
Waspada "Fall of Kyiv", Pasar Keuangan RI Bisa Rontok!

Jebloknya Wall Street yang merupakan kiblat bursa saham dunia tentunya memberikan sentimen negatif ke pasar Asia pada hari ini. Memang, IHSG beberapa kali mampu "melawan gravitasi", tetapi melihat posisinya yang memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa kemarin, tentunya ada risiko aksi ambil untung (profit taking).
Seperti disebutkan sebelumnya, investor asing tercatat net buy Rp 1,7 triliun kemarin yang membuat IHSG nyaris menembus level 7.000.
Sepanjang pekan lalu investor asing tercatat melakukan net buy Rp 4,11 triliun, sementara dalam di bulan Februari net buy tercatat sebesar Rp 17,59 triliun.
Aksi borong tersebut terjadi meski perang Rusia dengan Ukraina sedang berkecamuk. Ibu kota Ukraina Kyiv kini berisiko jatuh melihat konvoi besar pasukan Rusia.
Wakil Perdana Menteri Inggris, Dominic Raab, mengatakan akan melakukan apa saja guna mencegah "Fall of Kyiv". Pasukan Rusia kini dikabarkan berada 17 mil dari Kyiv, tetapi masih belum diketahui secara pasti seberapa cepat serangan militer akan dilakukan.
Pentagon pun menyatakan jika Kremlin memang ingin menjatuhkan Kyiv.
"Setiap indikasi yang kami lihat menunjukkan mereka (Rusia) ingin mengambil alih Kyiv," kata pejabat senior Kementerian Pertahanan AS kepada CNBC International, Senin (28/1).
Lazimnya, ketika terjadi perang apalagi ditambah dengan berbagai sanksi ke Rusia, pelaku pasar akan menghindari aset-aset berisiko, Wall Street yang ambrol menjadi contohnya.
Nyatanya, invetor asing masih terus mengalirkan modalnya ke Indonesia. Jika itu terjadi lagi, maka ada peluang IHSG malah kembali menghijau.
Aliran modal asing tersebut juga bisa membantu rupiah untuk menguat, apalagi jika di pasar obligasi juga terjadi inflow.
Data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan. Sepanjang bulan lalu hingga 24 Februari aliran modal asing masuk ke pasar obligasi cukup besar, sekitar Rp 10,34 triliun.
Capital inflow tersebut sekaligus membalikkan outflow sekitar Rp 4 triliun yang terjadi pada bulan Januari lalu. Dengan demikian sepanjang tahun ini (year-to-date) hingga 24 Februari lalu terjadi inflow lebih dari Rp 6 triliun di pasar obligasi.
Tetapi, di pasar primer minat terhadap obligasi Indonesia mengalami penurunan. Penawaran yang masuk (incoming bids) pada lelang yang dilakukan kemarin mengalami penurunan menjadi Rp 61,5 triliun, dibandingkan 15 Februari lalu sebesar Rp 76,8 triliun.
Jumlah yang dimenangkan oleh pemerintah mencapai Rp 19 triliun, lebih rendah dari target indikatif yang ditetapkan pemerintah sebelumnya sebesar Rp 23 triliun.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)
(pap/pap)