
Hari Ini Akan Terungkap PPKM Darurat Memukul Perut Rakyat!

Sentimen ketiga, kali ini dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan mengumumkan data pertumbuhan ekonomi kuartal III-2021. Median proyeksi pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekonomi Tanah Air pada kuartal III-2021 tumbuh 3,61% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy). Proyeksi tertinggi adai di 4,5% yoy dan terendah 3,23% yoy.
Sebagian responden memberikan proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk sepanjang 2021. Angka median proyeksi juga sebesar 3,61%. Kalau yang ini, jauh membaik ketimbang 2020 yang -2,07%.
Sebagai perbandingan, konsensus pasar versi Reuters menghasilkan angka 3,76% yoy untuk pertumbuhan ekonomi kuartal III-2021. Sementara pertumbuhan ekonomi sepanjang 2021 'diramal' 3,4%.
Dari manapun sumbernya, terlihat jelas bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih 'kurus' pada kuartal III-2021. Penyebabnya adalah kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat akibat 'ledakan' kasus positif corona yang memuncak pada Juli 2021.
Pada pertengahan Juli 2021, pandemi virus corona di Indonesia memang mencapai titik terparah dengan kasus positif harian di atas 50.000 orang. Mau tidak mau, suka tidak suka, aktivitas dan mobilitas masyarakat harus diredam agar tidak memperparah penyebaran virus corona.
PPKM Darurat bertujuan mulia, menyelamatkan nyawa rakyat Indonesia dari renggutan virus corona. Namun harga yang harus dibayar sama sekali tidak murah. Seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada kuartal II-2020, ekonomi Ibu Pertiwi 'mati suri'.
Sepanjang kuartal III-2021, aktivitas manufaktur yang diukur dengan Purchasing Managers' Index (PMI) rata-ratanya adalah 45,33. Turun dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 54,47.
PMI menggunakan angka 50 sebagai garis start. Jika di bawah 50, maka artinya dunia usaha berada di fase kontraksi, tidak ada ekspansi.
Tidak cuma dunia usaha, rumah tangga pun kesulitan karena lapangan kerja semakin sempit. Masyarakat menjadi tidak percaya diri dalam mengarungi 'samudera' ekonomi.
Sepanjang kuartal III-2021, rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen ada di 84,33. Turun drastis dari kuartal sebelumnya yang mencapai 104,42.
IKK menggunakan angka 100 sebagai titik mula. Kalau angkanya masih di bawah 100, maka artinya konsumen tidak pede dalam memandang kondisi ekonomi saat ini hingga enam bulan mendatang.
PMI manufaktur mencerminkan geliat dunia usaha di sektor industri pengolahan, kontributor terbesar pembentukan PDB dari sisi lapangan usaha. Sedangkan IKK adalah gambaran konsumsi rumah tangga, penyumbang nomor satu pembentukan PDB dari sisi pengeluaran.
Jadi sudah jelas, PPKM Darurat telah menekan ekonomi dari dua sisi sekaligus yaitu pasokan dan permintaan. Tidak heran kalau hasilnya ekonomi Indonesia jadi lebih 'singset'.
Halaman Selanjutnya --> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (3)
(aji/aji)
