Polling CNBC Indonesia

BI Masih Akan Tahan Bunga Acuan, Tapi Nggak Lama...

Maesaroh, CNBC Indonesia
16 March 2022 08:34
Gedung Bank Indonesia
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) diperkirakan masih mempertahankan suku bunga acuan pada bulan ini. Namun, ada kemungkinan bank sentral Indonesia tersebut akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat sejalan dengan tren kebijakan moneter global yang lebih ketat.

Gubernur Perry Warjiyo dan anggota Dewan Gubernur lain dijadwalkan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) Maret 2022 pada 16-17 Maret 2022. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate bertahan di 3,5%. Dari 15 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus tersebut hanya satu yang memproyeksi BI akan menaikkan suku bunga acuan bulan ini.


Jika sesuai ekspektasi, maka suku bunga acuan akan bertahan di 3,5% sejak Februari 2021 atau sudah bertahan selama 13 bulan terakhir. Level 3,5% adalah suku bunga acuan terendah dalam sejarah Indonesia.

Keyakinan bahwa BI akan mempertahankan suku bunga didorong fakta bahwa inflasi Indonesia masih terkendali meskipun mengalami kenaikan dalam dua bulan terakhir. Pada Februari 2022, Indonesia mencatatkan inflasi tahunan (year on year/YoY) sebesar 2,06%, lebih rendah dibandingkan Januari (2,18%).

Sebagai catatan, Indonesia tidak pernah mencatat inflasi tahunan di atas 2% sejak Mei 2020. BI sendiri menargetkan inflasi bergerak di 3,0%±1% pada tahun ini

Nilai tukar rupiah juga masih dalam grafik yang stabil bahkan menjadi salah satu yang terkuat di Asia.



"Suku bunga masih tetap bertahan pada level 3,5% seiring dengan tekanan inflasi yang masih terjaga dalam kisaran yang ditargetkan BI serta kurs rupiah yang tetap relatif stabil meskipun sentiment negative dari global mulai meningkat," tutur ekonom BNI Sekuritas Damhuri Nasution, kepada CNBC Indonesia.

Damhuri juga mengingatkan bahwa suku bunga rendah masih diperlukan Indonesia untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung.

Perry Warjiyo berkali-kali menegaskan bahwa BI tidak akan menaikkan suku bunga selama inflasi belum melonjak.

 

Kendati diperkirakan masih mempertahankan suku bunga pada bulan Maret, BI diramal akan menaikkan suku bunga tahun ini. Ekonom Sucor Sekuritas Ahmad Mikail bahkan memprediksi BI sudah akan menyesuaikan suku bunga acuan di Maret ini.

"(Penyesuaian untuk) mengantisipasi kenaikan The Fed Fund Rate (FFR) di Maret sebesar 25 bps," tuturnya, kepada CNBC Indonesia.


Ekonom OCBC Wellian Wiranto memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga mulai Mei tahun ini. Kenaikan mempertimbangkan FFR yang diramal akan naik.

"BI mungkin tidak menaikkan suku bunga minggu ini tetapi mereka akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat, kemungkinan di Mei. Kami memperkirakan suku bunga acuan BI akan berada di 4,5% di akhir tahun," ujar Wellian.

Wellian menjelaskan di bulan Mei, kemungkinan inflasi Indonesia akan naik setelah melewati periode Ramadan dan Lebaran (April-Mei). "Beberapa bahan makanan bahkan sudah melonjak harganya. Ada risiko kenaikan BBM juga. Tekanan inflasi yang dihadapi Indonesia ke depan tidaklah kecil," tambahnya.

Kenaikan inflasi akan mengurangi minat investor dalam membeli surat utang Indonesia karena keuntungan makin mengecil. Sebagai mana diketahui, harga sejumlah bahan makanan seperti minyak goreng dan kedelai naik tajam karena kelangkaan pasokan.

Inflasi Indonesia juga biasanya menukik tajam selama bulan Ramadan karena melonjaknya konsumsi.

Tekanan eksternal juga terus menguat mulai dari perang, kenaikan harga komoditas, hingga naiknya Federal Funds Rate. Semua tekanan eksternal dikhawatirkan akan membuat investor pergi dari Indonesia dan memilih membawa dananya ke luar negeri untuk membeli aset aman seperti surat utang pemerintah Amerika Serikat (AS).

Terlebih, yield surat utang pemerintah Amerika Serikat sudah naik drastis. Pada perdagangan Selasa (15/3), yield surat utang pemerintah AS tenor 10 tahun telah menyentuh 2,149% yang merupakan level tertingginya sejak Juli 2019.

"BI bisa saja mengambil kebijakan hawkish jika inflasi naik lebih cepat dank arena krisis yang terjadi sekarang," tutur Nicholas Mapa, Ekonom ING.


 

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular