Newsletter

Waspada "Fall of Kyiv", Pasar Keuangan RI Bisa Rontok!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
02 March 2022 06:10
Emiten Wall Street. AP
Foto: Emiten Wall Street. AP

Bursa saham AS (Wall Street) ambrol pada perdagangan Selasa waktu setempat setelah pasukan Rusia tertangkap kamera sedang konvoi menuju ibu kota Ukraina, Kyiv.

Indeks Dow Jones jeblok hingga 1,76% ke 33.294,956, kemudian S&P 500 merosot 1,55% ke 4.306,26, dan Nasdaq minus 1,59% ke 13.532,46.

Foto kamera satelit yang diambil oleh perusahaan Maxar Technologies AS menunjukkan konvoi besar pasukan Rusia menuju Kyiv. Panjang konvoi tersebut sekitar 65 kilometer, yang memicu kekhawatiran jatuhnya ibu kota Ukraina.

Pergerakan pasukan Rusia tersebut diperkirakan menjadi sinyal akan serangan yang militer yang lebih besar ke Kyiv dan kota besar lainnya dalam beberapa hari ke depan. Invasi yang dilakukan Rusia tersebut membuatnya dikenakan berbagai macam sanksi ekonomi oleh Amerika Serikat dan Negara Barat lainnya, sehingga memicu volatilitas tinggi di pasar finansial global.

"Volatilitas meningkat setelah dinding kekhawatiran terus meningkat. Ketakpastian geopolitik, lonjakan inflasi, kenaikan suku bunga acuan dan rusaknya tren harga teknikal memperberat sentimen dan harga saham," tutur Kepala Perencana Saham Bank Wealth Management Terry Sandven seperti dikutip CNBC International.

Salah satu sanksi yang diberikan yakni dikeluarkannya rusia dari SWIFT (Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication).

SWIFT merupakan jaringan pengiriman pesan yang digunakan oleh bank dan lembaga keuangan lainnya untuk mengirim dan menerima informasi transaksi dengan cepat dan aman. Misalnya saja, instruksi pengiriman dana. Sistem ini juga yang berada di balik sebagian besar transaksi pembayaran dan pengiriman dana internasional.

SWIFT kini sudah mengkoneksikan lebih dari 11 ribu institusi keuangan di lebih dari 200 negara sehingga transaksi keuangan antar negara dapat dilaksanakan.

Namun, belum jelas bagaimana SWIFT akan diterapkan. Pejabat di Gedung Putih mengatakan Uni Eropa akan memfinalisasi secara spesifik bank-bank yang akan dikeluarkan dari SWIFT.

Apalagi, jika Rusia dikeluarkan dari SWIFT, Amerika Serikat dan Jerman dikatakan juga akan menderita kerugian.

"Amerika Serikat dan Jerman menjadi dua negara yang paling dirugikan jika Rusia terputus dari SWIFT, sebab keduanya paling sering menggunakan SWIFT untuk berkomunikasi dengan perbankan Rusia," tulis Maria Shagina ahli sanksi internasional, dalam sebuah artikel untuk Carnegie Moscow Center tahun lalu, sebagaimana dikutip CBC, Minggu (27/2).

Terbukti, saham-saham sektor finansial AS pun rontok. Saham Bank of America merosot 3,9%, Well Fargo 5,8%, dan Charles Schwab jeblok nyaris 8%.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini

(pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular