Newsletter

Saham Teknologi AS "To The Moon", di RI Bakal Gimana Mas Bro?

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
05 April 2022 06:50
wall street
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar modal kompak menguat diikuti penguatan rupiah di tengah optimisme investor bahwa Indonesia masih menjadi tempat menjanjikan untuk investasi portofolio. Hari ini, sentimen positif berpeluang berlanjut ditopang saham teknologi, komoditas, dan perbankan.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup positif pada perdagangan Senin (4/4/2022) awal pekan ini, setelah sempat terkoreksi pada sesi I. Indeks saham acuan Tanah Air tersebut ditutup menguat 0,53% ke level 7.116,218 menjadi level tertinggi baru (all time high).

Nilai transaksi mencapai sekitar Rp 11,5 triliun di mana investor asing mencatat pembelian bersih Rp 553,77 miliar di seluruh pasar, dengan rincian sebesar Rp 394,69 miliar di pasar reguler dan sebesar Rp 159,07 miliar di pasar tunai dan negosiasi.

Aksi buru investor asing tersebut terjadi di tengah optimisme bahwa pasar saham di kawasan Asia Tenggara masih menawarkan keuntungan dan keamanan yang relatif lebih besar bagi investor global di tengah krisis geopolitik terkait konflik Ukraina.

Optimisme tersebut dibagikan dua bank investasi Amerika Serikat (AS), yakni Goldman Sachs dan JPMorgan tentang bagaimana pasar saham Asia Tenggara merespons dampak dari krisis geopolitik yang masih terjadi hingga kini.

"Meski dinilai relatif lebih aman, sejatinya pasar saham Asia Tenggara masih seperti 'dianaktirikan' oleh investor global dalam satu dekade terakhir," kata Timothy Moe, kepala strategi ekuitas Asia Pasifik Goldman Sachs, dikutip CNBC International.

Di pasar surat utang, obligasi pemerintah juga menguat sebagaimana terlihat dari pelemahan imbal hasil (yield). Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang menguat, demikian juga sebaliknya.

Mayoritas investor memburu Surat Berharga Negara (SBN) kemarin, ditandai dengan menurunnya imbal hasil mayoritas obligasi acuan. Hanya SBN bertenor 1, 15, dan 20 tahun yang cenderung dilepas investor, ditandai dengan naiknya yield.

Yield SBN tenor 1 tahun naik 15,4 basis poin (bp) ke 4,199%, sedangkan yield SBN berjatuh tempo 15 tahun naik tipis 0,1 bp ke 6,636%, dan yield SBN berjangka waktu 20 tahun menguat 1,1 bp ke level 7,229%. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Sementara itu, yield SBN bertenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara melemah 0,4 Bp ke level 6,751%. Penguatan harga mayoritas SBN itu terjadi sekalipun terjadi kurva inversi di imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) yang diyakini sebagai indikator resesi.

Dengan penguatan di dua aset pasar modal tersebut, rupiah pun sukses mencatat penguatan 2 hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (4/4/2022). Meski demikian penguatannya masih tipis, terbantu sentimen pelaku pasar yang cukup bagus.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,1% ke Rp 14.350/US$. Nyaris sepanjang perdagangan rupiah bertahan di zona hijau, dan bahkan laju penguatannya sempat terpangkas dan menjadi stagnan di Rp 14.365/US$.

Namun di penutupan perdagangan, rupiah berada di Rp 14.350/US$ atau kembali ke reli pertama pada pembukaan.

Bursa saham Amerika Serikat (AS) kompak menguat pada penutupan perdagangan Senin (4/4/2022), ditopang saham teknologi yang diburu pemodal menyusul keputusan Elon Musk memborong saham Twitter.

Indeks Dow Jones Industrial Average menguat 103,61 poin (+0,3%) ke 34.921,88 pada penutupan fajar tadi. Sementara itu, S&P 500 naik 36,78 poin (+0,81%) ke 4.582,64 dan Nasdaq melompat 271,05 poin (+1,9%) ke 14.532,55.

Saham teknologi yang sempat terkena pukulan pada kuartal pertama, kini diburu berkat 'Elon Musk Effect'. Saham Twitter melesat lebih dari 27% menyusul kabar pembelian saham oleh Elon sebesar 9,2%, menjadi reli harian terbesar dalam sepanjang sejarah perdagangan sahamnya.

Saham Tesla sendiri lompat 5,6% setelah melaporkan angka pengiriman kendaraan listrik (electric vehicle/EV) kuartal terbaru pada Sabtu (2/4). Perusahaan tercatat mengirimkan lebih dari 310.000 EV pada kuartal I-2022, melesat dari 184.800 pada periode setahun sebelumnya.

Saham teknologi lain pun ikatan naik di antaranya Apple, Amazon, Alphabet dan Nvidia yang melesat lebih dari 2%. Saham teknologi China yang tercatat di Wall Street juga ikut menguat, seperti Alibaba dan JD.com.

"Nasdaq jelas sedang memimpin penguatan... tentunya karena tidak ada banyak berita buruk yang memberikan tekanan bagi Nasdaq," tutur Sam Stovall, Kepala Perencana Investasi CFRA, seperti dikutip CNBC International.

Pada Kamis (31/3), sinyal resesi teridentifikasi ketika imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 2 tahun dan 10 tahun terbalik untuk pertama kalinya sejak 2019. Yield obligasi tenor 5 tahun juga diperdagangkan di atas yield obligasi tenor 30 tahun.

Harga minyak mentah acuan AS yakni West Texas Intermediate (WTI) melompat 4% dan kembali menembus level psikologis US$ 100 per barel, sementara harga minyak mentah acuan internasional yakni Brent melompat lebih dari 3%.

