April 2025. Surplus kali ini diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya.

Sebagai catatan, Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data neraca perdagangan Indonesia periode April 2025 pada Kamis (15/5/2025). Neraca perdagangan April 2025 akan mencerminkan seberapa besar dampak kebijakan perang dagang Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Sebagai catatan, Trump mengumumkan kebijakan tarif impor 10% dan tarif resiprokal pada 2 April 2025. Trump juga terus mengganti kebijakan tarif impornya. Trump memang menunda tarif resiprokal hingga 90 hari tetapi tetap memberlakukan tarif 10%.

Kebijakan yang berubah-ubah ini tentu berdampak kepada aktivitas perdagangan karena importir atau eksportir bisa ragu memesan atau mengirim barang.

Surplus perdagangan Indonesia juga diperkirakan akan menyusut karena ada libur panjang Lebaran Jari Raya Idul Fitri hingga 8 April 2025.

Apabila surplus neraca perdagangan kali ini kembali terjadi, maka Indonesia sudah membukukan surplus selama 60 bulan beruntun sejak Mei 2020.

Ekonom Bank Danamon, Hosianna Situmorang memperkirakan Indonesia kembali mencatat surplus sebesar US$3,85 miliar.

Ia menyampaikan kinerja ini ditopang oleh beberapa faktor utama:

1. Musim Lebaran menyebabkan normalisasi impor setelah lonjakan permintaan barang dan jasa jelang Ramadan di bulan sebelumnya.

2. Harga komoditas utama seperti CPO dan emas meningkat, mendorong nilai ekspor secara signifikan.

3. Pelemahan nilai tukar rupiah turut membuat ekspor lebih kompetitif meski menjadi tantangan bagi impor barang konsumsi.

4. Ekspor diperkirakan tumbuh 10,4% YoY, sementara impor naik 5,4% YoY, mencerminkan permintaan domestik yang masih terjaga.

Sebagai informasi, Indonesia melakukan ekspor logam mulia perhiasan dan permata sebanyak 2.367 ton selama Januari-April 2024 atau US$3,2 miliar atau setara dengan Rp52,8 triliun (kurs Rp16.500/US$).

Ini terjadi seiring dengan kenaikan harga dan pelemahan nilai tukar rupiah.

"Seiring dengan peningkatan harga emas di pasar internasional pada awal 2024 dan juga penguatan nilai mata uang dolar AS, volume ekspor logam mulai perhiasan dan permata Indonesia mengalami tren meningkat,"" ungkap Deputi Bidang Distribusi dan Jasa, Badan Pusat Statistik (BPS) Pudji Ismartini dalam konferensi pers, Rabu (15/5/2024).

Harga emas dunia melonjak sepanjang April 2025 sebesar 5,27% dan ditutup di posisi US$3.287/troy ons. Bahkan harga emas dunia sempat ditutup di level yang tinggi yakni US$3.424/troy ons pada 21 April 2025.

Apabila dilihat lebih rinci, ekspor emas pada Januari sebesar 208 ton, Februari sebesar 330 ton, Maret 1.082 ton dan April 747 ton.

Indonesia paling banyak mengekspor ke Swiss, porsinya 21,37% dari total ekspor logam mulia Indonesia. Adapun negara tujuan ekspor yaitu:

1. Swiss US$ 700 juta (21,3%)

2. Hong Kong US$ 492 juta (15,02%)

3. India US$ 492 juta (15,01%)

4. Jepang US$ 458 juta (13,98%)

5. Negara lainnya US$ 1,13 juta (34,62%)

Selain itu, pelemahan mata uang Garuda juga membuat ekspor lebih kompetitif dibandingkan negara lainnya.

Berdasarkan data dari Refinitiv, rupiah terdepresiasi sebesar 0,24% pada sepanjang bulan lalu dan bahkan sempat menyentuh level Rp16.860/US$ pada 9 April 2025 atau tak lama setelah libur Lebaran.

Proyeksi surplus neraca perdagangan Indonesia juga tidak hanya diekspektasikan oleh Hosianna, melainkan juga oleh sejumlah ekonom lainnya.

Bank Central Asia (BCA), Sucor Sekuritas, dan Bank CIMB memperkirakan surplus neraca perdagangan April 2025 masing-masing sebesar US$2,57 miliar, US$4,1 miliar, dan US$2,5 miliar.

Goldman Sachs Naikkan Proyeksi PDB China dan AS

Goldman Sachs mengubah perkiraan resesi negara AS setelah gencatan senjata tarif sementara antara AS dan China, yang telah memicu optimisme untuk meredakan ketegangan perdagangan global.

Goldman Sachs mengurangi perkiraan resesi AS menjadi 35% dari 45%, menandai perusahaan pialang besar pertama yang melakukannya, sementara Barclays mengabaikan risiko resesi sepenuhnya dan J.P. Morgan menempatkan kemungkinan di bawah 50%.

Pada Senin (12/5/2025), AS dan China sepakat untuk mengurangi tarif impor masing-masing selama 90 hari, dengan AS menurunkan tarifnya atas barang-barang China menjadi 30% dari 145% dan China memangkas bea atas impor AS menjadi 10% dari 125%.

Goldman memperkirakan pertumbuhan PDB China sebesar 4,6% tahun ini dan 3,8% pada 2026, naik dari proyeksi sebelumnya masing-masing sebesar 4,0% dan 3,5%. Goldman juga melihat "ekspor riil China akan tetap stabil pada tahun 2025/26 (vs. -5% per tahun sebelumnya)."

