Newsletter

Dari Barat ke Timur, Cek 'Ombak' yang Bikin Pasar Gerak

Tri Putra, CNBC Indonesia
04 October 2021 06:24
Rangkaian bendera Amerika Serikat dipasang di Washington D.C., menjelang pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih, Joe Biden dan Kamala Harris. (AP/Carolyn Kaster)
Foto: Rangkaian bendera Amerika Serikat dipasang di Washington D.C., menjelang pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih, Joe Biden dan Kamala Harris. (AP/Carolyn Kaster)

Selain krisis energi, sentimen lain yang juga patut dimonitor perkembangannya adalah perkembangan pembahasan rencana kenaikan batas utang (debt ceiling) di AS. Saat ini batas utang pemerintah AS adalah US$ 28,4 triliun.

Untuk sementara memang sudah ada solusi. Pekan ini, Presiden AS Joseph 'Joe' Biden sudah menekenbeleiduntuk mendanai kebutuhan pemerintahan hingga 3 Desember 2021.

Namun masalah belum selesai. Aturan itu hanya menjadi payung hukum untuk anggaran operasional pemerintahan dan kebutuhan yang sudah dianggarkan sebelumnya seperti penempatan pengungsi Afganistan sebesar US$ 6,3 miliar dan bantuan korban bencana US$ 28,6 miliar.

Anggaran itu belum termasuk pembayaran bunga utang yang jatuh tempo dalam waktu dekat. Jika sampai 18 Oktober 2021 belum ada kesepakatan, maka AS terancam gagal bayar utang (default) untuk kali pertama sepanjang sejarah.

"Kita bisa jatuh ke krisis keuangan.Defaultjuga akan membuat suku bunga lebih tinggi bagi siapapun yang mengakses kredit," tegas Janet Yellen, Menteri Keuangan AS, di hadapan Komite Jasa Keuangan House of Representatives, seperti dikutip dari Reuters.

Kenaikan suku bunga AS tentu saja bisa memantik peningkatan yield obligasi pemerintah di berbagai negara lain termasuk Indonesia. Ini adalah faktor yang masih perlu diperhatikan apalagi di tengah rencana the Fed untuk melakukan tapering dan tren kenaikan yield obligasi pemerintah AS.

Sentimen lain yang perlu dicermati dan berasal dari dalam negeri adalah ramainya transaksi saham di pasar negosiasi di sepanjang pekan lalu yang membuat transaksi harian IHSG tembus di atas Rp 20 triliun dalam beberapa hari.

Adanya transaksi nego jumbo tersebut direspons positif di pasar reguler, saham-saham yang diperdagangkan di pasar negosiasi cenderung mengalami apresiasi di pasar reguler.

Apabila tren tersebut berlanjut maka transaksi IHSG bisa kembali tembus Rp 20 triliun dan saham-saham yang ditransaksikan di pasar negosiasi bisa menguat.

Halaman 5>>>

(sef/sef)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular