
Kalah Telak dari Yuan China, Rupiah Berebut Posisi 3 di Asia

Melemahnya Wall Street bisa memberikan tekanan bagi rupiah di laga terakhirnya. Selain itu, indeks dolar AS juga mencatat penguatan tipis.
Selain itu pelaku pasar akan melihat data aktivitas manufaktur China yang dilihat dari purchasing managers' index (PMI) bulan Desember. Di bulan lalu, PMI manufaktur China sebesar 50,1 mengalami ekspansi pertama setelah terkontraksi dalam dua bulan beruntun.
PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Di atasnya berarti ekspansi, sementara di bawahnya kontraksi.
Jika sektor manufaktur China mampu mempertahankan atau menambah ekspansi, maka akan menjadi sentimen positif bagi rupiah dan mata uang Asia lainnya.
Rupiah sudah bisa dipastikan akan mencatat pelemahan melawan dolar AS di tahun ini. Meski demikian, kinerja rupiah tidak buruk. Sepanjang tahun ini hingga Kamis kemarin, dolar AS hanya mampu menguat 1,6% saja melawan rupiah.
Dengan kinerja tersebut, rupiah untuk sementara berada di urutan ketiga mata uang utama terbaik di Asia. Rupiah bersaing ketat dengan rupee India yang melemah 1,87%.
Sementara itu yuan China menjadi yang terbaik setelah mampu membuat dolar AS melemah lebih dari 2%. Di urutan kedua ada dolar Taiwan.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia sepanjang tahun ini hingga Kamis kemarin.
![]() |
Sentimen pelaku pasar yang masih bagus berpeluang membuat rupiah menutup tahun ini dengan penguatan.
Sebelumnya, hasil studi di Afrika Selatan menunjukkan orang-orang yang terinfeksi Omicron, terutama yang sudah divaksin memiliki, akan memiliki imun yang lebih kuat dalam menghadapi varian Delta.
Terbaru, John Bell, profesor kedokteran di Universitas Oxford serta penasehat pemerintah Inggris menyatakan pemandangan horor gelombang Covid-19 sudah menjadi sejarah.
Saat berbicara di BBC Radio 4, Bell menganalisa data dari Inggris di mana penambahan kasus per hari mencapai rekor tertinggi, dan penerimaan pasein di rumah sakit berada di level tertinggi sejak bulan Maret. Tetapi, Bell mengatakan jumlah orang yang berada di ICU, khususnya yang sudah divaksinasi masih sangat, sangat rendah.
Kemudian dari Amerika Serikat, ahli penyakit menular Gedung Putih Anthony Fauci memperkirakan penyebaran Omicron di Negeri Paman Sam akan mencapai puncaknya pada akhir Januari.
Sebelumnya dalam konferensi pers Gedung Putih, Fauci juga mengatakan jika data yang ada saat ini menunjukkan Omicron tidak menimbulkan penyakit berat seperti varian Delta.
Selain itu Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus juga optimistis fase akut dari pandemi bisa berakhir di tahun ini.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Begini Peluang Rupiah di 2022
(pap/pap)