
AS Beri Kabar Gembira Lagi: IHSG Sudah Pesta, Kapan Rupiah Perkasa?

Pasar keuangan Tanah Air baik Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) maupun rupiah diperkirakan akan cenderung bergerak di zona penguatan. Pertumbuhan penjualan ritel hingga membaiknya ramalan pertumbuhan ekonomi AS dapat mendorong laju pasar keuangan Tanah Air, mengingat AS menjadi salah satu mitra dagang penting bagi Indonesia.
Investor juga menunggu data neraca perdagangan April 2025 serta pidato Ketua The Fed Jerome Powell.
Penjualan Ritel RI Tumbuh
Bank Indonesia (BI) telah merilis data penjualan eceran atau ritel Indonesia periode Maret 2025, terpantau dari Indeks Penjualan Riil/IPR tumbuh 5,5% secara tahunan (yoy). Angka tersebut lebih tinggi dari proyeksi BI sebelumnya yang sebesar 0,5%, tetapi lebih rendah dari Maret 2024 yang mencapai 9,3%.
Pada Maret 2025, IPR tercatat sebesar 248,3, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada Februari 2025 sebesar 2% secara tahunan atau (yoy). Peningkatan IPR pun didorong oleh Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau, Barang Budaya dan Rekreasi, serta Subkelompok Sandang.
Ketiga kelompok tersebut masing-masing tumbuh 6,8%, 9,2%, dan tertinggi pada kelompok Subkelompok Sandang sebesar 12,4% (yoy).
Penjualan eceran periode Maret 2025 yang tercatat tumbuh sebesar 13,6% secara bulanan (mtm) dari 3,3% pada bulan sebelumnya.
Peningkatan ini terjadi karena meningkatnya permintaan di bulan Ramadan dan menuju hari raya Idul Fitri 1446 Hijriah. Peningkatan tersebut berasal dari kelompok makanan, minuman dan tembakau, barang budaya dan rekreasi, serta subkelompok sandang.
Dimana Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau (15,1% mtm), Barang Budaya dan Rekreasi (8,3%), serta Subkelompok Sandang (35,7%).
Namun, terdapat kelompok yang mengalami kontraksi di tengah peningkatan penjualan eceran secara umum berasal dari kelompok Bahan Bakar Kendaraan Bermotor dengan indeks yang menurun dari 106,3 pada Februari menjadi 103,3 pada Maret.
Adapun dari sisi harga, tekanan inflasi tiga dan enam bulan yang akan datang, yaitu pada Juni 2025 dan September 2025 diprakirakan menurun. Hal ini tecermin dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) Juni dan September 2025 yang masing-masing tercatat sebesar 146,4 dan 153,1, lebih rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya yang masing-masing tercatat sebesar 148,3 dan 155,5.
Rilis Neraca Dagang Indonesia
Neraca perdagangan diproyeksi masih berada di zona surplus periode April 2025. Surplus kali ini diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya.
Sebagai catatan, Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data neraca perdagangan Indonesia periode April 2025 pada Kamis (15/5/2025). Neraca perdagangan April 2025 akan mencerminkan seberapa besar dampak kebijakan perang dagang Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Sebagai catatan, Trump mengumumkan kebijakan tarif impor 10% dan tarif resiprokal pada 2 April 2025. Trump juga terus mengganti kebijakan tarif impornya. Trump memang menunda tarif resiprokal hingga 90 hari tetapi tetap memberlakukan tarif 10%.
Kebijakan yang berubah-ubah ini tentu berdampak kepada aktivitas perdagangan karena importir atau eksportir bisa ragu memesan atau mengirim barang.
Surplus perdagangan Indonesia juga diperkirakan akan menyusut karena ada libur panjang Lebaran Jari Raya Idul Fitri hingga 8 April 2025.
Apabila surplus neraca perdagangan kali ini kembali terjadi, maka Indonesia sudah membukukan surplus selama 60 bulan beruntun sejak Mei 2020.
Ekonom Bank Danamon, Hosianna Situmorang memperkirakan Indonesia kembali mencatat surplus sebesar US$3,85 miliar.
Ia menyampaikan kinerja ini ditopang oleh beberapa faktor utama:
1. Musim Lebaran menyebabkan normalisasi impor setelah lonjakan permintaan barang dan jasa jelang Ramadan di bulan sebelumnya.
2. Harga komoditas utama seperti CPO dan emas meningkat, mendorong nilai ekspor secara signifikan.
3. Pelemahan nilai tukar rupiah turut membuat ekspor lebih kompetitif meski menjadi tantangan bagi impor barang konsumsi.
4. Ekspor diperkirakan tumbuh 10,4% YoY, sementara impor naik 5,4% YoY, mencerminkan permintaan domestik yang masih terjaga.
Sebagai informasi, Indonesia melakukan ekspor logam mulia perhiasan dan permata sebanyak 2.367 ton selama Januari-April 2024 atau US$3,2 miliar atau setara dengan Rp52,8 triliun (kurs Rp16.500/US$).
Ini terjadi seiring dengan kenaikan harga dan pelemahan nilai tukar rupiah.
"Seiring dengan peningkatan harga emas di pasar internasional pada awal 2024 dan juga penguatan nilai mata uang dolar AS, volume ekspor logam mulai perhiasan dan permata Indonesia mengalami tren meningkat,"" ungkap Deputi Bidang Distribusi dan Jasa, Badan Pusat Statistik (BPS) Pudji Ismartini dalam konferensi pers, Rabu (15/5/2024).
Harga emas dunia melonjak sepanjang April 2025 sebesar 5,27% dan ditutup di posisi US$3.287/troy ons. Bahkan harga emas dunia sempat ditutup di level yang tinggi yakni US$3.424/troy ons pada 21 April 2025.
Apabila dilihat lebih rinci, ekspor emas pada Januari sebesar 208 ton, Februari sebesar 330 ton, Maret 1.082 ton dan April 747 ton.
Indonesia paling banyak mengekspor ke Swiss, porsinya 21,37% dari total ekspor logam mulia Indonesia. Adapun negara tujuan ekspor yaitu:
1. Swiss US$ 700 juta (21,3%)
2. Hong Kong US$ 492 juta (15,02%)
3. India US$ 492 juta (15,01%)
4. Jepang US$ 458 juta (13,98%)
5. Negara lainnya US$ 1,13 juta (34,62%)
Selain itu, pelemahan mata uang Garuda juga membuat ekspor lebih kompetitif dibandingkan negara lainnya.
Berdasarkan data dari Refinitiv, rupiah terdepresiasi sebesar 0,24% pada sepanjang bulan lalu dan bahkan sempat menyentuh level Rp16.860/US$ pada 9 April 2025 atau tak lama setelah libur Lebaran.
Proyeksi surplus neraca perdagangan Indonesia juga tidak hanya diekspektasikan oleh Hosianna, melainkan juga oleh sejumlah ekonom lainnya.
Bank Central Asia (BCA), Sucor Sekuritas, dan Bank CIMB memperkirakan surplus neraca perdagangan April 2025 masing-masing sebesar US$2,57 miliar, US$4,1 miliar, dan US$2,5 miliar.
Goldman Sachs Naikkan Proyeksi PDB China dan AS
Goldman Sachs mengubah perkiraan resesi negara AS setelah gencatan senjata tarif sementara antara AS dan China, yang telah memicu optimisme untuk meredakan ketegangan perdagangan global.
Goldman Sachs mengurangi perkiraan resesi AS menjadi 35% dari 45%, menandai perusahaan pialang besar pertama yang melakukannya, sementara Barclays mengabaikan risiko resesi sepenuhnya dan J.P. Morgan menempatkan kemungkinan di bawah 50%.
Pada Senin (12/5/2025), AS dan China sepakat untuk mengurangi tarif impor masing-masing selama 90 hari, dengan AS menurunkan tarifnya atas barang-barang China menjadi 30% dari 145% dan China memangkas bea atas impor AS menjadi 10% dari 125%.
Goldman memperkirakan pertumbuhan PDB China sebesar 4,6% tahun ini dan 3,8% pada 2026, naik dari proyeksi sebelumnya masing-masing sebesar 4,0% dan 3,5%. Goldman juga melihat "ekspor riil China akan tetap stabil pada tahun 2025/26 (vs. -5% per tahun sebelumnya)."
Dengan prospek pertumbuhan yang berpotensi membaik, Goldman sekarang memperkirakan total tiga pemotongan suku bunga dari The Federal Reserve (The Fed) pada 2025 dan 2026. Mereka memperkirakan satu pemotongan pada Desember, bukan Juli, dan sisanya pada Maret dan Juni tahun depan.
Perusahaan pialang sebelumnya telah memperkirakan tiga pemotongan suku bunga untuk tahun ini sendiri.
"Alasan untuk pemotongan suku bunga bergeser dari asuransi menjadi normalisasi karena pertumbuhan tetap agak lebih kuat, tingkat pengangguran meningkat agak lebih sedikit, dan urgensi untuk dukungan kebijakan berkurang," menurut Goldman.
Barclays dan J.P. Morgan telah sepakat dengan Goldman Sachs dalam memperkirakan hanya satu kali penurunan suku bunga The Federal Reserve pada Desember 2025.
Sebelumnya, Barclays telah memproyeksikan dua kali penurunan suku bunga pada Juli dan September, sementara J.P. Morgan mengantisipasi satu kali penurunan pada September.
Sementara itu, Citigroup mendorong ekspektasinya untuk penurunan suku bunga The Fed menjadi Juli dari Juni, menurutnya pada hari Senin (12/5/2025).
Update Data Tenaga Kerja AS
Berlanjut pada Kamis (15/5/2025), ada data rutin yang dirilis tiap minggu yakni update pertambahan klaim pengangguran.
Klaim pengangguran juga cukup penting dicermati untuk menilai bagaimana kondisi pasar tenaga kerja terkini. Mengutip laman penghimpun data Trading Economics, klaim pengangguran untuk periode sepekan yang berakhir 10 Mei 2025 diperkirakan bertambah lebih banyak 230.000 dari minggu sebelumnya sebanyak 228.000.
Jika data ini naik lebih tinggi dari ekspektasi, ada potensi kondisi pasar tenaga kerja memanas yang bisa meningkatkan angka pengangguran.
Dari sisi ketenagakerjaan, ini bisa menjadi hal buruk. Tapi bagi prospek penurunan suku bunga bisa menjadi satu hal positif. Karena banyak penganggguran artinya ekonomi bisa melambat yang akan memicu bank untuk memangkas suku bunga guna memacu likuiditas di pasar dan meningkatkan daya beli masyarakat.
Namun, satu hal yang dikhawatirkam adalah jika inflasi semakin memanas, ekonomi melambat, ditambah pengangguran naik. AS terancam bisa mengalami stagflasi.
Pidato Jerome Powell
Ketua The Fed Jerome Powell akan berbicara di Konferensi Riset Thomas Laubach, Washington, D.C dengan tema Framework Review (Tinjauan Kerangka Kebijakan) pada hari ini, Kamis pagi waktu Washington DC.Â
Investor menunggu pernyataan Powell terutama setelah meredanya perang dagang antara China dan AS. Meredanya perang dagang diharapkan bisa menekan inflasi AS sehingga kebijakan pemangkasan suku bunga diharapkan bisa dipercepat.
Indeks Harga Produsen AS
AS akan mengumumkan data indeks harga produsen (IPP) April 2025. Sebagai catatan, HPPI di tingkat pabrik AS secara tak terduga kontraksi sebesar 0,4% secara bulanan (month-over-month) pada Maret 2025, merupakan penurunan pertama sejak Oktober 2023. Penurunan ini terjadi setelah kenaikan sebesar 0,1% pada Februari, dan berlawanan dengan ekspektasi pasar yang memperkirakan kenaikan sebesar 0,3%.
Secara tahunan (year-over-year), harga produsen AS naik 2,7% pada Maret 2025, melambat dari kenaikan 3,2% pada Februari, dan juga lebih rendah dari perkiraan pasar yang memperkirakan kenaikan 3,3%. Ini menjadi kenaikan tahunan terkecil dalam harga produsen sejak September.
(saw/saw)