Omicron Masuk RI & Wall Street Koreksi, IHSG Piye Hari Ini?

Beralih ke pasar saham Amerika Serikat (AS), bursa Wall Street kembali terkoreksi pada perdagangan Kamis (16/12/2021). Karena terkoreksinya kembali saham-saham teknologi besar di AS pada perdagangan kemarin.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup turun tipis 0,08% ke level 35.897,64, S&P 500 merosot 0,88% ke posisi 4.668,60, dan Nasdaq Composite ambruk 2,47% menjadi 15.180,43.
Saham-saham teknologi besar di AS kembali berjatuhan pada perdagangan kemarin. Saham Apple terjatuh 3,9% dan saham semikonduktor utama seperti AMD dan Nvidia masing-masing ambles nyaris 5,4% dan 6,8% sedangkan saham software Adobe anjlok lebih dari 10%, setelah proyeksi perusahaan ke depan lebih rendah dari perkiraan analis.
Nasdaq turun nyaris 3% sepanjang pekan ini. Frank Gretz, analis teknikal di Wellington Shields mengatakan bahwa pasar tampaknya berada sedang merotasi investasinya dari saham teknologi dengan pertumbuhan tinggi ke sektor lainnya, seperti sektor konsumer kebutuhan pokok.
"Saya pikir hal utama yang saya fokuskan adalah perubahan pola investasi by sektor. Saya pikir ini lebih dari sekadar sementara," kata Gretz, dikutip dari CNBC International.
Saham perbankan membantu Dow Jones bertahan lebih baik dari dua indeks utama lainnya. Saham Goldman Sachs melesat 1,9% dan JPMorgan menguat nyaris 1,6%. Sedangkan saham Verizon melonjak lebih dari 4%, menjadi salah satu yang berkinerja terbaik di Dow Jones kemarin.
Pergerakan perdagangan kemarin secara otomatis menghentikan rebound-nya pasar saham AS di perdagangan Rabu (15/12/2021) lalu, setelah pasar dapat bernafas lega karena mereka sudah mengetahui sikap dan keputusan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) kedepannya.
"Saya pikir apa yang dicari pasar lebih dari segalanya adalah kepastian ... Itu didapat kemarin. Masih ada banyak sentimen bearish yang terbentuk di pasar," kata Don Calcagni dari Mercer Advisors.
The Fed mengumumkan bahwa mereka akan tetap mengurangi pembelian asetnya (quantitative easing/QE) atau tapering pada kecepatan yang lebih cepat di tengah kenaikan inflasi yang berkelanjutan. The Fed hanya akan membeli obligasi sebesar US$ 60 miliar per bulan mulai Januari 2022, turun dari tingkat Desember sebesar US$ 90 juta dan mengatakan bahwa kemungkinan akan melanjutkan skema tersebut di bulan-bulan mendatang.
Di lain sisi, investor kembali mengamati perkembangan seputaran virus corona (Covid-19) varian Omicron, karena tingkat positif untuk tes Covid-19 di New York telah melonjak dalam beberapa hari terakhir. Calcagni mengatakan bahwa munculnya varian Omicron dapat berfungsi sebagai "kartu bebas penjara" bagi Powell untuk kembali ke sikap yang lebih dovish jika pemulihan ekonomi kembali tersendat.
Dari data ekonomi, data klaim pengangguran mingguan datang sedikit lebih tinggi dari yang diharapkan. Sementara data perumahan pada November jauh lebih kuat dari yang diproyeksikan ekonom setelah menurun di bulan sebelumnya.
Dari kabar bank sentral negara maju lainnya, bank sentral Inggris (Bank of England) menaikkan suku bunga acuannya dari 0,1% menjadi 0,25%, menjadi kenaikan yang pertama di antara bank sentral dunia sejak era pandemi menyusul lonjakan inflasi negara tersebut.
(chd)