Dengan prospek pertumbuhan yang berpotensi membaik, Goldman sekarang memperkirakan total tiga pemotongan suku bunga dari The Federal Reserve (The Fed) pada 2025 dan 2026. Mereka memperkirakan satu pemotongan pada Desember, bukan Juli, dan sisanya pada Maret dan Juni tahun depan.

Perusahaan pialang sebelumnya telah memperkirakan tiga pemotongan suku bunga untuk tahun ini sendiri.

"Alasan untuk pemotongan suku bunga bergeser dari asuransi menjadi normalisasi karena pertumbuhan tetap agak lebih kuat, tingkat pengangguran meningkat agak lebih sedikit, dan urgensi untuk dukungan kebijakan berkurang," menurut Goldman.

Barclays dan J.P. Morgan telah sepakat dengan Goldman Sachs dalam memperkirakan hanya satu kali penurunan suku bunga The Federal Reserve pada Desember 2025.

Sebelumnya, Barclays telah memproyeksikan dua kali penurunan suku bunga pada Juli dan September, sementara J.P. Morgan mengantisipasi satu kali penurunan pada September.

Sementara itu, Citigroup mendorong ekspektasinya untuk penurunan suku bunga The Fed menjadi Juli dari Juni, menurutnya pada hari Senin (12/5/2025).

Update Data Tenaga Kerja AS

Berlanjut pada Kamis (15/5/2025), ada data rutin yang dirilis tiap minggu yakni update pertambahan klaim pengangguran.

Klaim pengangguran juga cukup penting dicermati untuk menilai bagaimana kondisi pasar tenaga kerja terkini. Mengutip laman penghimpun data Trading Economics, klaim pengangguran untuk periode sepekan yang berakhir 10 Mei 2025 diperkirakan bertambah lebih banyak 230.000 dari minggu sebelumnya sebanyak 228.000.

Jika data ini naik lebih tinggi dari ekspektasi, ada potensi kondisi pasar tenaga kerja memanas yang bisa meningkatkan angka pengangguran.

Dari sisi ketenagakerjaan, ini bisa menjadi hal buruk. Tapi bagi prospek penurunan suku bunga bisa menjadi satu hal positif. Karena banyak penganggguran artinya ekonomi bisa melambat yang akan memicu bank untuk memangkas suku bunga guna memacu likuiditas di pasar dan meningkatkan daya beli masyarakat.

Namun, satu hal yang dikhawatirkam adalah jika inflasi semakin memanas, ekonomi melambat, ditambah pengangguran naik. AS terancam bisa mengalami stagflasi.

Pidato Jerome Powell

Ketua The Fed Jerome Powell akan berbicara di Konferensi Riset Thomas Laubach, Washington, D.C dengan tema Framework Review (Tinjauan Kerangka Kebijakan) pada hari ini, Kamis pagi waktu Washington DC. 

Investor menunggu pernyataan Powell terutama setelah meredanya perang dagang antara China dan AS. Meredanya perang dagang diharapkan bisa menekan inflasi AS sehingga kebijakan pemangkasan suku bunga diharapkan bisa dipercepat.

Indeks Harga Produsen AS
AS akan mengumumkan data indeks harga produsen (IPP) April 2025. Sebagai catatan, HPPI di tingkat pabrik AS secara tak terduga kontraksi sebesar 0,4% secara bulanan (month-over-month) pada Maret 2025, merupakan penurunan pertama sejak Oktober 2023. Penurunan ini terjadi setelah kenaikan sebesar 0,1% pada Februari, dan berlawanan dengan ekspektasi pasar yang memperkirakan kenaikan sebesar 0,3%.

Secara tahunan (year-over-year), harga produsen AS naik 2,7% pada Maret 2025, melambat dari kenaikan 3,2% pada Februari, dan juga lebih rendah dari perkiraan pasar yang memperkirakan kenaikan 3,3%. Ini menjadi kenaikan tahunan terkecil dalam harga produsen sejak September.

Berikut sejumlah agenda ekonomi dalam dan luar negeri pada hari ini:

  • Opening Ceremony World of Coffee 2025 yang akan dilaksanakan di Gate Main Lobby, Jakarta International Convention Center (JICC), Senayan, Jakarta Pusat. Turut hadir antara lain Menteri Koordinator Bidang Pangan.

  • Konferensi pers BPS terkait kinerja perdagangan April 2025 di kantor BPS pusat, Jakarta Pusat.

  • Peluncuran Mastercard Small Business Barometer Report 2025 & Diskusi Panel yang diselenggarakan oleh Mastercard Indonesia di JS Luwansa Hotel, Jakarta Selatan. Turut hadir President Director, PT Mastercard Indonesia dan Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Kependudukan, dan Ketenagakerjaan Kementerian PPN/Bappenas.

  • Informasi Kinerja BRI Life 2024 yang akan diselenggarakan di Sleepless Owls Coffee & Street Food, Tebet, Jakarta Selatan.

  • Indonesia Digital Forum 2025 bersama PANDI-APJII-ATSI di Hotel JW Marriot Mega Kuningan, Jakarta Selatan. Narasumber antara lain Ketua Dewan Ekonomi Nasional, Menteri Komdigi Meutya Hafid, dan Kepala BSSN.

  • Peluncuran serta pelepasan dan sosialisasi kendaraan kampanye Judi Pasti Rugi yang rencananya akan berlangsung di kantor Kementerian Komunikasi dan Digital, Jakarta Pusat. Narasumber: Menkomdigi, Chief Public Policy & Government Relations GoTo, dan Head of Regulatory & Public Affairs GoTo Financial.

  •  Data Tenaga Kerja AS
  • Indeks Harga Produsen AS

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

TABLE

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular