Newsletter

Omicron Masuk RI & Wall Street Koreksi, IHSG Piye Hari Ini?

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
Jumat, 17/12/2021 06:00 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia pada perdagangan Kamis (16/12/2021) kemarin, mencatatkan kinerja kurang baik. Ini diperberat oleh kabar negatif dari kasus virus corona (Covid-19) varian Omicron pertama di RI.

Dari pasar saham, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,47% ke level 6.594,798. Pada awal perdagangan sesi I kemarin, IHSG sempat dibuka dan diperdagangkan di zona hijau, merespons positif dari rebound-nya bursa saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (15/12/2021) waktu AS.

Tetapi selang dua jam setelah dibuka, IHSG langsung berbalik arah ke zona merah hingga akhir perdagangan akibat ditemukannya kasus perdana varian Omicron di RI. IHSG pun kembali ke level psikologis 6.500 pada perdagangan kemarin.

Data perdagangan mencatat nilai transaksi indeks pada kemarin cenderung tak berubah dari perdagangan sehari sebelumnya, yakni sebesar Rp 12,8 triliun. Sebanyak 172 saham naik, 372 saham turun, dan 133 lainnya stagnan.

Dikala IHSG yang berbalik arah ke zona koreksi, investor asing tercatat melakukan penjualan bersih (net sell) sebesar Rp 533 miliar di pasar reguler. Parahnya, di Asia, hanya IHSG saja yang ditutup terkoreksi pada perdagangan kemarin.

Selain IHSG, seluruh bursa saham Asia terpantau menguat, di mana indeks Nikkei memimpin penguatan bursa Asia kemarin. Berikut pergerakan IHSG dan bursa Asia pada perdagangan Kamis kemarin:

Sedangkan untuk rupiah pada perdagangan Kamis kemarin ditutup cenderung melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Di penutupan perdagangan, rupiah di pasar spot melemah tipis 0,07% ke level Rp 14.340/US$.

Sementara itu di kurs tengah Bank Indonesia (BI) atau Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) rupiah melemah 0,04% ke Rp 14.343/US$. Sementara di Asia, mata uangnya cenderung beragam, dengan dolar Hong Kong, rupee India, ringgit Malaysia, peso Filipina, dan dolar Singapura terpantau menguat dihadapan sang greenback.

Sedangkan yen Jepang, won Korea Selatan, baht Thailand, dan dolar Taiwan serta rupiah ditutup melemah dihadapan greenback. Sementara untuk yuan China cenderung stagnan atau sama seperti perdagangan sebelumnya.

Berikut pergerakan rupiah dan mata uang utama Asia melawan dolar AS kemarin:

Adapun untuk pergerakan harga mayoritas SBN pada perdagangan kemarin kembali ditutup melemah, ditandai dengan kembali menguatnya imbal hasil (yield) di mayoritas SBN acuan. Investor pun kembali melepas kepemilikannya kemarin.

Hanya SBN bertenor 3 dan 15 tahun yang ramai diburu oleh investor, ditandai dengan melemahnya yield pada perdagangan kemarin. Melansir data dari Refinitiv, yield SBN bertenor 3 tahun kembali turun sebesar 3,5 basis poin (bp) ke level 3,592% sedangkan yield SBN berjatuh tempo 15 tahun melemah 0,2 bp ke level 6,29%.

Sementara untuk yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara kembali naik sebesar 2,2 bp ke level 6,422%. Yield berlawanan arah dari harga, sehingga kenaikan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya.

Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%. Berikut pergerakan yield SBN acuan pada perdagangan Kamis:

Kurang bergairahnya kembali pasar keuangan RI terjadi menyusul kabar tak sedap masuknya varian Omicron ke Tanah Air sebagaimana disampaikan oleh Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin (BGS) dalam konferensi persnya. Dalam kesempatan itu, BGS, sapaan akrab Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa Kemenkes sudah mendeteksi Covid-19 varian omicron di Tanah Air.

"Kemenkes tadi malam mendeteksi ada seorang pasien berinisial N terkonfirmasi Omicron pada tanggal 15 Desember," ujarnya.

Menurut BGS, data-data itu juga sudah dikonfirmasikan ke GISAID. Kemudian GIASID juga sudah mengonfirmasi data sequencing benar adalah Omicron. Omicron merupakan varian Covid-19 yang dianggap paling mudah menular dibandingkan varian lainnya, termasuk varian Delta.

Meski dikatakan hanya menimbulkan gejala ringan, tetapi jika penyebarannya semakin meluas dikhawatirkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) akan kembali diperketat, dan membuat perekonomian kembali melambat.

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) telah menyelesaikan Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode Desember 2021. Hasilnya, seperti dugaan, suku bunga acuan dipertahankan.

"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 15-16 Desember 2021 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 3,5%, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%," sebut Gubernur Perry Warjiyo saat membacakan hasil keputusan rapat, Kamis (16/12/2021).

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan MH Thamrin tetap mempertahankan suku bunga acuan 3,5%. Dari 10 institusi yang terlibat, semuanya sepakat bulat.

BI-7 Day Reverse Repo Rate sudah berada di 3,5% sejak Februari 2021. Artinya sudah 10 bulan berturut-turut BI tidak menaikkan suku bunga acuannya. Suku bunga acuan di level 3,5% juga menjadi suku bunga terendah sepanjang sejarah Indonesia merdeka.


(chd)
Pages