Reli harga energi utama dunia tersebut terjadi di tengah masih panasnya situasi di Ukraina. Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan bahwa negara Barat akan mengumumkan sanksi terbaru terhadap Rusia beberapa hari mendatang.

"Beberapa konsolidasi setelah lonjakan besar yang kita lihat di saham dalam tiga pekan terakhir terhitung masuk akal. Itulah jenis yang kita lihat saat ini," tutur analis LPL Financial Ryan Detrick dikutip CNBC International.

Pada Rabu (6/4), Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) akan menerbitkan risalah rapat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pada Maret, memberikan investor pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana The Fed memandang kondisi pasar.

Rekomendasi positif dua raksasa bank investasi dunia, JP Morgan dan Goldman Sach, kemarin mengafirmasi optimisme pasar yang semula tertahan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang dalam 3 pekan terakhir maju-mundur di level psikologis 7.000 kemarin bersandar di 7.100.

Pertanyaan selanjutnya tentu saja: apakah reli kemarin berpeluang berlanjut hari ini dan sepekan perdagangan ke depan? Secara fundamental, jawabannya adalah iya. Mengutip riset kedua lembaga tersebut, Asia Tenggara khususnya memiliki 'bantalan' khusus di tengah krisis Ukraina.

Pertama, wilayah ini dapat memanfaatkan momentum pemulihan ekonomi global dari wilayah yang terlambat pulih dari membaiknya pandemi Covid-19. Artinya, pertumbuhan ekonomi yang sudah terbaca, sebesar 3,69% pada 2021 belum mencerminkan prospek pemulihan secara penuh.

Bagi investor saham, saat ini menjadi momentum yang tepat untuk ambil posisi terlebih dahulu di pasar, membeli saham-saham yang harganya belum mencerminkan pemulihan yang ada. Khususnya, sektor perbankan, komoditas, dan teknologi.

Ini menjelaskan kenapa investor asing mencetak pembelian bersih (net buy) secara konsisten dalam sebulan terakhir. Totalnya mencapai Rp 33,27 triliun dalam 3 bulan terakhir, menafikan efek kejutan dari konflik Ukraina.

Kedua, sektor perbankan Indonesia menurut kedua lembaga tersebut mampu pulih dengan cepat setelah sempat terdampak dari pandemi Covid-19, menunjukkan efektivitas program restrukturisasi selama masa pandemi.

Selanjutnya, ketika pengetatan kebijakan moneter dan kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) dengan berbagai efek buruknya bagi pasar keuangan global, sektor perbankan di Indonesia justru dinilai akan mendapatkan berkah dari digitalisasi.

"Kami saat ini ambil posisi di sektor swasta terkemuka dan juga bank milik negara karena mereka telah secara proaktif mendorong adopsi digital untuk mempercepat penetrasi keuangan," kata Manajer Portofolio JPMorgan Asset Management Desmond Loh pada CNBC International.

Ketiga, bank investasi asing tersebut menyambut positif bermunculannya perusahaan ekonomi digital yang masuk ke bursa Indonesia. Senin kemarin, emiten pengembang PT Wir Asia Tbk (WIRG) mencatatkan sahamnya perdana di bursa, dan harga sahamnya meroket hingga 34,5%. PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk bakal menyusul dalam waktu dekat.

Sempat tertekan oleh efek pengetatan moneter AS, saham teknologi di Wall Street mendapatkan momentum penguatan sebagaimana terlihat fajar tadi. Di Indonesia, saham teknologi belum banyak diapresiasi pasar karena konservatisme pemodal dalam memandang future value mereka.

BACA: Ini Dua 'Fitnah' terhadap Saham-Saham Sektor Teknologi

Di luar perbankan dan teknologi, sektor komoditas juga dinilai menarik investor asing untuk memburu saham di Indonesia, karena kenaikan beberapa komoditas menjadi keuntungan sendiri bagi Indonesia seperti batu bara, nikel, dan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO).

"Harga komoditas yang kuat juga bermanfaat bagi pendapatan ekspor di Indonesia serta neraca perdagangan negara, dan itu ditetapkan untuk mendukung rupiah Indonesia serta prospek pertumbuhan jangka pendek di Indonesia," kata Loh.

Jadi, jika bicara aspek fundamental, maka penguatan IHSG sangat berpeluang berlanjut pada hari ini ditopang ketiga saham sektor tersebut. Namun, apakah momentum penguatannya terbuka untuk hari ini, jawabannya kembali pada situasi ekonomi nasional dan global. Jika kondusif aman sentosa, reli bakalan tak terbendung.

Berikut beberapa data ekonomi yang akan dirilis hari ini:

  • PMI Sektor Jasa Australia per Maret versi S&P (06:00 WIB)
  • PMI Sektor Jasa Jepang per Februari versi Jibun Bank (06:30 WIB)
  • Pengumuman suku bunga acuan Australia (13:00 WIB)
  • PMI sektor jasa Rusia per Maret versi S&P (13:00 WIB)
  • PMI sektor jasa Uni Eropa per Maret versi S&P (15:00 WIB)
  • Neraca perdagangan AS per Februari (18:30 WIB)
  • PMI sektor jasa AS per Maret versi S&P (21:00 WIB)

Hari ini setidaknya terdapat empat agenda korporasi yakni:

  • RUPST PT Bank OCBC NISP Tbk/NISP (10:00 WIB)
  • RUPST PT Matahari Department Store Tbk/LPPF (10:00 WIB)
  • RUPST PT Pembangunan Perumahan Tbk/PTPP (14:00 WIB)
  • RUPST PT Lautan Luas Tbk/LTLS (14:00 WIB)
  • RUPST PT Bank Permata Tbk/BNLI (14:00 WIB)

Terakhir, berikut adalah sejumlah indikator perekonomian nasional:

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular