Newsletter

Awas! IHSG Bisa Terpeleset, Sentimen Sedang Tak Bersahabat

Research - Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
22 March 2022 06:30
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto) Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup naik tipis cenderung flat pada perdagangan Senin (21/3/2022) awal pekan ini. Laju IHSG diikuti juga oleh Rupiah yang mencatat penguatan sangat tipis melawan dolar Amerika Serikat (AS).

Indeks bursa saham acuan Tanah Air ditutup menguat tipis 0,216 poin (+0,00%)ke level 6.955,18.Diantaranya sebanyak 232 saham menguat, 284 saham melemah, dan 171 saham stagnan.

Nilai transaksi IHSG kemarin mencapai Rp 13 triliun. Investor asing melakukan penjualan bersih sebesar Rp 521,59 miliar di seluruh pasar, dengan rincian sebesar Rp 383,24 miliar di pasar reguler dan sebesar Rp 138,34 miliar di pasar tunai dan negosiasi.

IHSG tidak sendiri menguat di Asia. Indeks Shanghai Composite China ditutup naik tipis 0,08% ke level 3.253,69 dan Straits Times Singapura melesat 0,75% ke 3.355,51.

Di sisi lain, Indeks Hang Seng Hong Kong ditutup merosot 0,89% ke level 21.221,34,ASX 200 Australia melemah 0,22% ke 7.278,5, dan KOSPI Korea Selatan terkoreksi 0,77% ke posisi 2.686,05.

Sementara itu, melansir data Refintiv, rupiah mengakhiri perdagangan kemarin di Rp 14.338/US$, atau menguat hanya 0,01% saja.

Sejak bank sentral AS (The Fed) mengumumkan menaikkan suku bunga pada pekan lalu, dolar AS memang sedang kuat.

The Fed menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 0,25% - 0,5%. Ini merupakan kali pertama The Fed menaikkan suku bunga sejak tahun 2018.

Bank sentral paling powerful di dunia ini juga mengindikasikan di akhir tahun nanti suku bunga akan sangat agresif menaikkan suku bunganya di tahun ini.

Dalam dot plot yang dirilis, sebanyak 10 anggota Komite Kebijakan Moneter (Federal Open Market Committee/FOMC) melihat suku bunga bisa dinaikkan hingga 7 kali di tahun ini, sebanyak 8 anggota lainnya bahkan melihat bisa lebih dari itu.

Dengan kenaikan sebanyak 7 kali, maka di akhir tahun ini suku bunga akan berada di kisaran 1,75% - 2%. The Fed akan melakukan 6 kali lagi rapat kebijakan moneter di 2022, artinya akan selalu ada kenaikan sebesar 25 basis poin di setiap pertemuan.

Sebelum pengumuman tersebut, para spekulan sudah mengantisipasinya dengan memborong dolar AS.

Berdasarkan data dari Commodity Futures Trading Commission (CFTC) yang dirilis Sabtu lalu, spekulan menambah posisi beli bersih (net long) dolar AS sebesar US$ 4 miliar atau sekitar Rp 57 triliun (kurs Rp 14.340/US$) menjadi US$ 7,88 miliar pada pekan yang berakhir 15 Maret, dibandingkan pekan sebelumnya US$ 3,88 miliar.

Posisi net long tersebut merupakan kontrak dolar AS melawan yen, euro, poundsterling, franc Swiss, dolar Kanada, dan dolar Australia, ditambah dolar Selandia Baru serta beberapa mata uang emerging market.

Kenaikan tersebut membuat posisi net long dolar AS naik ke level tertinggi sejak akhir Januari, naik dari level terendah 7 bulan. Aksi tersebut menunjukkan spekulan melihat kebijakan The Fed bisa membuat dolar AS menguat ke depannya.

Wall Street Kompak Ambruk, Powell Jadi Biang Keladinya
BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :
1 2 3 4
Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading