Newsletter

Presiden Ukraina: 16 Februari Menjadi Hari Serangan Rusia!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 February 2022 06:20
Aktivitas Bongkar Muat Kontainer di Pelabuhan Tanjung Priok, Senin (22/11/2021).
Foto: Aktivitas Bongkar Muat Kontainer di Pelabuhan Tanjung Priok, Senin (22/11/2021). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Sentimen ketiga, kali ini dari dalam negeri, adalah rilis data perdagangan internasional oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan nilai ekspor Januari 2022 naik 37,18% dari Januari 2021.

Sementara impor diperkirakan tumbuh tinggi, mencapai 53,98% yoy. Hasilnya, neraca perdagangan tetap surplus tetapi 'hanya' US$ 314 juta.

Meski masih surplus, tetapi berkurang dibandingkan Desember 2021 yang mencapai US$ 1,02 miliar. Surplus di bawah US$ 1 miliar kali terakhir terjadi pada Mei 2020.

Sejatinya tanda-tanda penurunan neraca perdagangan ini sudah terlihat dalam rilis cadangan devisa. Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa per akhir Januari 2022 sebesar US$ 141,3 miliar. Turun US$ 3,6 miliar dari bulan sebelumnya.

"Penurunan posisi cadangan devisa pada Januari 2022 antara lain dipengaruhi oleh kebutuhan pembayaran utang luar negeri pemerintah dan berkurangnya penempatan valas perbankan di Bank Indonesia antara lain sebagai antisipasi kebutuhan likuiditas valas sejalan dengan membaiknya aktivitas perekonomian," sebut keterangan tertulis BI.

Kalimat "antisipasi kebutuhan likuiditas valas sejalan dengan membaiknya aktivitas perekonomian" bisa diartikan bahwa dunia usaha sedang berburu valas untuk kebutuhan impor demi memenuhi permintaan domestik yang meningkat. Saat konsumsi masyarakat naik, wajar jika impor juga naik, apakah itu bahan baku, barang modal, atau barang konsumsi.

Saat impor melesat karena tingginya permintaan domestik, ekspor justru mengalami sedikit kendala. Sepanjang bulan lalu, pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menetapkan larangan ekspor batu bara selama sebulan.

Di tengah jalan, pemerintah memang membuka 'keran' ekspor bagi perusahaan yang sudah mematuhi kewajiban pemenuhan kebutuhan dalam negeri (Domestic Market Obligation/DMO). Namun tetap saja ekspor batu bara Indonesia turun lumayan drastis.

Mengutip catatan Refinitiv, ekspor batu bara Indonesia sepanjang Januari 2022 adalah 1,19 juta ton. Ini menjadi yang terendah sejak Agustus tahun lalu.

Padahal batu bara adalah salah satu komoditas andalan ekspor Indonesia. Selama 2021, nilai ekspor bahan bakar mineral (yang didominasi batu bara) mencapai US$ 32,84 miliar, meroket 90,3% dibandingkan 2020. Nilai ekspor US$ 32,84 miliar itu menyumbang 14,98% dari total ekspor non-migas.

"Larangan ekspor batu bara menciptakan ketidakcocokan (missmatch) pasokan dan permintaan valas," tulis Putera Satria Sambijantoro, Ekonom Bahan Sekuritas, dalam risetnya.

Halaman Selanjutnya --> Simak Agenda dan Rilis Data Hari Ini

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular