Newsletter

AS Beri Kabar Gembira Lagi: IHSG Sudah Pesta, Kapan Rupiah Perkasa?

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
15 May 2025 06:10
Papan di atas lantai perdagangan Bursa Efek New York menunjukkan angka penutupan rata-rata industri Dow Jones, Jumat, 11 April 2025.
Foto: Papan di atas lantai perdagangan Bursa Efek New York menunjukkan angka penutupan rata-rata industri Dow Jones, Jumat, 11 April 2025. (AP/Richard Drew)

Dari pasar saham AS, bursa Wall Street kembali ditutup beragam. Pergerakan ini mencerminkan sesi perdagangan yang beragam di mana investor menunggu data ekonomi yang akan datang serta pidato Ketua bank sentral AS The Federal Reserve (The fed) Jerome Powell.

Powell akan berbicara di Konferensi Riset Thomas Laubach, Washington, D.C dengan tema Framework Review (Tinjauan Kerangka Kebijakan) pada hari ini, Kamis pagi waktu Washington DC. 

Indeks S&P 500 ditutup naik tipis sebesar 0,1% menjadi 5.892,58, sementara Nasdaq Composite menguat 0,7% ke 19.146,81. Sebaliknya, Dow Jones Industrial Average turun 0,2% ke 42.051,06.

Indeks S&P 500 ditutup sedikit menguat setelah bergerak naik-turun selama sesi perdagangan Rabu yang lesu, sementara para investor menunggu rilis data ekonomi berikutnya.

Saham-saham megacap dan berbasis pertumbuhan menguat, dengan Nvidia menguat lebih dari 4%. Saham Advanced Micro Devices (AMD) naik 4,7% setelah menyetujui program pembelian kembali saham senilai $6 miliar.

Saham Boeing naik 0,6% setelah maskapai nasional Qatar Airways menandatangani kesepakatan pembelian pesawat dari produsen pesawat AS tersebut saat kunjungan Trump ke Doha.

Untuk saham individu, saham American Eagle Outfitters anjlok 6,4% setelah perusahaan pakaian tersebut menarik proyeksi tahunan mereka, dengan alasan ketidakpastian ekonomi akibat tarif.

Di Nasdaq, 1.612 saham naik dan 2.807 saham turun, dengan rasio penurunan terhadap kenaikan sebesar 1,74 banding 1. S&P 500 mencatatkan 3 rekor tertinggi baru dalam 52 minggu dan 9 terendah baru, sementara Nasdaq Composite mencatatkan 59 tertinggi baru dan 104 terendah baru.

Volume perdagangan di bursa AS mencapai 19,73 miliar saham, dibandingkan rata-rata 16,77 miliar saham selama 20 sesi terakhir.

Perdagangan di awal pekan ini sangat kencang ditopang data inflasi yang melunak dan jeda tarif antara AS dan Tiongkok.

Para investor juga memantau perkembangan perdagangan global, sementara Presiden AS Donald Trump melakukan tur ke negara-negara Teluk dan mengamankan komitmen investasi senilai $600 miliar dari Arab Saudi.

Beberapa saham perusahaan teknologi AS menguat setelah pemerintahan AS mengumumkan kerja sama terkait kecerdasan buatan (AI) di Timur Tengah pada hari Selasa.

"Ada ketidakpastian yang masih menggantung mengenai apa yang akan disampaikan para pemimpin dunia, termasuk Presiden Trump, terkait perdagangan," kata Tim Ghriskey, ahli strategi portofolio senior di Ingalls & Snyder, New York, kepada Reuters.

Dia mencatat bahwa meskipun kebijakan tarif sebelumnya ditangguhkan, belum ada kesepakatan final yang dicapai.

"Pengumuman terakhir memang positif dan menyebabkan reli besar, tetapi ketidakpastian masih ada," tambahnya.

Wakil Ketua Federal Reserve AS, Philip Jefferson, mengatakan pada Rabu bahwa meskipun data inflasi terbaru menunjukkan kemajuan menuju target inflasi 2% The Fed, prospeknya kini menjadi tidak pasti. Presiden The Fed Chicago, Austan Goolsbee, menyatakan bahwa data tersebut belum mencerminkan dampak dari kenaikan tarif.

Ketua The Fed, Jerome Powell, dijadwalkan akan berbicara pada hari ini Kamis, dan komentarnya akan diawasi ketat untuk mengetahui arah kebijakan moneter selanjutnya.

(saw/saw)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular