Dow Dibuka Melesat 150 Poin, tapi S&P 500 dan Nasdaq Melemah

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
16 December 2021 22:08
wall street
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) melesat pada perdagangan Kamis (16/12/2021), setelah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) memberi sinyal bahwa kebijakan moneternya bisa menjadi agresif dengan tiga kenaikan suku bunga acuan di 2022.

Indeks Dow Jones Industrial Average naik 150 poin pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB) dan selang 30 menit bertambah menjadi 90,5 poin (+0,25%) ke 36.017,92. Namun, S&P 500 surut 3,7 poin (-0,08%) ke 4.706,15 dan Nasdaq anjlok 107,05 poin (-0,69%) ke 15.458,54.

Saham yang terkait dengan kenaikan suku bunga pun meningkat, seperti saham perbankan dan bahan tambang, Saham Freeport-McMoRan melesat 3% lebih di pembukaan, sementara saham bank JPMorgan Chase, Citigroup dan Bank of America kompak menguat 1% lebih.

Di sisi lain, saham Delta Air Lines lompat 1% setelah perseroan memperkirakan laba bersih kuartal IV-2021 bisa menyentuh angka US$ 200 juta, setelah sebelumnya memproyeksikan kerugian.

Sementara itu, bank sentral Inggris (Bank of England) menaikkan suku bunga acuannya dari 0,1% menjadi 0,25%, menjadi kenaikan yang pertama di antara bank sentral dunia sejak era pandemi menyusul lonjakan inflasi negara tersebut.

CME FedWatch memperkirakan ada peluang sebesar 63% bahwa The Fed akan mendongkrak suku bunga acuannya pada Mei 2022, dan 44% peluang bahwa kenaikan bisa terjadi lebih dini yakni pada Maret.

Pada Rabu, Wall Street berayun ke zona hijau setelah Ketua The Fed Jerome Powell berbicara di konferensi pers. Dow Jones melesat 383 poin (+1,08%) sementara S&P 500 melompat 1,63% dan Nasdaq melejit 2,15%.

"Fakta bahwa FOMC [Federal Open Market Committee] mengakui bahwa varian batu Covid-19 merupakan ancaman bagi pemulihan ekonomi yang bisa mengubah kebijakan ke depan," tutur Tom Essaye pendiri Sevens Report dalam laporan riset yang dikutip CNBC International.

Selain itu, lanjut dia, nada optimistis Powell membantu memberi energi penguatan karena The Fed terlihat tak se-hawkish seperti yang ditakutkan sebelumnya. Bank sentral terkuat dunia ini akan mengurangi laju pembelian asetnya pada Januari.

Selain itu, mereka akan membeli hanya US$ 60 miliar obligasi dari pasar per bulan, menurun dibandingkan dengan pembelian Desember ini yang nilainya mencapai US$ 90 miliar. Keputusan itu diambil mengikuti data inflasi yang menunjukkan lonjakan sebesar 6,8% pada November atau yang tertinggi sejak 1982.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jelang Rilis Kinerja Nvidia, Nasdaq & S&P500 Tergelincir

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular