
Kalah Telak dari Yuan China, Rupiah Berebut Posisi 3 di Asia

Peluang rupiah menguat hari ini memang cukup terbuka, begitu juga di tahun depan, meski tantangannya akan berat.
The Fed yang agresif menaikkan suku bunga membuat dolar AS masih menjadi favorit di tahun 2022.
Menurut hasil riset DBS Group Research, rupiah bisa melemah ke Rp 15.000/US$. Dari posisi akhir perdagangan Kamis kemarin, artinya akan ada pelemahan sekitar 5%.
Tetapi tidak menutup kemungkinan juga dolar AS malah melemah melawan rupiah. Sebab, harga komoditas di tahun depan diprediksi masih tetap tinggi, dan yield Surat Berharga Negara (SBN) yang masih atraktif.
Kenaikan harga komoditas di tahun ini membuat neraca dagang Indonesia mencetak surplus selama 19 bulan beruntun.
Surplus tersebut akan membantu transaksi berjalan (current account) Indonesia agar tidak mengalami defisit yang besar bahkan bisa mencatat surplus.
Defisit transaksi berjalan yang tidak besar atau jika bisa surplus akan memberikan dampak positif ke rupiah.
Bank ANZ memprediksi di akhir 2022, rupiah bakal semakin dekat dengan Rp 14.000/US$.
"Melihat 2022, harga komoditas masih akan kuat menopang ekspor. Tetapi, dengan perekonomian yang mulai berputar, impor akan tumbuh yang menyebabkan menurunnya surplus," kata analis ANZ sebagaimana dilansir FXStreet, Rabu (15/12).
Selain itu analis tersebut juga melihat virus Omicron bisa menentukan langkah rupiah.
"Jika Omicron menjadi lebih berbahaya, itu akan merusak sentimen dan aliran modal ke pasar obligasi Indonesia di saat The Fed mulai menormalisasi kebijakan moneternya. Namun, jika Omicron hanya menimbulkan gejala ringan dan The Fed melakukan normalisasi dengan teratur, maka rupiah akan lolos dari tekanan," katanya.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Berikut Rilis Data Ekonomi dan Agenda Hari Ini
(pap/pap)