
RI Masih Ketiban 'Durian Runtuh' Tahun Depan? Dari Sektor Apa

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Investasi atau Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) memperkirakan, bahwa pada tahun depan perekonomian Indonesia masih memiliki peluang keberkahan atau durian runtuh dari harga komoditas yang mengalami kenaikan.
Staf Ahli Bidang Ekonomi Makro Kementerian Investasi, Indra Darmawan menyampaikan, meskipun tahun 2020 merupakan tahun yang berat bagi perekonomian Indonesia, akan tetapi pada tahun 2021 menjadi momentum bangkitnya perekonomian Indonesia atas dasar pemulihan ekonomi pasca Pandemi Covid-19.
"Pada tahun depan (2022) sudah harus adjust new normal yang akan kita hadapi dan jalani. Banyak meramalkan, tahun depan ini agak lebih baik, ada optimisme yang kira-kira bisa memandu untuk bisa menjalani tahun depan lebih baik lagi," jelas Indra dalam sebuah Webinar, Selasa (28/12/2021).
Dengan pulihnya kegiatan ekonomi dan mobilitas meningkat, maka permintaan untuk barang-barang dan jasa juga akan mengalami peningkatan. Tak terkecuali harga-harga juga yang mulai melonjak tinggi, termasuk barang-barang komoditas.
Seperti yang diketahui, Kementerian Investasi atau BKPM menaikan target investasi pada tahun 2022 menjadi Rp 1.200 triliun, lebih tinggi dari target di tahun ini yang mencapai Rp 900 triliun.
Naiknya target investasi tersebut, kata Indra didorong dari beberapa indikator yang membuat pihaknya optimistis target investasi tersebut bisa tercapai.
"Ada optimisme pertumbuhan ekonomi untuk Indonesia, diperkirakan juga Indonesia akan mendapatkan berkah masih tingginya harga-harga komoditas di pasar ekonomi dunia," tutur Indra.
Di satu sisi ada berkah keuntungan 'durian runtuh' dari harga komoditas, di sisi lain ada pelaku industri terutama sektor logistik yang mungkin akan terkena dampaknya, karena kemungkinan tarif logistik dunia juga melonjak.
"Ini akan berimbas ke bidang shipping, di mana diperkirakan harga-harga logistik dunia itu masih belum akan turun tahun depan," jelas Indra.
"Jadi, harga-harga tarif untuk pengangkutan barang lintas negara global diperkirakan masih akan tinggi, sampai ada beberapa analis memperkirakan whole 2022 masih akan tinggi bahkan sampai 2023," kata Indra melanjutkan.
Untuk diketahui, lonjakan harga komoditas internasional ibarat 'durian runtuh' saat pandemi covid-19. Saat negara lain kesulitan mencari uang untuk menutupi anggaran, Indonesia bisa terima cuan sambil goyang-goyang kaki.
Bahkan penerimaan negara tahun ini diyakini bisa mencapai target Rp 1.743,6 triliun. Hingga akhir November 2021, beberapa pos penerimaan sudah mencapai target.
Seluruhnya disebabkan oleh lonjakan harga komoditas, terutama batu bara dan minyak kelapa sawit yang harganya alami kenaikan dalam setahun terakhir.
Lihat saja penerimaan negara bukan pajak (PNBP) tumbuh 25,4% menjadi Rp 382,5 triliun atau 128,3% dari target APBN. Kenaikan ditopang oleh pendapatan SDA migas 24,7% dan non migas 86,9% di mana masing-masing sudah berada di atas target
Sementara itu untuk kepabeanan cukai mencapai Rp 232,3 triliun atau tumbuh 26,6% yoy. Realisasi ini bahkan sudah dulu melebihi target, yakni 108%.
Penerimaan pajak tumbuh 17% mencapai Rp 1.082,6 triliun atau 88% dari target. Kenaikan tertinggi ada pada PPh migas dengan 57,7% dan non migas tumbuh 12,6%. PPN tumbuh 19,8% dan PBB tumbuh minus 6,2% dan pajak lainnya tumbuh 79,7%.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Banjir Cuan! Harga Komoditas Internasional Melonjak Lagi